Opini
Opini: Berlibur Plus Beribadah
Akhir tahun 2024 ditutup dengan banyak peristiwa menyenangkan salah satunya adalah liburan baik itu ke pantai maupun ke gunung seperti di Pagar Alam
Oleh: Dr. Muhammad Walidin, M.Hum.
SRIPOKU.COM -- Akhir tahun 2024 ditutup dengan banyak peristiwa menyenangkan. Salah satunya adalah liburan. Akhir tahun biasanya bertepatan dengan masa rehat belajar semester ganjil pada semua lapisan Lembaga Pendidikan di Indonesia. Ada dua pola liburan yang biasa terjadi.
Pertama, para siswa akan melewatkan liburan sekolah/kuliah dengan kembali ke rumah orang tua. Kedua, para orang tua akan mengajak anak-anaknya atau secara terpisah untuk sejenak keluar dari rumah menujut tempat tujuan wisata.
Saat ini, tujuan wisata favorit warga Sumatera Selatan adalah Provinsi Lampung. Provinsi tetangga ini dikenal memiliki banyak wisata Pantai yang tidak dimiliki oleh Sumatera Selatan.
Di samping itu, beroperasinya jalan tol sejak April 2020 telah menarik perhatian Masyarakat luas untuk bepergian ke Lampung karena waktu tempuhnya yang cukup singkat (sekitar 4 jam).
Menurut data www.detik.com (2 Januari 2024), ada sekitar dua juta wisatawan Sumatera Selatan yang melakukan liburan akhir tahun 2024 ke Provinsi Lampung.
Pantai-pantai Lampung telah mengalihkan mata warga Sumsel dari eksotisme pantai-pantai Pulau Bangka yang sebelumnya pernah menjadi primadona.
Berwisata dinilai baik dan bermanfaat untuk kesehatan mental pelakunya, seperti membuat bahagia, menurunkan resiko depresi, membuat lebih kreatif, memperkuat hubungan keluarga, mengurangi stress, membantu menemukan jati diri, dan membuat mental lebih tangguh (www.Verywell Mind.). Dengan segala manfaatnya, tidak heran bila Masyarakat sangat senang bila mendengar kata: Ayo Kita Wisata...

Ternyata, berwisata tidak saja bermanfaat secara duniawi, tetapi juga bisa bernilai ukhrawi bila dilakukan sesuai dengan tuntutan Allah. Artinya, berwisata dapat berujung pahala bila kita niatkan sebagai ibadah. Bagaimana mungkin? Bukankah wisata erat kaitannya dengan pengeluaran finansial berlebih?
Dalil pertama agar bernilai ibadah adalah dengan mengimani perintah Allah dalam al-Qur’an Surat al-Mulk ayat 15 yang berbunyi, "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan".
Pada ayat di atas, Allah memerintahkan untuk berjalan ke segala penjuru bumi yang telah Allah ciptakan untuk manusia. Timbul pertanyaan, apakah kata ‘berjalanlah‘ bisa disetarakan dengan ‘berwisatalah‘?
Dalam Kamus al-Ma‘ani, kata wisata dalam bahasa Arab adalah saha atau siyahah bersinonim dengan kata jara atau sala yang berarti mengalir. Melihat maknanya yang bersifat bergerak, maka kata ini juga bersinonim dengan sara yang berarti berjalan.
Artinya, berwisata adalah sebuah aktifitas yang dilakukan dalam perjalanan. Apakah saja aktifitas perjalanan yang memiliki nilai ibadah? Kita akan melihat pada paparan al-Qur’an tentang untuk apa perjalanan itu.
Dalam al-Qur’an, ditemukan tidak kurang dari 16 ayat yang berkaitan dengan perintah berjalan, seperti dalam surat Ali-Imran: 137; Al-An’am: 11; Al-Nahl: 36; Al-Naml: 69; Al-’Ankabut: 20; Ar-Rum: 9 dan 42; Saba’: 18; Yusuf: 109; Al-Hajj: 46; Fathir: 44; Ghafhir: 82 dan 21; Muhammad: 10; Yunus: 22; dan Al-Mulk:15.
Kalau ingin dikelompokkan, maka perjalanan ini dapat digolongkan ke dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah pemerintah berjalan di atas muka bumi ini dikaitkan dengan perintah untuk melihat, terutama melihat bekas-bekas kehancuran orang-orang yang mendustakan Rasul. Narasi surart Ali Imran ayat 137 mungkin dapat mewakili ayat-ayat lain.
Berikut ayatnya: "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS Ali Imran Ayat 137).
Pada ayat-ayat lain, terdapat variasi pada ujung ayat, seperti perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang melakukan dosa, atau perhatikanlah bagaimana akibat dari orang-orang yang menyekutukan Allah (orang-orang musyrik).
Dalam narasi yang lain, perintah untuk berjalan juga dikaitkan dengan kejadian yang telah menimpa generasi sebelum ummat Muhammad bagaimana mereka dihancurkan kerena perbuatan mereka.
Lihat surat Ghafhir ayat 21, “Apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan (peradaban)-nya di bumi.
Akan tetapi, Allah mengazab mereka karena dosa-dosanya. Tidak ada suatu pun yang melindungi mereka dari (azab) Allah.
Bila melihat anjuran dari ayat-ayat di atas, maka tempat wisata yang bisa kunjungi adalah tempat-tempat wisata yang berada di negara Levant/Syam atau Mideterania Timur (Palestina, Jordania, Lebanon, Suriah, Sinai Mesir, Siprus, dan Irak).
Biasanya, tempat-tempat wisata yang berkaitan dengan peradaban masa lampau ini telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Di tempat-tempat inilah banyak sekali situs peninggalan para Nabi yang digambarkan dalam al-Qur’an.
Para nabi itu menghadapi kaum yang tidak saja tunduk pada ajarannya, tetapi juga ada yang membangkang sehingga datang azab pada mereka.
Melihat situs-situs tersebut, di samping mengagumi keindahannya, dapat juga mempertebal keimanan karena mengingat betapa besar dan abadinya kekuasaan Allah dan betapa ringkih kekuatan manusia betapapun jumawanya mereka dengan peradaban yang mereka bangun.
Kategori kedua adalah berjalan/berwisata juga untuk melihat kesudahan orang-orang sebelum kamu atau bisa diartikan akhir dari peradaban generasi terdahulu.
Ada banyak peradaban lain di dunia ini yang telah dibangun oleh generasi-generasi lampau. Berwisata ke tempat-tempat tersebut akan memperluas wawasan sekaligus mengetahui keterbatasan manusia. Dahulu mereka berjaya, tapi sekarang yang tersisa hanyalah karyanya.
Tempat wisata seperti ini akan membuat kita merenung tentang kefanaan dunia. Oleh karena itu, kita dapat berwisasta ke museum-museum, terutama di Indonesia atau situs-situs warisan dunia yang diakui UNESCO yang dimiliki oleh berbagai negara.
Warga Indonesia dapat melihat 10 situs warisan dunia UNESCO di negeri sendiri, seperti candi Borubudur dan Prambanan (Jateng), Situs Sangiran (Solo), Taman Nasional Ujung Kulon (Banten), Taman Nasional Lorentz (Papua), Tambang Batubara Umbilin Sawahlunto (Sumbar), Hutan Tropis Sumatera, Taman Nasonal Komodi (NTT), Lanskap Budaya Prov. Bali, dan Sumbu Kosmologis Yogyakarta.
Kategori ketiga tentang ayat berjalan/berwisata untuk mengagumi keindahan ciptaan Allah, sebagaimana tercantum dalam surat Saba‘: 18, al-Hajj: 46, al-Ankabut: 20, dan al-Mulk:15.
Pada ayat-ayat di atas, perintah berjalan erat kaitannya dengan merenungi ciptaan Allah untuk menemukan jati diri manusia itu sendiri.
Dengan berjalan melihat gunung, lautan, pada waktu siang dan malam, akan terhampar bagaimana kuasanya Allah dalam menciptakan bumi dan langit. Kesemuanya itu tentu akan meningkatkan keimanan kita pada Allah.
Ayat yang paling berbeda tentang perjalanan adalah surat al-Mulk 15. Bila pada 14 ayat sebelumnya, perintah untuk berjalan/berwisata menggunakan kata fasiru (berjalanlah), maka pada ayat ini menggunakan kata Famsyu (berkelanalah/menjelajahlah).
Penggunaan kedua kata fasiru dan kata famsyu memiliki konteks yang berbeda. Bila kata fasiru merupakan aktivitas berjalan/berwisata dikaitkan dengan aktivitas melihat-lihat, kata famsyu dikaitkan dengan jarak perjalanan, yaitu ke segala penjuru bumi yang telah Allah ciptakan. Bahkan, ayat ini juga memerintahkan kita untuk eksplorasi kuliner.
Uniknya, ayat ini mengingatkan kita bahwa sejauh apa perjalanan kita, tetap kepada Allah kita akan kembali, bukan di mana tempat kita berasal.
Di musim libur ini, tidaklah heran bila warga Sumsel banyak menyukai liburan di Pantai-pantai Lampung yang memang menyajikan landskap yang indah, atau juga wisata ke pegunungan teh di Pagaralam yang menawarkan kehijauan dan udaranya yang segar, atau juga Kambang Iwak yang memiliki lanskap mini taman kota Palembang.
Bahkan, banyak pula warga Sumsel yang berwisata ke luar negeri. Semoga tempat wisata yang dikunjungi membuat warga Sumsel sehat secara batin dan kaya secara spiritual.
Mumpung masih masa libur, ayo berwisata dengan niat beribadah dan mengikuti prinsip menurut firman Allah.
Membedah Label Negatif Generasi Z, Manja dan Mudah Tertekan |
![]() |
---|
Pelajaran Berharga dari Kasus Anak Cacingan di Bengkulu |
![]() |
---|
Sebaiknya PERGURUN Tinggi Swasta Dapat Melakoni Bisnis Agar Tetap Eksis |
![]() |
---|
Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia: Ubah Cara Pandang, Selamatkan Harapan |
![]() |
---|
Kopi dan Rokok Si Pemersatu Bangsa dan Perannya dalam Kemiskinan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.