Berita PALI

Petani PALI Sumsel Mulai Bajak Sawah, Hasil Produksi Meningkat Berkat Padi Organik Binaan Pertamina

Kekeringan musim kemarau kemarin terlampau ekstrim sehingga lahan persawahan menjadi gersang dan tak bisa ditanami.

Sripoku.com/Apriansyah Iskandar
Petani mulai membajak sawah ketika memasuki musim penghujan, dan akan segera melakukan penanaman pada bulan Desember. 

SRIPOKU.COM, PALI -- Selama dua pekan terakhir, wilayah Kabupaten PALI nampak sudah terjadi hujan dengan intensitas sedang dan lebat yang cukup merata.

Warga yang paling bergembira saat datangnya hujan adalah para petani.

Bagaimana tidak, petani yang mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah tentu akan bisa segera kembali bekerja mengolah tanah yang mana pada musim kemarau sawah mereka kering tak bisa ditanami.

Saat ini, terlihat para petani di lahan persawahan Rejosari, Kelurahan Talang Ubi Utara, Kabupaten PALI sudah mulai bergerak membajak sawah agar bisa segera ditanami.

Supradiansyah, salah seorang petani di kawasan Rejosari saat ditemui sedang membajak sawah, mengaku bersyukur karena telah PALI memasuki musim penghujan.

Ia mengatakan, saat ini para petani sedang mengolah lahan persawahan kembali usai terlantar selama tiga bulan karena dampak musim kemarau.

"Ini lagi olah lahan sawah pak, karena sudah masuk musim penghujan."

"Rencananya bulan depan sekitar awal bulan Desember baru mulai menanam kembali," ujarnya, Selasa (21/11/2023).

Sebenarnya menurut dia, para petani di kawasan Rejosari sudah menanam benih padi organik yaitu jenis padi yang tidak memerlukan banyak air.

Namun, kata Supradiansyah, kekeringan musim kemarau kemarin terlampau ekstrim sehingga lahan persawahan menjadi gersang dan tak bisa ditanami.

"Rata-rata sawah di sini merupakan sawah tadah hujan, sumber air untuk irigasi sawah hanya mengandalkan dari aliran Sungai Abab dan Sungai Penukal yang ada disekitar sawah,"ungkapnya.

Akibat kemarau, sumber air sungai di sekitar kering.

Para petani pada saat musim kemarau kemarin pum menunda masa tanamnya karena takut gagal panen.

Supradiansyah juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan dari Pertamina EP Pendopo dalam pengolahan padi jenis organik yang mampu meningkatkan produktivitas padi di kalangan petani.

Petani mulai membajak sawah ketika memasuki musim penghujan, dan akan segera melakukan penanaman pada bulan Desember.
Petani mulai membajak sawah ketika memasuki musim penghujan, dan akan segera melakukan penanaman pada bulan Desember. (Sripoku.com/Apriansyah Iskandar)

Begitu juga yang dikatakan oleh Hendro Ketua Kelompok Tani Rejo Mulyo binaan Pertamina EP Pendopo.

Hendro mengatakan semenjak menanam padi organik, permasalahan air di lahan persawahan sangat membantu para petani.

Karena padi organik merupakan jenis padi yang tidak memerlukan banyak air.

Selain itu, petani juga terbantu dari segi permasalahan pupuk, karena padi jenis organik tidak memerlukan pupuk kimia.

"Jadi kami dibina oleh pembimbing dari Pertamina untuk menghasilkan pupuk kompos sendiri."

"Begitu juga dengan Pestisida (Racun rumput), kami membuatnya dengan bahan alami dari dedaunan tanpa menggunakan bahan kimia.

"Sehingga padi yang dihasilkan merupakan padi sehat tanpa bahan kimia," kata dia.

Meski sudah menanam padi organik, diakui Hendro, selama musim kemarau tiga bulan terakhir para petani memang menunda masa tanam.

Karena menurutnya, kemarau kali ini iklimnya cukup kering serta panas dan gersang dampak dari El Nino, sehingga petani takut gagal panen.

"Alhamdulillah sekarang sudah ada hujan yang tampak merata, tanah persawahan juga kembali basah."

"Hari ini kami mulai membajak sawah lagi agar bisa ditanami di bulan depan," tuturnya.

Untuk produksi beras yang dihasilkan, Hendro juga mengakui para Kelompok Tani Rejo Mulyo mengalami peningkatan dalam produksi padi yang dihasilkan.

Biasanya, menurut Hendro, kalau menanam padi biasa (non organik) dalam satu hektare hanya menghasilkan beras sebanyak 3,2 ton.

Tapi ketika menanam padi organik, para petani mampu menghasilkan beras sebanyak 7,5 ton.

"Ada peningkatan 100 persen dari ketika kami belum dibina menanam padi organik."

"Dan juga kami sudah menghasilkan empat kali panen dari padi organik hasil binaan Pertamina ini," terangnya.

Untuk biaya tanam, menurut Hendro, juga lebih murah, di mana dalam dua hektare lahan sawah hanya membutuhkan sekitar lima kilogram bibit padi organik.

Hal tersebut sangat jauh perbandingannya ketika menanam bibit padi biasa, yang membutuhkan sekitar 100 kilogram bibit untuk dua hektare lahan sawah.

"Biasanya untuk modal tanam dari pengolahan sampai ke panen dalam satu hektare sawah menghabiskan modal sekitar Rp 10 juta."

"Sekarang lebih kurang Rp 5 juta saja, jadi iritnya sangat jauh sekali, "imbuhnya.

Petani mulai membajak sawah ketika memasuki musim penghujan, dan akan segera melakukan penanaman pada bulan Desember.
Petani mulai membajak sawah ketika memasuki musim penghujan, dan akan segera melakukan penanaman pada bulan Desember. (Sripoku.com/Apriansyah Iskandar)

Sementara untuk beras hasil panen, rata-rata petani di kawasan Rejosari Sari memanfaatkannya untuk kebutuhan sendiri, meskipun kadang juga dibeli oleh pihak Pertamina.

"Kalau dijual d ipasaran jarang, karena harganya jatuh sekali."

"Rata-rata untuk konsumsi masing-masing petani, paling kalau jual beras sama para tetangga disekitar sini saja," ujar dia.

Hendro juga berharap adanya pendampingan lagi dari Pertamina untuk membina para petani dalam menanam padi organik dan pengolahan pupuk kompos.

Menurutnya, pendampingan sangat penting karena proses penghasilan padi organik tidak selesai hanya sampai pada penanaman.

Kelompok Tani Rejo Mulyo masih membutuhkan pendampingan dalam mengembangkan padi organik yang telah mereka lakukan hampir dua tahun ini.

"Kemarin kami didampingi oleh Pak Rahmat yang memberikan pembinaan kepada kami selama ini."

"Berhubung kontraknya sudah habis dari Pertamina, dia kembali ke daerah asalnya,"

"Kami berharap Pertamina memberikan pendampingan lagi atau memperpanjang kontrak pendamping sebelumnya dalam melakukan pembinaan kepada Kelompok Tani Rejo Mulyo,"

"Ada sekitar 30 hektare sawah binaan Pertamina di kawasan Rejosari Sumberjo, yang mulai menanam padi organik."

"Untuk itu, diperlukan pendamping untuk melakukan pembinaan," tandasnya.

===

Simak berita Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved