Tahun Baru Islam 2023

Tradisi Malam Satu Suro, Momen Sakral Masyarakat Jawa Minta Keselamatan dan Ajang Introspeksi Diri

Salah satu ritual di bulan keramat berdasarkan kepercayaan masyarakat Pulau Jawa disebut sebagai tradisi malam Satu Suro dalam menyambut 1 Muharram.

|
Penulis: Tria Agustina | Editor: Odi Aria
TribunMakassar.com
ilustrasi tradisi malam Satu Suro 

SRIPOKU.COM - Berikut ini tradisi atau perayaan satu suro malam sakral masyakarat Jawa sambut 1 Muharram.

Menjelang pergantian Tahun Baru Islam 2023, terdapat tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa yang dianggap sakral.

Salah satu ritual di bulan keramat berdasarkan kepercayaan masyarakat Pulau Jawa disebut sebagai tradisi malam Satu Suro.

Tradisi ini bertujuan untuk meminta keselamatan, memperbaiki diri hingga bentuk ungkapan rasa syukur serta evaluasi atas segala dosa sepanjang satu tahun yang dilewati.

Tradisi malam Satu Suro selalu dilaksanakan tepat pada tanggal satu Muharram atau Tahun Baru Islam.

Tradisi malam Satu Suro merupakan upacara adat yang menjadi budaya turun temurun Masyarakat Jawa.

Baca juga: Contoh Teks Khutbah Tahun Baru Islam 2023, Tentang Keistimewaan Bulan Muharram 1445 Hijriyah

Berbicara tentang pemaknaan tradisi ini, kata Suro berasal dari bahasa arab yakni ‘asyura' yang berarti kesepuluh (tanggal 10 Muharram).

Dalam kepercayaan agama Islam, bulan Suro telah dipahami sebagai bulan suci yang dianggap sakral oleh mayoritas masyarakat beragama Islam khususnya di pulau Jawa.

Dilansir melalui laman wikipedia, Tradisi Malam Satu Suro adalah perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada tanggal 1 Muharram menurut penanggalan Jawa.

Tradisi ini memiliki nilai spiritual dan kebudayaan yang penting serta mengandung makna dan simbolisme yang kaya.

Bagi masyarakat yang mengikuti tradisi tersebut, shalawatan memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan. Shalawat mampu memberikan kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan mereka.

Dari perayaan tahlilan inilah muncul berbagai simbol-simbol tradisional malam Suro lainnya, seperti Jenang Suran (Panggul), Dupa, dan Tawasul.

1. Jenang Suran (Panggul)

Jenang Suran, dalam perayaan tahlilan malam satu Suro, melambangkan bahwa setiap individu harus memikul beban hidupnya sendiri.

Tidak ada manusia yang terbebas dari tanggung jawab hidup. Artinya, seseorang yang hidup harus siap menerima segala risiko.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved