Mimbar Jumat: Menipu Hakikat dan Konsekuensi

Penetrasi Internet Indonesia 2024 berhasil mengungkapkan bahwa warga Republik Indonesia tercinta rawan menjadi korban penipuan.

Editor: adi kurniawan
Handout
Mimbar Jumat: Menipu Hakikat dan Konsekuensi, (Jumat 17/5/2024) 

Setelah itu mereka pun berpisah. Abdullah bin Ubay dengan penuh rasa bangga menasihatkan kepada kawan-kawannya untuk mencontoh apa yang baru saja ia lakukan.

“Berperilakulah sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka,”. Kawan-kawannya pun memuji-muji Abdullah bin Ubay.

Sementara itu di sisi lain setibanya para sahabat di hadapan Rasul, mereka memberitahukan peristiwa tersebut sehingga turunlah ayat.

Banyak pesan yang disampaikan oleh ayat 9 dan 10 surat al-Baqarah tersebut. Di antaranya adalah ruang lingkup perilaku menipu Allah.

Meskipun perilaku ditujukan kepada seseorang atau kelompok tertentu jika materi penipuan berkaitan dengan keimanan maka orang tersebut hakikatnya telah melakukan penipuan terhadap Allah.

Perlu untuk dipahami bahwa iman adalah pembenaran yang dilakukan oleh hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, selanjutnya pembenaran hati diikrarkan dengan lisan serta dibuktikan dengan amal perbuatan.

Dari sudut pandang fiqh iman dimaknai sebagai perbuatan mengetahui Allah dan sifat-sifatnya disertai dengan perilaku menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.

Karena itu seorang muslim bisa dikatakan memiliki keimanan sempurna apabila ia telah memenuhi semua unsur yang tersebut.

Tiga unsur keimanan merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Sebab apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbatan maka orang tersebut tidak dapat disebut sebagai mukmin yang sempurna.

Firman Allah swt: Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang yang hanya beriman kepada Allah da Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa (Q.S. Fushilat, 15).

Rasulullah juga menjelaskan tentang ragam cabang keimanan yang disebut sebagai rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir serta iman kepada qada dan qadar (H.R. Muslim, 8).

Keimanan merupakan hal yang sangat penting. Jika diibaratkan sebagai peralatan elektrolik yang super canggih maka tidak akan memiliki fungsi maksimal apabila tidak disambungkan dengan arus listrik atau mesin penggerak lainnya.

Begitupun amal perbuatan dan segala bentuk kebaikan tidak akan sampai kepada nilai baik di sisi Allah bila tidak didasari oleh keimanan.

Bila disandarkan kepada hadis riwayat Muslim tersebut melakukan tindak penipuan terhadap Allah dalam hal keimanan tidak hanya berkaitan dengan pengakuan dan kepasrahan kepada Allah semata, tetapi juga terkait dengan keimanan terhadap adanya malaikat dengan sifat kepatuhannya terhadap perintah Allah, adanya kitab suci yang diturunkan kepada nabi dan rasul yang memuat aturan untuk dijadikan pedoman dalam hidup manusia.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved