Kunjungan Paus Fransiskus
Tampil Sederhana, Harga Jam Tangan Paus Fransiskus saat Tiba di Indonesia Disorot, Jauh dari Mewah
Salah satu warganet X (sebelumnya Twitter), @JhonSitorus_18 menduga jam tangan Paus Fransiskus adalah merek Casio seri MQ24-7B2.
Paus Fransiskus juga disebut enggan menggunakan mobil mewah selama kunjungannya di Indonesia,
"Benar beliau memilih mobil yang banyak digunakan oleh masyarakat di sini, Toyota Innova," kata Suharyo.
Usai agenda di Indonesia rampung, Paus Fransiskus akan bertolak ke Papua Nugini, Timor Leste, dan mengakhiri tur panjangnya ini di Singapura pada 13 September.
Dari keempat negara itu, sebenarnya Papua Nugini dan Timor Leste yang memiliki mayoritas penduduk Kristen/Katolik, sementara kebanyakan warga Singapura beragama Buddha.
Lantas, mengapa Paus Fransiskus justru ingin mengawali tur ini di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia?
Jonathan Tan mengatakan bahwa Indonesia merupakan bagian penting dari upaya Paus Fransiskus untuk memecah ketegangan antara Kekristenan dan Islam.
“Saya rasa karena sejak lama, ada ketegangan, kesalahpahaman sepanjang sejarahnya. Saya rasa Paus ingin membuka jalan hubungan yang baru, yang tidak defensif,” ucap Jonathan kepada BBC News Indonesia.
Jonathan membeberkan bahwa ketertarikan Paus Fransiskus untuk membangun hubungan baik dengan negara mayoritas Muslim ini sebenarnya sudah terlihat dari rangkaian agenda yang disusun Vatikan sebelumnya.
Berdasarkan rencana awal, Paus Fransiskus seharusnya berkunjung ke Indonesia pada 2020, setahun setelah ia menjadi pemimpin Vatikan pertama yang menginjakkan kaki di Semenanjung Arab pada 2019.
“Pada 2019, Paus ke Uni Emirat Arab dan saya rasa sorotan utama dalam kunjungan itu menunjukkan ketertarikan Paus dalam membangun dialog Muslim-Kristen, hubungan yang lebih baik antara Muslim-Kristen,” katanya kepada BBC News Indonesia.
“Jadi secara logika, jika tidak ada pandemi Covid-19, fase kedua dari upaya itu adalah mendatangi negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yaitu Indonesia.”
Mengapa Indonesia?
Jonathan menilai Paus Fransiskus sengaja memilih Indonesia bukan hanya karena statusnya sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
“Indonesia tak hanya merupakan negara populasi Muslim terbesar dunia, tapi juga ada keunikan situasi hidup di Indonesia, seperti prinsip Pancasila, di mana Muslim tidak seperti di Arab Saudi atau di Timur Tengah,” katanya.
“Di sana [Timur Tengah], kehadiran dan kepemimpinan Islam sangat kuat dan dominan. Di Indonesia, [Islam dan Kristen] hidup berdampingan dalam harmoni.”
Senada, Ignatius Suharyo juga mengatakan bahwa Paus Fransiskus memang spesifik ingin mempelajari Islam di Indonesia.
“Secara khusus, Vatikan ingin belajar banyak mengenai Islam di Indonesia karena Islam di Indonesia itu berbeda dibandingkan misalnya dengan yang di Pakistan atau yang di Timur Tengah,” ujar Ignatius dalam jumpa pers pekan lalu.
Ignatius memaparkan bahwa karakteristik Islam di Indonesia sudah dapat dilihat dari sejak negara berdiri, tepatnya ketika sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) digelar pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
Kala itu, PPKI menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai dasar negara. Dalam rancangan awal, pembukaan UUD itu seharusnya memuat Piagam Jakarta, yang merupakan cikal bakal Pancasila.
Poin pertama Piagam Jakarta itu berbunyi Ketuhanan dengan "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya.”
“Bung Hatta berdiskusi dengan tokoh-tokoh pada waktu itu sepakat untuk menghapuskan ketujuh kata Piagam Jakarta itu, sehingga negara Indonesia tidak menjadi negara agama, tetapi menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Ignatius.
“Yang paling dominan pada waktu itu pasti saudara-saudara kita yang beragama Islam, tetapi dengan hati yang begitu luas ingin membangun suatu negara kesatuan.”
Menurut Ignatius, Paus Fransiskus dan Vatikan sangat mengagumi dasar negara Indonesia, terutama Pancasila, yang memperlihatkan kerukunan.
“Sangat jelas bahwa Vatikan ingin belajar mengenai kerukunan hidup antarumat beragama. Mereka sangat berminat. Oleh karena itu, kalau ada peristiwa-peristiwa besar, dialog, selalu tokoh-tokoh Islam Indonesia diundang ke sana. Selalu,” tuturnya.
Bagaimana respons dua ormas Islam terbesar Indonesia?
Dalam pernyataan pers Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang ditandatangani Ketua Umum Haedar Nashir dan Sekretaris Umum Abdul Mu’ti, pada Selasa (03/09), organisasi tersebut “menyambut baik kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia”.
PP Muhammadiyah menyoroti lawatan Paus yang menggunakan pesawat komersial dan tidak menginap di hotel berbintang.
“Hal ini menunjukkan keteladanan yang dapat menjadi inspirasi penting bagi para pemimpin bangsa di tingkat nasional dan ranah global”.
Dalam konteks hubungan antarumat beragama, khususnya hubungan Islam dan Katolik, kunjungan Paus Fransiskus disebut “menunjukkan arti penting Indonesia dan komitmen Paus Fransiskus dalam membangun dan memperkuat hubungan Katolik dan dunia Islam.”
“Rencana pertemuan Paus Fransiskus dengan kelompok-kelompok agama menunjukkan keterbukaan dalam dialog dan kerja sama antar iman serta memperkenalkan Indonesia kepada dunia sebagai negara yang memiliki kemajemukan serta kerukunan agama dan budaya,” sebut pernyataan pers PP Muhammadiyah.
Pemerintah Indonesia, tulis PP Muhammadiyah, dapat menjadikan pertemuan dengan Paus Fransiskus untuk menyampaikan dan mendialogkan posisi Indonesia dalam perdamaian dunia, khususnya masalah Palestina.
Sambutan terhadap kedatangan Paus Fransiskus juga disampikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf.
“Selamat datang dan selamat menikmati negeri persatuan dan kesatuan, negeri toleransi dan persaudaraan, bangsa Bhinneka Tunggal Ika,” kata Yahya.
“Semoga kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini dapat ikut semakin meneguhkan kerukunan di antara segenap warga bangsa kami dan juga meneguhkan persaudaraan kemanusiaan di antara seluruh umat manusia,” tambah Yahya.
Ketegangan agama memicu konflik kemanusiaan
Profesor studi Katolik dari Case Western Reserve University, Jonathan Tan, memandang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan bagian dari upaya pemimpin umat Katolik sedunia itu untuk meredam ketegangan antara Islam dan Kristen.
Pasalnya, ketegangan antara Islam dan Kristen yang tak berkesudahan kerap kali memicu konflik kemanusiaan di berbagai belahan dunia, salah satunya sentimen anti-imigran.
“Saya rasa Paus ingin membuka jalan hubungan yang baru, yang tidak defensif, karena jika kita melihat contoh sentimen anti-imigran di Eropa, retorika anti-imigran itu kerap berhubungan dengan retorika anti-Muslim,” kata Jonathan.
“Sebagai pemimpin penting di Eropa, Paus ingin memberikan contoh bahwa ada cara berbeda untuk memahami orang-orang ini.”
Jonathan mengatakan bahwa pergerakan Paus Fransiskus ini bukan hanya upaya membawa rasa aman untuk Muslim di negara mayoritas Kristen atau Katolik, tapi juga sebaliknya.
Menurut Jonathan, Paus Fransiskus tahu betul bahwa banyak umat Katolik yang tinggal di negara-negara Islam, di mana diskriminasi kerap terjadi.
“Paus ingin bekerja sama dengan para pemimpin untuk mencari cara agar para umat Katolik itu dapat mempraktikkan keyakinan mereka dengan cara yang tak membuat [negara Islam itu] takut akan kehadiran umat Katolik,” katanya.
Tekad di balik nama Paus Fransiskus
Ignatius Suharyo mengatakan bahwa tekad Paus Fransiskus untuk membawa perdamaian antara Islam dan Kristen bahkan sudah terlihat dari pemilihan nama kepausannya.
Terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, ia memilih nama Santo Fransiskus dari Assisi sebagai panggilan kepausannya ketika terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik sedunia pada 2013.
Santo Fransiskus dari Assisi dikenal sebagai juru damai saat Perang Salib berkecamuk pada Abad Ke-15 sampai Abad Ke-17.
“Pada waktu, tanda petik ya, ‘Kekristenan berperang melawan Islam’, Fransiskus Assisi menerobos medan perang untuk bertemu dengan salah satu pemimpin Islam di sana,” kata Ignatius.
“Jadi wataknya itu, watak Fransiskus Assisi yang hidup pada Abad ke-13, itu ingin dimasukkan di dalam batinnya dan ditunjukkan.”
Dinilai Provokasi Kedatangan Paus Fransiskus, Seorang PNS di Bangka Diamankan Polisi Usai Ungkap Ini |
![]() |
---|
Apa Itu Terowongan Silaturahmi? Penghubung Masjid Istiqlal & Gereja Katedral Dipuji Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Profil Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Disorot Usai Haru Bertemu Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Sosok Ibu Hamil Menyetop Mobil Paus Fransiskus, Tangis Haru Pasutri Pecah Usai Calon Bayi Diberkati |
![]() |
---|
Sosok Romo Markus Solo Kewut Selalu di Belakang Paus Fransiskus di Jakarta, Ternyata Asli Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.