Mimbar Jumat: Manusia dan Krisis Kemanusiaan Gaza

Konflik Gaza saat ini telah memasuki bulan ketiga dan masih belum memperlihatkan akhir yang jelas, resolusi PBB yang masih tumpul

Editor: adi kurniawan
Handout
Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang 

Dengan memiliki keunggulan potensi intelektual (al-quwwah al-aqliyyah) ini, melalui akal, indra, gerakan dan penerimaannya atas berbagai ilham, manusia dapat menghasilkan pengetahuan yang bisa diupayakan.

Oleh karena itu Allah memberitahukan kepada manusia bagaimana cara mengolah tanah, menanam, berdagang, dan melakukan transaksi-transaksi sosial lainnya.

Allah juga menjadikan sebagian dari mereka sebagai pemimpin karena bakat dan kesempatannya, serta sebagian lainnya menjadi rakyat.

Fitrah manusia lainnya adalah dikenal dengan Al-quwwah al-‘amaliyyah atau keunggulan daya praktis. Ilustrasinya, hewan atau binatang, ketika melakukan perbuatan dan mengulang-ulang perbuatan tersebut (makan, minum, reproduksi) hanya karena kehendak yang didasari insting tanpa memasuki dasar jiwa mereka (binatang tersebut).

Berbeda dengan binatang, jiwa manusia akan “menelan” perbuatan yang dilakukannya, sehingga di dalam jiwanya itu akan muncul cahaya atau kegelapan sesuai dengan sifat perbuatannya.

Oleh karena itu melalui kesadaran intuitif (wijdan), manusia dapat menangkap perbuatan-perbuatan yang berkenaan dengan latihan spiritual dan ibadah yang akan memunculkan cahaya dalam jiwa mereka, dan bersepakat akan pentingnya menghindari perbuatan-perbuatan dosa dan perilaku tercela yang akan memunculkan kegelapan dalam jiwanya.

Agar manusia menjadi lebih unggul dibandingkan dengan binatang dalam rangka memecahkan berbagai permasalahan dan mencapai maslahah dalam kehidupannya setiap manusia terdorong untuk melakukan sesuatu karena pandangan bersama (ra’y kulli), terkait keuntungan-keuntungan menurut rasionalitas mereka, serta agar selamat dari hukuman-hukuman di akhirat nanti.

Dengan demikian, pada dasarnya maslahah orang per orang akan konsisten dengan maslahah orang banyak.

Oleh karena itu kemaslahatan dalam konteks Krisis Gaza, tentu saja harus memperhatikan hal ini.

Manusia menggabungkan rasa estetis (zarafah) dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan binatang yang menginginkan sesuatu semata karena untuk memenuhi kebutuhannya, pada tahapan tertentu- selain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia terkadang mencari kesenangan atau kenyamanan.

Penggabungan konsep 'kenyamanan' dengan 'pemenuhan kebutuhan' ini, nampaknya sangat terkait dengan tingkatan-tingkatan maslahah yakni antara maslahah daruriyyah, maslahah tahsiniyyah dan maslahah hajiyyah.

Dengan potensi intelektual yang dimilikinya, manusia dapat mencari berbagai cara pembudidayaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang kemudian akan ditiru oleh orang lain, dan terus disempurnakan oleh generasi berikutnya dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah SWT.

Oleh karena itu dalam kehidupan manusia, Islam menekankan pentingnya etika dan moralitas. Manusia dianggap sebagai entitas rasional yang memiliki tanggung jawab moral.

Al-Qur'an dan tradisi Nabi Muhammad memberikan ajaran etika yang kuat, termasuk kebajikan seperti keadilan, kejujuran, kebaikan, dan kasih sayang.

Manusia dianggap sebagai perpaduan antara tubuh dan jiwa dalam Islam. Kesehatan jasmani dan rohani dianggap saling terkait, dan keseimbangan antara sisi jasmani dan rohani sangat dianjurkan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved