Tahun Baru Islam 2023

Sejarah Bubur Asyura, Tradisi Umat Muslim Tiap Tanggal 10 Muharram Ternyata Punya Makna Rasa Syukur

Bubur Asyura menjadi sajian yang disatukan dengan pelaksanaan puasa sunnah yakni Muharram. Bubur Asyura dibuat dan disajikan setiap 10 Muharram.

Penulis: Tria Agustina | Editor: Odi Aria
SRIPOKU.COM/Dokumen
Bubur Asyura khas Kampung Arab di Palembang yang dibagikan saat peringatan 10 Muharram di rumah almarhum KH Zen Syukri, Sabtu (29/8/2020). 

SRIPOKU.COM - Berikut ini sejarah bubur asyura, tradisi setiap 10 Muharram yang sarat makna.

Salah satu hal yang menjadi kebiasaan setiap tanggal 10 Muharram ialah penyajian bubur asyura.

Bubur asyura menjadi sajian yang disatukan dengan pelaksanaan puasa sunnah yakni Muharram.

Puasa yang dilakukan pada 10 Muharram ini disebut juga sebagai puasa Asyura.

Sehingga bubur asyura yang dibuat dengan berbagai bahan dan ramuan khusus ini dimakan untuk berbuka puasa di hari tersebut.

Berikut ini sejarah bubur asyura, tradisi tiap 10 Muharram yang bisa disimak selengkapnya.

Baca juga: Apa Itu Hari Asyura? Hari Mulia Tanggal 10 Bulan Muharram, Hari Allah Ciptakan Langit dan Lapisannya

Suasana pembagian bubur asyura di kediamannya peringatan 10 Muhharam di Jalan KH Azhari Kelurahan 12 Ulu Kecamatan SU II Palembang, Selasa (10/9/2019).
Suasana pembagian bubur asyura di kediamannya peringatan 10 Muhharam di Jalan KH Azhari Kelurahan 12 Ulu Kecamatan SU II Palembang, Selasa (10/9/2019). (Sripoku.com/Dokumen)

Tradisi memasak bubur asyura merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.

Jika dirujuk menurut sejarah atau asal-usulnya, bubur asyura sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.

Dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh a.s. sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari 'asyuro, beliau berkata kepada kaumnya, "kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!" Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata, "(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal dan 'adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)".

Kemudian Nabi Nuh berkata, "masaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat".

Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Kejadian di atas merupakan praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan, dan juga peristiwa itu dijadikan inspirasi sebagai kebiasan setiap Hari 'asyuro.

Sejak itu, tradisi memasak bubur Asyura dilakukan oleh umat muslim di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Tradisi memasak bubur asyura tidak hanya berpusat pada satu wilayah, tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia yang warganya melaksanakan puasa Muharam.

Tradisi memasak bubur Asyura setiap tanggal 10 Muharam memang masih terus dipertahankan di berbagai daerah di Indonesia.

Momen ini menjadi makin spesial, selain dimasak secara bergotong-royong, momen ini menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan menumbuhkan jiwa sosial.

Cek Berita dan Artikel Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved