Kabut Asap di Palembang

Jembatan Ampera 'Ditelan' Kabut Asap, Udara di Palembang Berbahaya hingga Jarak Pandang Terbatas

"Sekarang kita fokus pemadaman di lokasi kebakaran paling luas dan pertimbangan sumber asap produksi api. Seperti di Desa Jungkal,

Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Syahrul Hidayat
MASIH DIKEPUNG ASAP --- Kondisi udara Kota Palembang pada dinihari hingga menjelang pagi masih berkabut asap tebal, Senin (30/10/2023). Hingga kini kota Palembang masih dikepung asap karhutla. Indeks udara kota Palembang diposisi berbahaya dan jarak pandang terbatas. SRIPO/SYAHRUL 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kabut asap di Kota Palembang semakin parah, dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel).

Saking parahnya kondisi udara di Palembang berada di level bahaya.

Tidak hanya itu jarak padang juga terganggu akibat terhalang oleh kabut asap tersebut.

Berdasarkan data di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan angka Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palembang berada di angka 321 pada pukul 10.00 WIB.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto, mengatakan, kebakaran hutan dan lahan terjadi di Desa Jungkal (Kecamatan Pampangan), Desa Pulau Beruang (Tulung Selapan), Desa Cinta Manis (Pedamaran), Kelurahan Kedaton (Kayuagung) dan suaka marga satwa Padang Sugihan (Kabupaten Banyuasin).

MASIH DIKEPUNG ASAP --- Kondisi udara Kota Palembang pada dinihari hingga menjelang pagi masih berkabut asap tebal, Senin (30/10/2023). Hingga kini kota Palembang masih dikepung asap karhutla. Indeks udara kota Palembang diposisi berbahaya dan jarak pandang terbatas. SRIPO/SYAHRUL
MASIH DIKEPUNG ASAP --- Kondisi udara Kota Palembang pada dinihari hingga menjelang pagi masih berkabut asap tebal, Senin (30/10/2023). Hingga kini kota Palembang masih dikepung asap karhutla. Indeks udara kota Palembang diposisi berbahaya dan jarak pandang terbatas. SRIPO/SYAHRUL (SRIPOKU.COM / Syahrul Hidayat)

"Sekarang kita fokus pemadaman di lokasi kebakaran paling luas dan pertimbangan sumber asap produksi api. Seperti di Desa Jungkal, Cinta Manis dan Kedaton yang merupakan lahan restorasi gambut," kata dia.

Menurutnya saat ini karhutla terluas berada di Desa Jungkal, di sana terdapat kendala air sudah mulai sedikit karena tidak ada hujan sama sekali.

"Di lokasi itu hari tanpa hujan sudah berlangsung 90 hari, pernah turun hujan tetapi hanya beberapa menit saja. Otomatis kondisi air sekarang semakin sedikit," kata dia.

Sedangkan petugas pemadaman membutuhkan air, namun kondisi dipersulit akibat angin sangat kencang sehingga memudahkan terbakar.

"Yang terbakar saat ini merupakan gambut dalam," ungkapnya.

Dikarenakan OKI merupakan wilayah dengan titik karhutla tertinggi. Maka seluruh anggota Manggala Agni Sumsel sebanyak 240 orang telah diperbantukan untuk pemadaman karhutla.

"Seluruh petugas wilayah Sumsel sudah kami turunkan di sini semua, besok kita tambah lagi 30 pasukan Manggala Agni dari Provinsi Jambi kita bawa ke sini juga. Selain itu ada bantuan personil dari Polda Sumsel 50 orang," tegasnya.

Selain personil, pihaknya juga mendapatkan bantuan alat pompa baru yang berasal dari Pertamina, Indonesian power, Medco, Pusri dan lain-lainnya.

Dia memprediksi karhutla di OKI bakal melandai, setelah turunnya hujan deras dengan rentan waktu yang lama.

"Saya berharap 2 atau 3 hari ke depan akan ada hujan. Karena sesuai prediksi BMKG masih ada potensi hujan. Kita juga berharap hujan bisa sampai titik-titik karhutla," kata dia. (Syahrul/Winando/TS). 

 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved