Berita Viral
Maksud Ucapan Panglima TNI Mau 'Piting' Warga Rempang, Yudo Margono Ngaku tak Niat Lakukan Kekerasan
Namun, kata memiting sering diucapkan sewaktu kecil di desa tempatnya besar merupakan sebagai pelukan untuk melerai seseorang yang sedang bertengkar.
SRIPOKU.COM - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membeberkan maksud ucapaannya soal kalimat 'piting' warga Rempang yang viral.
Yudo Margono mengaku, kata memiting ini bukan bertujuan untuk melakukan kekerasan seperti yang diartikan banyak orang.
Namun, kata memiting sering diucapkan sewaktu kecil di desa tempatnya besar merupakan sebagai pelukan untuk melerai seseorang yang sedang bertengkar.
“Jadi memiting ini tujuannya untuk memisahkan atau melerai, agar tidak orang yang dipiting itu bisa mengontrol emosinya yang sedang berapi-api,” jelas Yudo Margono.
“Namun sekali lagi, saya mohon maaf atas ucapan itu yang seharusnya tidak saya ucapkan,” sambung Yudo Margono.
Yudo mengatakan, tindakan memiting lebih aman karena memang personel TNI tidak lagi dilengkapi senjata ketika terlibat melakukan pengamanan aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat.
“Sebab sejak memasuki era reformasi, pihak TNI tidak lagi dilengkapi senjata,” terang Yudo Margono.
Baca juga: Ucapan Panglima TNI Piting Warga Rempang Viral, Ustaz Abdul Somad Minta KBBI Segera Direvisi

Panglima TNI Laksamana Yudio Margono pun meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) terkaitnya perintahnya untuk memiting warga.
Pernyataan itu dilontarkan Yudo saat rapat membahas penanganan unjuk rasa warga di Rempang beberapa waktu lalu.
“Dari hati saya yang paling dalam, saya memohon maaf atas ucapan saya kemarin, tidak maksud apa-apa, hanya saja pengertian bahasa di masing-masing daerah berbeda-beda,” kata Yudo Margono usai membuka kegiatan Asean Solidarity Exercise In Natuna (ASEX) 01- Natuna di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Selasa (19/9/2023).
TNI tak terjunkan pasukan ke Pulau Rempang
Lebih jauh Yudo juga mengatakan, TNI tidak menerjunkan pasukan atau operasi non militer ke Pulau Rempang, Galang, Batam. Pasukan yang terlibat hanya dari Pangdam setempat atas permintaan pihak BP Batam.
“Perumpamaan saja. Tapi kalau pengertian masyarakat lain-lain ya pada kesempatan ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,” sebut Yudo.
Diakuinya, selain dari Korem setempat, prajurit di Pulau Rempang merupakan pasukan dari Panglima Komando Armada (Pangarmada), Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal), dan Komando Distrik Militer (Kodim) setempat.
“Saya bahkan meminta Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) TNI Marsekal Muda TNI Agung Handoko untuk turun ke lokasi sebelum kerusuhan pada 7 September itu terjadi,” papar Yudo.
Yudo mengaku sebelumnya juga telah mewanti-wanti agar prajurit TNI jangan sampai terlibat dalam pengamanan bentrok di Pulau Rempang, Batam. “Baru kemarin Danpuspom TNI Marsekal Muda TNI Agung Handoko pulang, karena saya minta beliau kerahkan Puspom TNI untuk mengawasi itu,” pungkas Yudo.
Minta Warga Rempang Tak Takut dengan Prajurit TNI
Yudo meminta masyarakat di Rempang menggunakan prajurit TNI sebagai media komunikasi, menanyakan beberapa hal yang belum dipahami terkait kemelut pengosongan tiga pulau di Batam itu.
"Enggak usah merasa takut, justru gunakan TNI-Polri, satpol PP untuk berkominikasi, tanya lah," ujar Yudo saat ditemui awak media di Dermaga Batu Ampar, Rempang, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (19/9/2023).
Yudo mengatakan, prajurit TNI yang berjaga di kawasan Rempang tidak dilengkapi dengan senjata. Mereka berasal dari kesatuan Komando Resor Militer (Korem), Komando Armada (Pangarmada), Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal), dan Komando Distrik Militer (Kodim) setempat.
"Kalau ada hal yang mungkin dianggap rawan atau membahayakan ya silakan laporkan di situ," ujar Yudo.
Menurut dia, prajurit dari kesatuan itu diterjunkan di wilayah Rempang karena diminta oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.
Ia mengatakan, TNI tidak akan menerjunkan prajurit sebagai Bawah Kendali Operasi (BKO) Jika tidak diminta oleh pemerintah daerah (pemda) setempat. "Kalau tidak ada permintaan ngapain saya harus ke situ, kita tarik semua," tutur Yudo.
Sebelumnya, Yudo mengatakan bahwa TNI bertugas mem-back up polisi dalam proses pengamanan di Pulau Pulau Rempang, Batam.
Bahkan Yudo mengungkapkan TNI hanya BKO (bawah kendali operasi) Polri.
Hal ini juga menjadi sorotan masyarakat dalam menanggapi kericuhan yang terjadi di Batam terkait penolakan relokasi 16 titik kampung tua di Pulau Rempang, Galang, Batam.
Reaksi Ustaz Abdul Somad

Di sisi lain, ucapan Laksamana Yugo Margono ini menuai kritis keras termasuk dari Ustaz Abdul Somad (UAS).
UAS sampai meminta definisi 'piting' pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) direvisi.
Alasannya karena kata piting bukan berarti mengapit atau menjepit dengan kaki atau lengan seperti yang tercantum dalam KBBI saat ini.
Makna piting menurut pihak TNI adalah merangkul.
"Mohon agar Kamus Besar Bahasa Indonesia direvisi. Ada makna lain dari kata piting, yaitu merangkul," tulis Ustaz Abdul Somad lewat status instagramnya @ustadzabdulsomad_official pada Selasa (19/9/2023).
Revisi tersebut disampaikan Ustaz Abdul Somad harus segera dilakukan.'
Sebab, merujuk tangkapan layar KBBI yang diunggahnya, tidak ada penjelasan merangkul dalam kata 'piting'.
Dalam halaman KBBI, hanya terdapat tiga makna dari kata dasar 'piting', antara lain:
1. Piting, memiting, yakni mengapit atau menjepit dengan kaki atau lengan.
Kata dasar itu bisa digunakan dalam kalimat: dengan cepat ia menubruk musuh itu lalu (piting) batang lehernya.
2. Piting-memiting, yakni saling memiting; baku piting.
Kata dasar itu bisa digunakan dalam kalimat: kedua anak itu (piting-memiting).
3. Pitingan, yakni cara (hasil) memiting.
Kata dasar itu bia digunakan dalam kalimat: Ia merobohkan lawan dengan teknik (pitingan) yang baru dipelajarinya.
Postingannya pun disambut ramai masyarakat.
Para pengikutnya menyatakan setuju dengan sarkas yang dituliskan UAS.
Sebagian lainnya menghujat Panglima TNI Laksamana Yudo Margono karena dinilai sangat arogan terhadap rakyat.
Unggahan UAS ada alasannya.
Dia mempertanyakan klarifikasi Kapuspen TNI, Laksamana Muda TNI Julius Widjojono atas pernyataan Laksamana Yugo Margono.
Menurut Julius, makna 'piting' yang disampaikan Laksamana Yudo Margono merupakan bahasa untuk prajurit yang berarti merangkul.
"Yang berarti setiap prajurit 'merangkul' satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan. Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit," ujar Julius dikutip dari Kompas TV pada Senin (18/9/2023).
Diberitakan sebelumnya ucapan Panglima TNI Laksamana Yugo Margono kepada anggotanya untuk memiting rakyat Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau itu viral.
"Lebih dari masyarakatnya itu satu orang miting satu. Ya kan TNI-nya umpanya, masyarakatnya 1.000 ya kita keluarkan 1.000. Satu miting satu itu kan selesai. Nggak usah pakai alat, dipiting aja satu-satu," ungkap Laksamana Yudo Margono.
"Tahu itu dipiting? ya itu dipiting aja satu-satu," tegasnya.
Artikel sebagian diolah dari Kompas.com
CARA licik Pria Bunuh Pegawai BPS Halmahera, Gasak Rp89 Juta, Seminggu Kemudian Santai Menikah |
![]() |
---|
POLISI Pangkat Aipda Ini Divonis Hukuman Pidana 15 Tahun Penjara, "Saya Pikir-pikir Yang Mulia," |
![]() |
---|
NASIB Buruh Jahit Ismanto Syok Ditagih Pajak Rp2,8 Miliar Huni Rumah Sempit, KPP Pekalongan Bersuara |
![]() |
---|
FAKTA Pria Jalan Kaki 210 KM Temui Gubernur Jateng Imbas Kena PHK, Pihak Pertamina Cilacap Bersuara |
![]() |
---|
FAKTA di Balik Video Tahanan Viral Ngaku Tak Bersalah tapi Dipenjara, Kalapas Maros Angkat Bicara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.