Pemilu 2024

Cerita Caleg di Banyuasin Habiskan Uang Ratusan Juta di Pemilu 2024, Pasrah Hasilnya Tidak Terpilih

Segala upaya pastinya dilakukan, mulai dari mengambil hati masyarakat agar dapat simpatik dengan cara door to door hingga menjanjikan bila terpilih

Penulis: Ardiansyah | Editor: Odi Aria
Kompas.com
Panduan Tata Cara Mencoblos di TPS Pemilu 2024, Perhatikan 5 Langkah Ini Agar Surat Suara Sah 

SRIPOKU.COM, BANYUASIN - Setiap caleg ber

Baca juga: Prabowo-Gibran Menang Telak di Kecamatan Jayapura OKU Timur, Anies-Cak Imin Tertinggal Jauh

ambisi untuk bisa duduk di kursi DPRD Kabupaten Banyuasin.

Segala upaya pastinya dilakukan, mulai dari mengambil hati masyarakat agar dapat simpatik dengan cara door to door hingga menjanjikan bila terpilih akan menyampaikan aspirasi masyarakat.

Sejumlah cerita caleg yang mengikuti kompetisi dalam pileg 2024, mengaku sudah jojoran untuk bisa mendapatkan hati masyarakat hingga memilih pasrah karena melihat situasi dilapangan yang tidak memungkinkan.

Seperti yang diungkapkan salah satu caleg yang enggan menyebutkan namanya, ia baru pertama kali mengikuti pemilihan caleg di pileg 2024 ini.

Karena memiliki banyak jaringan di masyarakat dan juga disarankan untuk nyaleg, sehingga ia memutuskan untuk ikut berkompetisi.

"Modal untuk buat spanduk, kalender, alat peraga sepeeri contoh contoh surat suara, kartu nama, setidaknya habis sekitaran Rp 150 juta. Itu baru perlengkapannya saja," ungkap caleg dari Dapil 3 ini, Senin (19/2/2024).

Baca juga: Sosok Royatuddin, Caleg Termuda Ogan Ilir Hampir Pasti Terpilih Jadi Anggota DPRD, Berusia 21 Tahun

Selain mempersiapkan segala perlengkapan caleg, pastinya tim pemenangan tak luput dari persiapan.

Karena, tim pemenangan ini bergerak untuk membujuk agar masyarakat dapat memilih caleg mereka.

Salah satu yang diperoleh, biasanya foto copy KTP. Data masyarakat inilah, yang dikumpulkan dan nantinya sebagai acuan seberapa banyak masyarakat akan memberikan suara mereka kepada si caleg.

"Tim pemenangan juga perlu transportasi ketika datang ke masyarakat. Belum saya sendiri juga yang datang ke masyarakat, pastinya semuanya perlu BBM, makan dan lainnya. Itu anggaran yang dikeluarkan terkadang diluar dugaan," ungkapnya.

Hingga akhirnya, bisa mendapatkan data dari masyarakat. Dari data yang terkumpul ini, di caleg dapat memprediksi setidaknya separuh daru jumlah data yang masuk akan memilih dirinya.

Baca juga: Klaim Dicurangi, Caleg Nasdem dan Pendukung Desak Hitung Ulang 3 TPS di Desa Kepayang OKU

Selain mendatangi masyarakat, caleg dan tim pemenangan juga mendekati tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Tujuannya, agar tokoh-tokoh masyarakat ini bisa ikut mempengaruhi masyarakat mereka.

"Saya kemarin terkumpul data 9.000, dan itu diprediksi 50 persen memilih saya.

Ternyata meleset, karena kalah dengan pergerakan caleg lain. Caleg lain mengerahkan siraman, sedangkan saya mengandalkan kedekatan. Ternyata, kedekatan saja tidak bisa maksimal tanpa ada siraman," ceritanya.

Padahal, mulai dari persiapan, pergerakan, transportasi, makan, bertemu masyarakat hingga insentif tim pemenangan, sedikitnya mengeluarkan uang Rp 500 juta.

Selain mengambil uang tabungan, menggadaikan BPKB mobil hingga menjual perhiasan, menjadi cara yang cepat untuk memperoleh uang.

Namun, uang senilai tersebut masih dianggap tidak cukup untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya. Ia tidak menyangka, apa yang sudah dilakukan dalam beberapa bulan hingga kampanye, lenyap dalam semalam karena siraman.

"Jadi, sekarang saya menilai kalau caleg tak ada modal dan hanya mengandalkan kedekatan saja, dipastikan tidak akan terpilih. Rusaknya suara masyarakat, karena adanya siraman tadi.

Apa yang sudah dibangun, sampai keluarga saja tidak memilih kita karena dapat siraman dari caleg lain," pungkasnya.

Berbeda lagi dengan caleg satu ini. Caleg satu ini hanya memasang spanduk dan baliho tanpa harus turun ke lapangan. Melihat pergerakan caleg lain, untuk mengukur dirinya apakah akan mampu melawan caleg lain di lapangan.

Melihat situasi yang tidak memungkinkan karena pasti akan kalah dengan caleg lain, ia memutuskan untuk tidak bergerak secara maksimal.

Meski sudah membentuk tim pemenangan, di saat mendekati masa pemilihan, ia langsung mematikan mesin pergerakan.

"Saya sampai whatsapps ke tim tidak sanggup, ketikatim menyampaikan kepada saya,  masyarakat maunya ada uang ada suara. Disitu saya mematikan mesin pergerakan di H-1 pencoblosan," katanya.

Memang terbukti, dari data yang sudah  terkumpul 10 ribu, saat pemilihan suara yang diperoleh jauh meleset. Suara yabg ditargetkan separuh dari data, hanya memperoleh lebih kurang 900 suara.

Berbeda lagi cerira caleg di dapil 6 ini. Ia malah bercerita, sehari sebelum pencoblosan, malah tim pemenangan dari caleg lain sesama partainya datang.

Tim pemenangan dari caleg lain ini, siap membantu untuk ikut bergerak bila ada siraman, karena caleg yang mereka usung malah meng-PHP mereka.

"Banyak cerita lucu nyaleg ini, datang tim lain mau ikut karena caleg PHP mereka. Kalau sudah dekat-dekat kemarin, saya bilang untuk apa lagi.

Kalau mau pilih saya, silahkan tetapi saya tidak ada main siraman. Karena, untuk bergerak saja sudah habis Rp 200 juta," katanya singkat.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved