Berita Advertorial

Keripik Singkong Anggun Membawa Berkah Bagi Warga Simpang Tungkal

Semangat, kerja keras dan kesungguhan Mat Sahri dan Sukaesih berwirausaha telah mengangkat tinggi nasib mereka.

Editor: Odi Aria
Handout
Kelompok Usaha Anggun menjadi berkah bagi warga sekitar. Kehadiran pabrik keripik singkong Anggun turut berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi perempuan. 

SRIPOKU.COM- Semangat, kerja keras dan kesungguhan Mat Sahri dan Sukaesih berwirausaha telah mengangkat tinggi nasib mereka.

Keputusan pasangan warga Desa Simpang Tungkal, Kecamatan Tungkal Jaya, Musi Banyuasin,
berhenti dari berkebun sawit, dan kemudian memulai usaha keripik berbuah sukses besar.

Usaha Keripik “Anggun” yang mereka rintis tak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan warga sekitar, namun juga memperoleh sederet penghargaan.


Pasangan yang hanya mengenyam pendidikan SD itu, mengawali bisnisnya pada 2007. Mat Sahri dan Sukaesih memberi merek “Anggun” pada produknya, seperti nama putrinya.

Awalnya, mereka merintis produksi keripik singkong, pisang dan peyek. “Seiring waktu, kami putuskan fokus keripik singkong saja,” ujar Sahri.


Berbagai tantangan mereka lalui saat merintis usaha keripik singkong. Bermodal semangat, kerja keras,dan
kesungguhan, kapasitas produksi keripik Anggun yang awalnya hanya 10 kilogram per hari perlahan terus
meningkat.

Berkah bagi Usaha Keripik Anggun datang pada 2009, setelah Medco E&P Grissik Ltd (MEPG)
memberi dukungan.

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang bekerja di bawah pengawasan SKK Migas ini hadir memberikan
dukungan berkelanjutan pada Kelompok Usaha Anggun.

Manager Field Relations and Community Enhancement MEPG, Sudewo, mengatakan, dukungan Perusahaan berupa sarana usaha, pelatihan manajemen, perizinan, perbaikan kebersihan, dan renovasi rumah produksi.

Bantuan MEPG

Berkat kerja keras dan kolaborasi bersama tim pendamping dari MEPG, Kelompok Usaha yang dirintis Sahri dan Sukaesih terus menunjukkan kemajuan. Pada 2015, mereka berhasil membangun fasilitas produksi keripik terpisah dari rumah tinggal.

Berkat bimbingan MEPG dan upaya keras mereka, rumah produksi yang awalnya berdinding kayu dan beralas tanah, berubah jadi berdinding bata dan lantai keramik.


Seiring melonjaknya produksi, di halaman rumah Sahri dan Sukaesih terparkir mobil pick-up pengangkut bahan baku dan distribusi hasil produksi.

Untuk memastikan bahan baku berkualitas, mereka juga menanam sendiri singkong di lahan seluas lima hektare miliknya. Kebun itu kini menjadi sentra bahan baku keripik Anggun.

Perkembangan Kelompok Usaha Anggun menjadi berkah bagi warga sekitar. Sebanyak 12 warga terdiri atas 10 ibu rumah tangga yang awalnya tak memiliki keterampilan dan pendapatan tetap bisa terlibat di pabrik keripik singkong ini.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved