Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Waspdalah Dosa Jariyah di Era Digital
Hanya dengan internet, kita dapat menyerap dan menuai pahala ataupun dosa secara cepat dan real time.
Oleh: Otoman SS MHum
(Dosen Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang)
SRIPOKU.COM -- ISLAM mengajak manusia untuk beriman kepada Allah SWT dan beramal saleh. Tujuannya tak lain untuk kebaikanmanusia itu sendiri: “Barang siapa mengerjakan kebaikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan keburukan, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan Tuhanmu tidaklah zalim terhadap hamba-Nya” (Q.S.Fushshilat 46).
Saat ini kita berada di era teknologi, dimana dunia informasi semakin berkembangbegitu cepat dan menjadi semakin canggih. Potensi melakukan perbuatan baik ada di mana-mana, begitu pula potensi untuk melakukan kemaksiatan dan kejahatan.
Bayangkan, hanya dengan berada di depan ponsel, tablet, komputer atau perangkat canggih lainnya yang terkoneksi dengan internet, kita dapat menyerap dan menuai pahala ataupun dosa secara cepat dan real time. Setiap detik adalah mungkinberbagai informasi baru dicari, dibagi dan diterima. Mulai dari resep masakan hingga isu politik.
Menjadi fenomena kontemporer, setiap orang sepertinya ingin menjadi yang pertama berbagi informasi dalam berbagai bentuk; berita, tautan, infografis, video pendek atau foto. Ironisnya, banyak yang tidak peduli apakah informasi tersebut benar atau salah, bermanfaat atau merugikan, fakta atau hoax. Tidak tidak menjadi faktor pertimbangan. Pokoknya satu klik, sebarkan dan banggakan. Padahal konsekuensinya memiliki dua sisi; kebaikan (pahala) dan kejahatan (dosa). Harus disadari, inilah masalah kita yang sebenarnya. Secara psikologis, orang yang suka membuat hoax, mengkonsumsi dan menyebarkan masalah. Ada yang mengatakan mereka mengalami gangguan resistensi intelektual, bahkan orang terpelajar sekalipun.
Ada juga yang menganggap rendahnya kepekaan sosial. Tentu saja, kekuatan kritisnya kurang dan rasa empatinya rendah. Begitu juga gosip (berbicara buruk tentang orang), dan mereka yang suka ujaran kebencian, fotodanvideo susila. Mereka tidak sadar bahwa menyebarkan hal itu kepada oranglain sama saja dengan menceburkan diri ke dalam lumpur dosa.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Belum lagi apakah postingan itu dibagikan ulang, diubah dan ditambahkan oleh orang lain. Kemudian dunia maya heboh dan masalah tersebut diketahui masyarakat umum, maka keributan akan menjadi lebih buruk, apalagi jika ada pihak berkepentingan yang memanfaatkannya.
Disadari atau tidak, semua yang ada di dunia maya saat ini bisa menjadi bernilai ekonomi yang menguntungkan. Mereka yang terlibat tidak peduli jika nantinya menimbulkan kehebohan. Yang jelas, bilamana semakin terkenal (viral), banyak pengikut, disukai, sering ditonton dan dibagikan ke berbagai media sosial, semakin menjanjikan perbendaharaan pendapatan. Lalu apa manfaat dari semua ini bagi kehidupan kita? Yang jelas, tidak ada sama sekali.
Kegiatanmenyebarkan hoax, menyebarkan ujaran kebencian, bullying dan berbagi konten asusila kepada pihak tertentu, tidak hanya berdampak kepada diri mereka sendiri tetapi juga bagi orang lain. Dalam terminologi agama termasuk dalam kategori perbuatan maksiat Haqqul Adami. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah SWT jika pihak yang disakiti atau dianiaya memaafkannya.
Jika perbuatan dosa tersebut dilakukan dan disebarkan melalui media sosial kemudian ditiru oleh orang lain, maka termasuk kategori dosa jariyah. Melalui dunia maya, dosa menyebar tanpa batas (neverending sin), tidak tahu berapa lama dosa akan berhenti. Bisa jadi, dosa model ini tidak termaafkan. Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan yang demikian.
Rasulullah SAW telah memperingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkanoleh Imam Muslim: “Barang siapa yang mengerjakan satu sunnah hasanah dalam Islam, maka dia mendapat pahala dan pahala orang yang mengerjakannya, yang mengamalkan sunnah sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Dan siapa yang melakukan satu kebiasaan buruk dalam Islam maka dia mendapatkan dosanya dan dosa orang yang melakukan kebiasaan tersebut setelah itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” Coba pahami dan renungkan apa yang dikatakan Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin; “Sungguh bahagia orang yang meninggal, kemudian terhapus dosanya. Dan sungguh menyedihkan bagi seseorang yang meninggal, tetapi dia meninggalkan dosa yang konsekuensinya kejahatan terus berlanjut. ”Tahukah anda bagaimana dosa mempengaruhi era digital? Perlu diketahui bahwa hakikat kehidupan dunia maya (digital) adalah “abadi”. Artinya, begitu kita membuat jejak digital, jejak itu disimpan selamanya dalam data besar digital; repositori di dunia maya yang tak terbatas. Meski sudah berkali-kali dihapus, file-file tersebut tetap ada. Sebuah postingan media sosial, meski pemilik akun menghapusnya, suatu hari info begini bisa muncul lagi. Pesan yang diunggah kemungkinan besar sudah disimpan di lusinan atau ratusan server. Itu juga dapat disimpan dalam ribuan bahkan jutaan komputer atau ponsel.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Ingat, kasus video porno artis ternama dalam negeri? Meski sudah dihapus di situs penyebar, banyak yang tersimpan di ponsel atau PC. Jadi jika muncul minat, postingan tersebut dapat diunggah kembali kapan saja. Sekalipun orang yang melakukannya telah bertobat atau meninggal dunia, dosa digitalnya masih bisa muncul. Artinya, apa yang dibagikan atau dibagikan di dunia maya bersifat “abadi” (tidak pernah ada habisnya). Karena sifatnya yang "abadi", perilaku digital kita harus diawasi. Harus penuh perhatian. Hati-hati, kata orang tua. Berpikirlah sebelum Anda menulis atau membagikan sesuatu. Filter untuk berbagi (sharing). Sebelum membagikan sesuatu, pikirkan dulu apakah bermanfaat atau tidak bagi diri sendiri dan orang lain. Jika tidak, apa yang Anda lakukan? Jadi, jika informasi yang diposting ternyata hoax, mengandung unsur ujaran kebencian dan bullying terkait seseorang, berarti masuk dalam kategori gosip.
Dalam Islam, bergosip adalah perbuatan yang sangat memalukan, termasuk dosa yang serius. Dalam QS. Al-Hujurat: 12, Allah SWT menegaskan masalah dosa tukang gosip: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan kalian ikut fitnah beberapa dari yang lain. Seperti - apakah salah satu dari kalian mau memakan daging saudaranya yang sudah mati? Jadi tentu saja Anda muak dengannya. Dan takutlah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ayat di atas dengan tegas mensyaratkan bahwa seorang mukmin dilarang berprasangka atau tuduhan yang tidak berdasar terhadap orang lain. Karena itu adalah dosa haqqul adami. Dosa yang muncul di antara manusia. Allah juga mengingatkan kita untuk tidak menggosipkan orang lain. Ibaratnya, bergosip sama dengan memakan daging saudaranya. Seorang mufassir berkata: “Bergosip adalah ketika kamu mengatakan sesuatu yang buruk tentang saudaramu. Jika apa yang dikatakan tidak benar, maka itu berarti fitnah (menuduh tanpa bukti).” Demikian dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri (Jami'ul Bayan' an Ta'wili Ayil Qur'an, 26:167). Jadi, janganlah membicarakan tentang keburukan orang lain meskipun yang dibicarakan itu adalah sesuai kenyataan. Apalagi hal-hal yang buruk dan tidak benar. Menggosip juga rawan fitnah. Ketika gosip muncul, kata harus diucapkan ditambahkan atau dihapus. Karena gosip ada dialam persepsi. Sedangkan setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ketika gosip masuk kategori fitnah, otomatis menjadi dua jenis dosa besar (ghibah dan fitnah).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.