Tren Kekerasan Terhadap Jurnalis Lingkungan Meningkat

Hal itu terlihat dalam tren data serangan-kekerasan terhadap jurnalis umum dan jurnalis lingkungan hidup pada periode tahun 2015 hingga 2023.

Editor: Fadhila Rahma
foto/Sripoko.com
Rifqi Sjarief Assegaf, Direktur Program Kemitraan (kiri), Desmiwati peneliti dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dewi Safitri Pendiri Indonesian Journalist for Climate (IJ4C) dalam diskusi The Media Role in Climate Action yang dipandu Heyder Affan di Jakarta, Selasa (10/7/2024). 

SRIPOKU.COM - Ancaman kebebasan pers terhadap pemberitaan di isu lingkungan meningkat.

Hal itu terlihat dalam tren data serangan-kekerasan terhadap jurnalis umum dan jurnalis lingkungan hidup pada periode tahun 2015 hingga 2023.

Rifqi Sjarief Assegaf, Direktur Program Kemitraan menyebutkan menurut data yang dihimpun dari laporan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), kendati secara jumlah lebih rendah dibanding serangan/kekerasan pada jurnalis umum, sejak 2020 jumlah kekerasan terhadap jurnalis lingkungan meningkat.

"Dalam meliput isu lingkungan media menghadapi serangan dan kekerasan dari luar, terbatasnya akses informasi, dan isu ancaman legislasi," kata Rifqi dalam diskusi panel The Media's Role in Climate Action, di Jakarta Rabu (10/7/2024).

Diskusi panel tersebut merupakan bagian dari peringatan Hari kebebasan pers dunia (WPFD) yang digelar UNESCO bertema A Press for the Planet: Journalism in face of the enviromental crisis, 10-11 Juli 2024.

Baca juga: Daftar 12 Calon Taruna Taruni Akpol Asal Sumsel Lulus Seleksi Tingkat Pusat di Semarang

Menurut data yang dikutip Rifqi, pada 2017-2019 setiap tahun ada 1 serangan terhadap jurnalis lingkungan dari 65 terhadap jurnalis umum (2017), 63 (2018), dan 57 (2019). Jumlah serangan pada jurnalis lingkungan kemudian meningkat pada 2020 (4 kasus), 2021 (3 kasus), 2022 (7 kasus), dan 2023 (5 kasus).

"Serangan yang berakibat kematian pun terjadi," kata Rifqi
Rifqi menceritakan seorang jurnalis yang meninggal setelah ditabrak truk diduga akibat pemberitaan lingkungan.

Adapun jenis pemberitaan yang paling banyak terkait serangan terhadap jurnalis lingkungan adalah pemberitaan terkait pertambangan. Pemberitaan lainnya yang juga dilaporkan terjadi serangan adalah soal isu pembangkit listrik tenaga uap, pembalakan liar, forum air warga, serta limbah pabrik.

Maki Katsuno Hayashikawa Direktur Unesco Jakarta dan Perwakilan UNESCO Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Timor Leste dalam sambutan pembuka menyebutkan jurnalis lingkungan menjalanan peran kontrol dalam pemberitaan perubahan/krisis iklim.

Maki menyatakan perlu menjadi refleksi bersama bahwa jurnalisme lingkungan masih menghadapi ancaman, termasuk gangguan dari misinformasi terhadap isu perubahan iklim di media sosial.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved