Berit Palembang
Ikatan Alumni ITB dan Dinas Perpustakaan Memotori Gerakan Sumsel Berantas GAGAP Hitung
Sebagai awalan, mereka mengundang Ahmad Thoha Faz selaku penemu Matematika Detik untuk menjadi pemateri tunggal pelatihan asesmen
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Odi Aria
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, dikenal istilah remedial teaching, yaitu program yang dirancang untuk membantu siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal pada kompetensi dasar tertentu, dengan memberikan bantuan khusus sesuai kebutuhan individu siswa untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka agar dapat mencapai standar yang ditetapkan.
Sebagai contoh, remedial teaching apa dan bagaimana yang diberikan kepada siswa siswa SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang masih terlalu lambat menjawab soal hitung dasar paling sederhana atau disebut "gagap hitung"?
Pertanyaan tersebut sampai saat ini belum terjawab, bahkan secara umum masalahnya pun belum terumuskan. Padahal berdasarkan survei Pusat Pengembangan Matematika Detik (PPMD) selama 10 tahun terakhir, yaitu dari 2014 sampai 2024, gagap hitung sangat mewabah.
Membaca masalah besar yang seolah terabaikan tersebut, Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) dan Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan membuat terobosan konkret. Bekerja sarna dengan PPMD yang berpusat di Kabupaten Tegal, mereka mencanangkan sebuah gerakan yang disebut "Sumatera Selatan Berantas Gagap Hitung”.
Sebagai awalan, mereka mengundang Ahmad Thoha Faz selaku penemu Matematika Detik untuk menjadi pemateri tunggal pelatihan asesmen hitung dasar intuitif dengan menggunakan sistem ToSM (Test of Second Mathematics).
"Gagap hitung adalah limpahan masalah yang tidak terwadahi sistem pendidikan formal yang ada. Sebab, sesuai kurikulum, hitung dasar tercakup dalam pembelajaran SD kelas rendah. Sehingga di jenjang sekolah menengah, gagap hitung itu seperti masalah besar yang tidak bertuan," kata Ahmad Thoha Faz yang merupakan alumni Teknik Industri ITB.
Sebagai awalan, Ikatan Alumni ITB dan Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan menyelenggarakan kegiatan selama 3 (tiga) hari berturut turut, dari tanggal 2 sampai 4 November. Hari pertama adalah pelatihan peningkatan literasi numerasi dan asesmen hitung dasar intuitif bagi guru SD, SMP, SMA dan pendamping komunitas. Hari kedua, asesmen hitung dasar intuitif dalam rangka peningkatan numerasi dan pemberantasan gagap hitung, bertempat di SMA Negeri 3 Banyuasin 1.
Hari ketiga, asesmen hitung dasar intuitif dan peningkatan budaya inovasi metalui asah intuisi, bertempat di SMA Negeri Sumatera Selatan.
Pada hari pertama, pelatihan diisi langsung oleh Ahmad Thoha Faz, bertema apa dan bagaimana "intuisi", yang didefinisikan oleh Malcolm Gladwell sebagai “the power of thinking without thinking".
Intuisi yang muncul dalam 2 detik pertama memantik imajinasi, yang selanjutnya memunculkan kreativitas dan inovasi.
ToSM Matematika Detik, sebagai sarana asesmen hitung dasar intuitif, sekaligus merupakan detail operasional bagaimana mengasah intuisi.
"Jangan pernah berharap muncul inovasi jika kelebatan intuisi diabaikan," kata Thoha.
Pada hari kedua dan ketiga, para peserta sebagai calon instruktur ToSM Matematika Detik diajak untuk terjun langsung melakukan asesmen hitung dasar inturtif.
"Tujuan asesmen hari pertama dan kedua dibedakan karena karakteristik peserta asesmen juga berbeda," kata Jauhari Efendi selaku ketua panitia kegiatan dari Ikatan Alumni ITB Sumatera Selatan.
* Kolaborasi dan Inovasi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.