Berita OKI

Petani Sawit Perlu Perhatian yang Diperoleh Jika Sawit Matang Tak Kunjung Dipanen, Ini Dampaknya

Meskipun harga jual Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit terbilang fluktuatif khususnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Editor: bodok
SRIPOKU.COM/handout
Saat petani sedang memanen buah sawit di kebun miliknya. 

SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG - Meskipun harga jual Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit terbilang fluktuatif khususnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Seluruh petani sawit tetap dihimbau untuk memanen buah sawit secara rutin untuk menghindari dampak jangka pendek dan jangka panjang apabila buah yang sudah matang dibiarkan di batang pohon.

Dikatakan Kabid Penyuluhan Pengolahan dan Pemasaran di Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) OKI (Ogan Komering Ilir) Zulkarnain terdapat dua dampak jangka pendek apabila buah tidak dipanen.

Pertama, kualitas CPO yang dihasilkan akan menurun kualitasnya, karena akan terjadi kenaikan asam lemak bebas.

"Selanjutnya dampak kedua adalah terlalu banyak buah overripe (terlalu matang) bahkan akan menjadi pembusukan di pokok pohon," ujarnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (17/6/2023) siang.

Dikatakan lebih lanjut, untuk buah yang terlalu matang juga akan berdampak pada banyaknya brondolan. Sehingga menyulitkan pekerja panen dalam mengutip (mengumpulkan) brondolan.

"Kalau pengawasan kurang, bahkan  banyak brondolan yang tidak dikutip. Hal tersebut juga bisa membuat hasil panen menjadi lebih sedikit dan berkurang," ucap dia.

Sedangkan untuk dampak jangka panjang. Akan terjadi potensi penyakit yang disebabkan oleh jamur akibat banyaknya buah tidak dipanen hingga menjadi busuk.

Akibatnya, tanaman akan terganggu pertumbuhannya bahkan pada waktu beberapa bulan kedepan akan terjadi trek buah (hasil panen buah menurun drastis, bahkan tidak menghasilkan buah sama sekali).

"Buah yang tidak segera dipanen berpotensi memicu jamur marasmius palmivorus. Jamur ini juga dapat berkembang biak apabila tidak segera dikendalikan maka patogen ini akan cepat menyebar serta menyerang pohon sawit lain di sekitarnya," terang dia.

Dengan datangnya jamur ditandai berupa benang-benang halus berwarna putih yang mengikat di permukaan buah kelapa sawit. Kemudian benang putih tersebut akan tumbuh semakin meluas. 

"Serangan jamur ini di Indonesia termasuk salah satu yang paling parah dimana kerusakannya mencapai lebih dari 25 persen," katanya.

"Tanpa pengendalian yang baik maka para pekebun akan menerima kerugian dalam jumlah cukup besar," pungkasnya.

Merujuk hasil dari Tim Penetapan Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit Provinsi Sumatera Selatan periode pertama bulan Juni 2023. 

Ditetapkan harga sawit umur 10 - 20 tahun turun Rp 50,84 dari bulan Mei 2023 lalu menjadi Rp 2.120,13.

Berikut harga TBS sawit di masing-masing umur tanam berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Dimana untuk sawit usia tanam 3 tahun yaitu Rp 1.849,97, usia 4 tahun Rp 1.897,33, usia 5 tahun Rp 1.940,75, usia 6 tahun Rp 1.979,34, usia 7 tahun Rp 2.013,99, usia 8 tahun Rp 2.046,56, usia 9 tahun Rp 2.072,32.

Selanjutnya untuk usia 10 sampai 20 tahun Rp 2.120,13, usia 21 tahun Rp 2.092,50, usia 22 tahun Rp 2.068,82, usia 23 tahun Rp 2.040,75, usia 24 tahun Rp 2.008,73 dan terakhir usia 25 tahun Rp 1.936,85.

Harga minyak sawit mentah (CPO) ditetapkan Rp 9.809,72 dan harga Inti kelapa sawit (karnel) Rp 4.895,20 perkilogram dan indeks K sebesar 89,46 persen. 

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved