Breaking News

Opini: Sensus Pertanian 2023: 'Mencatat Pertanian Indonesia'

Kegagalan penyediaan data dasar saat ini akan mengakibatkan biasnya perencanaan pembangunan hingga sepuluh tahun ke depan.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Muhammad Rizky Septian SST (ASN pada BPS Kabupaten Ogan Komering Ilir) 

Oleh: Muhammad Rizky Septian SST
(ASN pada BPS Kabupaten Ogan Komering Ilir)

SRIPOKU.COM -- SESUAI amanat Undang-Undang No. 16 Tahun 1997, Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan statistik dasar yang cara pengumpulan datanya melalui survei dan sensus. Perbedaan paling mendasar dari kedua cara pengumpulan data tersebut adalah cakupannya. Survei dilakukan terhadap sebagian amatan yang terpilih dari seluruh populasi, artinya terdapat proses sampling yang mendahuluinya.

Misalnya, kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan dua kali setiap tahunnya, yaitu pada bulan Maret dan bulan September dengan tujuan untuk menyediakan data tentang kesejahteraan rumah tangga seperti pendidikan, kesehatan, dan kemampuan daya beli (BPS, 2023).

Di sisi lain, sensus dilakukan terhadap seluruh populasi tanpa adanya proses pengambilan sampel. Salah satu kegiatan sensus yang dilaksanakan dalam waktu dekat oleh BPS adalah Sensus Pertanian (ST) pada Juni hingga Juli 2023. Kegiatan ST2023 ini secara umum dilakukan untuk mengakomodasi variabel yang dibutuhkan untuk kelengkapan data pertanian yang perkembangannya sangat dinamis.

ST2023 dirancang untuk memperoleh hasil yang berstandar internasional dengan mengacu pada program Food and Agricultural Organization (FAO) yang dikenal dengan World Programme for the Cencus of Agriculture (WCA) sehingga dapat menjawab kebutuhan data baik di level nasional maupun internasional dan terjaga keterbandingan datanya dengan negara-negara lain.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Beberapa hal yang menjadi pembeda antara ST2023 dengan sensus pertanian sebelumnya adalah pelaksanaannya yang berbasis digital seiring dengan era revolusi industri 4.0 yang menekankan kepada sistem digitalisasi menuju era big data. Peralatan digital tersebut antara lain berupa aplikasi smartphone berbasis android dan website yang diharapkan nantinya dapat mempermudah proses pengumpulan data di lapangan. Teknologi yang akan digunakan pada smartphone android tersebut dikenal dengan istilah Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI), yang artinya para petugas akan menggunakan “gawai pintarnya” dalam melakukan perekaman data pertanian.

Selain CAPI, BPS rencananya juga akan menggunakan aplikasi berbasis web yang dikenal dengan istilah Computer Assisted Web Interviewing (CAWI). Berbeda dengan CAPI, CAWI lebih ditujukan kepada para perusahaan pertanian berbadan hukum agar lebih mudah dalam melakukan pengisian data sendiri tanpa harus diwawancarai oleh petugas di lapangan.

Namun demikian, bukan berarti metode konvensional dalam pengumpulan data yang masih menggunakan kertas dari rumah ke rumah sudah tidak lagi digunakan. BPS tetap akan menggunakan metode wawancara menggunakan pensil dan kertas yang disebut juga Paper And Pencil Interviewing (PAPI) pada ST2023, terutama untuk para pelaku usaha pertanian perorangan yang tidak berbadan hukum.

Secara umum, hasil dari ST2023 nantinya akan dapat menggambarkan struktur pertanian Indonesia. Hasil ST2023 akan melahirkan data pertanian yang lengkap, akurat, aktual, dan menyeluruh sehingga bisa menjadi basis data bagi pemangku kebijakan dalam menentukan langkah strategis terkait masalah pertanian. Data yang komprehensif dan berkualitas tentunya akan memudahkan perencanaan pembangunan yang tepat sasaran.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Pembangunan yang tepat sasaran akan berdampak pada ketepatan anggaran yang digunakan, sehingga tidak terkesan anggaran yang cukup besar akan menguap begitu saja tanpa ada hasil yang terlihat jelas di lapangan. Isu mengenai pertanian tentunya sangat beragam, seperti masalah ketahanan pangan, produktivitas, dan lain sebagainya.

Selain itu, data ST2023 yang lengkap dan akurat nantinya akan sangat bermanfaat bagi para pelaku usaha pertanian. Misalnya, terkait dengan distribusi ketersediaan pupuk, dominasi jenis tanaman pertanian, serta penggunaan alat dan mesin pertanian yang nantinya dapat menjadi bahan evaluasi dalam menciptakan jenis usaha pertanian yang berkelanjutan dan deteksi dini terkait dengan risiko yang mungkin terjadi.

ST2023 menjadi langkah yang sangat strategis untuk mewujudkan data dasar untuk itu semua. Kegagalan penyediaan data dasar saat ini akan mengakibatkan biasnya perencanaan pembangunan hingga sepuluh tahun ke depan. Kita semua mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangsih nyata dalam pembangunan bangsa. Salah satu caranya adalah dengan berpartisipasi aktif dalam menyukseskan pelaksanaan ST2023 demi terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia. ***

Update COVID-19 18 Juni 2023.
Update COVID-19 18 Juni 2023. (https://covid19.go.id/)
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved