Mata Lokal UMKM
Kisah Sukses Ishak, Pengrajin Batik Jumputan Palembang yang Bertahan di Tengah Pasang Surut Ekonomi
Melirik kerajinan kain batik jumputan Palembang milik Ishak di Jalan PSI Lautan Lorong Budiman RT 21 RW 05
Penulis: Mat Bodok | Editor: Yandi Triansyah
Menurut Ishak, untuk menjadikan usaha besar, tidak cukup hanya dengan modal. Harus didukung dengan keahlian dan keseriusan. Harus pandai melihat perkembangan dan sesuatu yang lagi disukai orang.
"Diawali dengan modal bahan saja, sehari-hari penghasilannya diputar-putar terus sampai sekarang. Alhamdulillah, usaha lancar tidak pernah ada masalah di bank maupun tempat lainnya," ungkapnya.
Sejak berdirinya kerajinan kain batik jumputan Palembang pada tahun 1999, usahanya terus berkembang dan mengisi kain batik jumputan Palembang di setiap toko dan butik di Palembang.
Ekonomi saat itu sedikit bagus hingga tahun 2001 terjadi penurunan. Pada tahun 2003, usaha ada kenaikan lagi, karena banyak pesanan dari pemerintah.
"Saya sempat terpilih sebagai pengrajin yang diminta oleh pemerintah melalui Dinas Perindustrian Kota Palembang, dan belajar hingga bertahun-tahun mengikuti magang dan pelatihan di Jogja, studi tur di Bali, dan sudah keliling belajar ilmu desain," katanya.
Setelah belajar, ia pulang ke Palembang dan mengembangkan ilmu yang saat itu fokus pada jumputan Palembang.
"Setelah belajar ilmu itu, saya kembangkan ke Palembang. Dan saya coba kerja sama dengan Busana Tria, setelah bekerja sama berjalan bagus. Pada akhirnya, saya memisahkan diri untuk mencoba dan berani membuat sendiri sampai sekarang ini," tuturnya.
Strategi Bertahan
Untuk bisa bertahan, Ishak mengatakan harus giat dan mengikuti aturan.
"Kita harus mengikuti perkembangan, yang mana yang lagi digemari orang, kita harus berani mengikutinya," tegasnya.
Jika jumputan saja tidak diminati, maka ditambah dengan jumputan pakai colet. Jika itu juga tidak laku, maka diganti dengan jumputan perada.
"Maka itu, kita harus selalu memotivasi terus sesuai dengan keinginan masyarakat. Dan kini yang lagi diminati banyak orang jumputan batik dan jumputan prada. Dan perkembangan itu terus diminati oleh masyarakat sampai sekarang," katanya.
Pemasaran masih di sekitar Kota Palembang, dan justru di toko butik dan pasar yang lebih banyak memasarkan ke mana-mana.
"Kita pengrajin orang pertama yang mengisi ke butik-butik dan di pasaran," ungkapnya.
"Alhamdulillah, sampai sekarang kita tetap eksis bertahan sampai sekarang walaupun waktu itu sempat kita dilanda Covid, kita tetap bertahan. Karena kita sebagai pengrajin, dan pemasok bahan ke pemilik butik dan usaha lainnya. Sebab itu, kita bertahan di-support bahan oleh pemilik butik," katanya.
Kerupuk Palembang Tembus Pasar Taiwan, Kopi Pagaralam Siap Menyusul |
![]() |
---|
Di Balik Asap & Antrean Ojol, Kisah Sate Bang Lesap, Harta Karun Kuliner yang Mengguncang Palembang |
![]() |
---|
Hitungan Menit, 200an Martabak Telor Kentang Abah Kodir di Palembang Ludes |
![]() |
---|
Pengrajin Salai Ikan Sedap Sopian Kewalahan Melayani Pesanan Pelanggan |
![]() |
---|
Mengukir Warisan, Sulam Angkinan Palembang Bertahan di Tengah Modernisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.