Harga Karet

Update Harga Karet di Kabupaten OKU Sumsel Variatif Naik Turun, Kisaran Rp 10.500 - Rp 14.000 Per Kg

Harga karet di Peninjauan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari biasanya yang selalu di bawah harga kawasan Ulu.

Penulis: Leni Juwita | Editor: Sudarwan
Dok Sripoku.com
Petani karet Batumarta saat menimbang karet untuk dijual. 

SRIPOKU.COM, BATURAJA - Memasuki akhir minggu ketiga bulan Juli 2024 harga karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan ada penurunan sedikit menjadi Rp 13.000/Kg.

Sedangkan untuk harga mingguan masih tetap Rp 11.000/Kg dan untuk bulanan juga di kisaran angka Rp 14.000/Kg.

Harga ini untuk di kawasan hulu yaitu Kecamatan Lengkiti dan Kecamatan Semidangaji dan sekitarnya.

Harga karet untuk di kawasan hilir (Kecamatan Peninjauan dan sekitarnya) Kabupaten OKU yang dijual mingguan naik Rp 300/Kg dari Rp 10.200 menjadi Rp 10.500/Kg.

Untuk penjualan dua mingguan turun Rp 500 menjadi Rp 11.500/Kg sementara untuk harga bulanan Rp 13.000/Kg.

Sumber Sripoku.com, Mardani (55) mengatakan, harga karet di Peninjauan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari biasanya yang selalu di bawah harga kawasan Ulu.

Pada bulan bulan sebelumnya harga mingguan hanya Rp 10.200/Kg mengalami kenaikan sebesar 300 hingga menjadi Rp 10.500.

Harga dua mingguan, bulan lalu Rp 12.000/Kg turun Rp 500 menjadi Rp 11.500/Kg dan harga bulanan sebelumnya Rp 14.000/Kg, turun Rp1.000 menjadi Rp 13.000/Kg.

Sedangkan di kawasan Ulu (Semidangaji sekitarnya) dan Lengkiti, harga mingguan di bulan sebelumnya Rp 11.000/Kg, sampai bulan Juli ini masih diangka Rp 11.000/Kg.

Harga dua mingguan sebelumnya Rp 13.200 turun Rp 200 menjadi Rp 13.000/Kg dan harga bulanan, dari bulan lalu sampai sekarang masih tetap diangka Rp 14.000/Kg.

Meskipun ada kenaikan sedikit harga karet, namun setidaknya sejak memasuki tahun 2024 ini harga getah karet di tingkat petani lumayan stabil karena harga cenderung bertahan di Rp 10.000 – Rp 13.000-an.

Sehinga petani tidak terlalu galau meskipun harga ini belum menggembirakan karena hasil getah karet sangat sedikit.

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti dituturkan Mardani (55), petani karet di Kecamatan Peninjauan mengaku hingga saat ini masih akan bertahan di komoditas karet.

Alasannya karena karet sudah menjadi tanaman primadona sejak zaman nenek moyang karena diyakini komoditas andalan ini memang cocok ditanam di Kabupaten berjuluk Bumi Sebimbing Sekundang ini.

Di sisi lain meskipun harga karet mengalami kenaikan sedikit namun memasuki musin penghujan ini produksi getah karet berkurang karena petani tidak bisa menyadap karet.

Penurunan produksi getah karet diatas 50 persen dibandingkan kondisi normal.

“Biasonyo kami nimbang 6 keping ( 300 kg) sekarang nak dapat 3 keping susah,” keluh Ridwan.

Kekawatiran lainnya adalah bahaya kebakaran yang terus mengintai.

Dapatkan berita penting dan menarik lainnya dengan mengklik Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved