Cap Go Meh 2025
Sejarah Cap Go Meh, Malam ke 15 Pasca Sincia, Tanggal 11 Februari 2025 Perayaan Puncak di Palembang
Jika merujuk pada ketetapan kalender dari pemerintah RI, maka Cap Go Meh tahun ini jatuh pada Rabu, 12 Februari 2025.
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Shafira Rianiesti Noor
SRIIPOKU.COM - Setelah merayakan tahun baru Imlek atau Sincia, masyarakat Tionghoa kembali merayakan perayaan yakni Cap Go Meh.
Perayaan Cap Go Meh sendiri terjadi setiap hari ke 15 pasca tahun baru Imlek.
Jika merujuk pada ketetapan kalender dari pemerintah RI, maka Cap Go Meh tahun ini jatuh pada Rabu, 12 Februari 2025.
Berdasarkan kalender Lunar Tionghoa, Cap Go Meh menjadi puncak perayaan Tahun Imlek yang selalu dimeriahkan dengan berbagai macam tradisi dan festival.
Perayaan Cap Go Meh tahun 2025 di Palembang digelar pada Selasa (11/2/25).
Menyambut perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro Kelurahan 1 Ilir Kecamatan Ilir Timur (IT) II Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mulai ramai oleh pengunjung untuk melaksanakan ibadah.
Dalam acara puncak tersebut juga akan kedatangan panca negara yang akan turut beribadah.
Meskipun belum puncak acara, sekarang sudah ramai orang yang ingin ibadah padahal puncak acara tanggal 11 Februari 2025 dari pagi hingga malam harinya.
Pada malam puncak Cap Go meh, akan dilakukan penyembelihan hewan, mereka yang datang akan berebut untuk mengoleksi darah dan uang pada acara tersebut.

Baca juga: Megahnya Pagoda Pulau Kemarau Tarik Perhatian Pengunjung di Perayaan Cap Go Meh
Sejarah Cap Go Meh
Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien, “Cap Go Meh” yang bermakna “malam ke-15” yang merujuk pada bulan purnama pertama di tahun baru.
Festival Cap Go Meh dikenal dengan beberapa sebutan, yaitu Yuan Xiao Jie atau Shang Yuan Jie. Kedua nama ini cukup populer jika diterjemahkan dari bahasa Mandarin, yang berarti Festival Lentera.
Melansir berbagai sumber, sejarah Cap Go Meh memiliki berbagai versi.
Dalam versi cerita rakyat, kala itu pada masa Dinasti Tung Zhuo pada tahun 770-256 SM para petani akan memasang lampion untuk mengusir hama dan binatang yang merusak tanaman.
Selain itu, para petani juga membunyikan alat-alat sebagai iringan tarian barongsai dan melakukan arak-arakan sebagai bentuk tradisi tolak bala.
Seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut tetap dipertahankan hingga kita, bahkan telah menyebar ke seluruh dunia bersama masyarakat Tionghoa yang merantau.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.