Berita Sriwijaya FC

Profil Mahyadi Panggabean Eks Pemain Sriwijaya FC, Berbagi Tips Jalani Latihan di Bulan Puasa

Mahyadi Panggabean berbagi tips untuk mengingatkan agar para para pesepakbola profesional menjaga stamina tubuh

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Odi Aria
Sripoku.com/Abdul Hafiz
Asisten pelatih Sriwijaya FC, Mahyadi Panggabean. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG --- Mantan Pemain Timnas Piala Asia yang merupakan Asisten pelatih Sriwijaya FC musim kompetisi Liga 2 2022, Mahyadi Panggabean berbagi tips untuk mengingatkan agar para para pesepakbola profesional menjaga stamina tubuh dan sentuhan bermain selama menjalankan ibadah puasa ramadhan 1444 H yang akan dimulai 23 Maret 2022.


"Kalau selama bulan puasa ramadhan lebih untuk menjaga sentuhan karena pada bulan puasa mencari waktu latihan berat seperti dilakukan pada malam," ungkap Mahyadi Panggabean kepada Sripoku.com, Selasa (21/3/2022). 


Tapi kalau pagi dan sore hari selama bulan puasa ramadhan kata pria yang akrab disapa coach May, cukup latihan teknik ringan saja supaya sentuhan tidak hilang. 


Dari segi kesehatan biasanya melakukan latihan seperti fitnes dan joging biasanya pada pukul 17.00 saat menjelang berbuka puasa. 


"Setelah berolahraga, istirahat sebentar. Lantas berbuka puasa sehingga kondisi tubuh bisa kembali fit lagi," kata May. 


Ia menceritakan pengalamannya semasa masih aktif dulu sebagai pemain sepakbola May mengaku biasanya setelah Subuh melakukan joging selama 15 menit, streaching. 


Kemudian sorenya misalkan ada jadwal tim, menjalani latihan bersama tim. Atau melakukan latihan sendiri menjelang puasa. 


Untuk asupan makanan menurut May, kalau masih bersama tim tentu sebisanya makan makanan bergizi sesuai arahan dokter tim. 


Kalau pribadi biasanya sesuai selera pemain. Terutama makanan yang manis-manis seperti kolak pisang atau kolak ubi. Yang penting manis. 


"Kalau kebiasan saya, beduk itu mecah berbuka dengan snack dulu. Kolak pisang atau kolak ubi. Habis itu sholat. Setelahnya baru makan berat. Tapi itu tergantung dengan orangnya juga," kata May. 


Selama bulan puasa ramadhan tahun ini Mahyadi mengaku belum tahu rencana mau ke mana. Untuk tahun ini dirinya masih di Palembang. 


Schedule dirinya masih latihan bareng tim RSUD Siti Fatimah Azzahra Provinsi Sumsel kemungkinan pada Minggu malam di lapangan futsal Griya Agung. 


Kalau melatih anak-anak SSB latihannya Selasa dan Kamis sore. Kemudian kalau ada undangan ikut fun game futsal malamnya. 


"Kalau saya fokus masih Sriwijaya FC, masih siap bantu Laskar Wong Kito untuk bisa naik ke kasta Liga 1. Sriwijaya FC ini sudah seperti rumah sendiri," katanya. 


Sementara harapannya untuk Liga, agar kepengurusan PSSI yang baru bisa mewujudkan apa yang dikoar-koarkan selama ini menjadikan sepakbola Indonesia yang bersih dan berkualitas. Untuk Sriwijaya FC semoga bisa bersaing serta lolos Liga 1.


Berikut profil Mahyadi Panggabean yang sebelum kembali bergabung dengan Sriwijaya FC, merupakan pemain dan merangkap sebagai asisten pelatih tim senior PS Palembang Liga 3 serta menjadi Head Coach Tim U17 Suratin PS Palembang. 


Ia beristrikan Masayu Fahdalea, wanita asli wong Pasar Kuto Palembang yang dinikahinya 2008.

 

Mahyadi Panggabean selama menjadi pemain sepak bola Indonesia bisa berposisi di tengah maupun belakang dan bertinggi badan 175 cm dikenal semenjak bermain untuk klub PSMS Medan dan pernah menjadi pemain timnas U-23 Indonesia pada tahun 2005. 


Pria yang akrab disapa Bang May senang bisa kembali bergabung dengan Sriwijaya FC meski statusnya kini sebagai Asisten Pelatih. Pada tahun 2010 hingga tahun 2013 ia berseragam jersey Laskar Wong Kito semasa pelatihnya pergantian dari Pak Rahmad Darmawan ke Ivan Kolev. 


Dirinya berhasil mempersembahkan gelar Piala Indonesia ke-3 untuk Laskar Wong Kito pada awal bergabungnya yakni pada 2010 lalu. 


Ia mengungkapkan selama berkarier di sepakbola paling berkesan dengan dua tim besar di tanah air yakni PSMS dan Sriwijaya FC.


"Kalau berkesan yang pasti semuanya berkesan. Cuma paling berkesan itu di PSMS Medan. Karena kita awalnya di situ, lama di situ, karena lahir kita juga. Terus tim yang berkesan keduanya waktu di Sriwijaya FC karena sebagai pemain bola kan bisa menjuarai Liga kan suatu kebanggaan tersendiri pastinya," ungkap Mahyadi Panggabean


Mantan pemain serba bisa ini lama memperkuat PSMS Medan dan Sriwijaya FC ketika kedua tim tersebut masih berkiprah di kompetisi tertinggi sepakbola tanah air, saat masih di kasta Liga 1.


Mahyadi merupakan mantan pesepakbola yang biasa beroperasi di sektor gelandang kiri, gelandang bertahan dan bek kiri.


Putra pasangan Mahadun Panggabean dan Dewana Silitonga ini merupakan jebolan tim sepakbola lokal Persepsi Sibolga dan PSTT Tapanuli yang dibelanya dari level junior hingga senior.


"Kalau perjalanan dulu di tempat saya belum ada SSB. Datang ke lapangan latihan, gitu-gitu aja dulu itu. Paling kalau dikenal sekarang itu main Tarkam-tarkam. Itu waktu saya duduk di bangku SMP tahun 1996," kata pesepakbola kelahiran Sibolga (Sumut) 8 Januari 1982.


Ketika ada turnamen di Sibolga namanya Turnamen ASAL Cup diikuti kurang lebih ada enam tim besar. Antara lain PSMS, PSDS Deli Serdang, PSPS Pekanbaru, PS Tapanuli, waktu turnamen itu Mahyadi terpilih sebagai pemain terbaik. 


"Waktu itu juga rezekinya Alhamdulillah ada tim pemandu bakat datang ke stadion, saya dipilih dan diikutsertakan dalam seleksi pemain PSMS pada tahun 2000. PSMS masih di devisi utama waktu itu. 

 

Alhamdulillah rezekinya masih berjalan terus seleksi selama dua minggu pada bulan puasa waktu itu dan sambil menunggu itu kita dipulangkan lagi seminggu setelah lebaran Alhamdulillah dapat berita bagus masuk skuad di tim PSMS Medan. Itu pas Liga VIII Tahun 2000/2001," beber Mahyadi. 

 

Pada tahun 2002, Mahyadi kemudian Hijrah ke Kota Medan dengan memperkuat PSMS Medan yang saat itu sedang dalam performa terbaiknya di kasta tertinggi sepakbola tanah air.


Mahyadi berhasil membawa PSMS Medan sebagai tim papan atas Liga Indonesia musim 2004 hingga 2007.


Bersama Ayam Kinantan, pemilik tinggi badan 175 cm tersebut berhasil menampilkan permainan taktis dan memukau di lini tengah dan belakang.


"Perjalanannya Alhamdulillah cepat juga berkembang. Selama di sana saya cadangan main itu cuma satu tahun setengah, habis itu jadi kapten tim PSMS termasuk masih muda juga baru 22 tahun. Saya di sana cukup lama sampai tujuh tahun. Sampai 2007/2008. Akhirnya ya nasiblah menentukan kita keluar dari Kota Medan," kata bapak dari empat anak buah kasih pernikahannya dengan Masayu Fahdalea, wanita asli wong Pasar Kuto Palembang yang dinikahinya 2008 saat masih membela PSMS Medan.


Mahyadi yang mengidolakan mantan striker terbaik Timnas Kurniawan Dwi Yulianto menjelaskan jika dirinya keluar itu bukan cari pengalaman juga, tapi karena situasi di lingkungan manajemen tidak memungkinkan untuk tetap di sana. 


Performa serta gaya bermainnya yang serba bisa membuat Mahyadi kemudian dipanggil Pelatih Kepala Timnas Indonesia, Ivan Kolev untuk skuad mengarungi Piala Asia 2007.


Lama memperkuat tim daerah asalnya, Mahyadi juga pernah memperkuat Persik Kediri pada tahun 2008 hingga 2010.


"Selepas dari situ saya memutuskan ke Persik Kediri, devisi utama. Di sana saya bergabung selama dua tahun," ujarnya. 


Di Persik Kediri, Mahyadi bergabung dengan Cristian Gonzalez, Ronald Fagundez dan sejumlah pemain bintang lainnya yang berhasil finish di empat besar.


Pada tahun 2010, dirinya memutuskan untuk kembali Sumatera menerima pinangan Sriwijaya FC hingga tahun 2013. Waktu itu pelatihnya pergantian dari Pak Rahmad Darmawan ke Ivan Kolev. 


Dirinya berhasil mempersembahkan gelar Piala Indonesia ke-3 untuk Laskar Wong Kito pada awal bergabungnya yakni pada 2010 lalu. 


"Ya namanya kita merantau, namun ya Alhamdulillah karena di sini saya ketemu jodohnya jadi serasa seperti rumah sendirilah. Gak ada canggung atau gimana. Kemudian di timnya timnya bagus, pemainnya bagus, manajemennya juga solid, menorehkan hasil yang bagus juara Liga I 2012," kata Mahyadi. 


Setelah itu ada konflik sedikit di Sriwijaya FC tahun 2013, terus ia pindah ke Gresik United selama setengah musim. Lalu ke Persela Lamongan. Namun ternyata ada dualisme LPI. Kemudian kembali lagi ke Persik Kediri Liga 2 tahun 2016. 


"Setelah itu barulah ke Kalteng Putra di sana cuma setahun 2017. Baru 2019 saya ke tim Liga 3 di Muba. Terakhir 2021/2022 tergabung di PS Palembang," katanya. 


Dirinya sempat menjadi pelatih PS Banyuasin untuk persiapan menuju Liga 3 Regional pada tahun 2019 lalu, namun ia harus hengkang karena tim dinyatakan bubar pada akhir tahun 2020. Ia pun melanjutkan karir kepelatihannya dengan menerima tawaran dari SSB Farmel Hatta pada bulan April 2021 lalu.


Mahyadi yang mengantongi lisensi pelatih C AFC mengakui harus pandai memposisikan diri melakoni tugas doublenya sebagai asisten pelatih dan sebagai pemain juga untuk tim senior PS Palembang. 


"Harus pandai memposisikan diri. Ketika kita masih latihan di awal mungkin kita masih bertugas sebagai asisten. Tapi ketika head coach perintahkan May (panggilan Mahyadi) masuk di tim, baru kita langsung berubah jadi pemain. Harus bisa bedakan jadi asisten gimana bertingkah, ketika jadi pemain harus benar-benar profesionallah," ujarnya. 


Ia bersyukur memiliki anak nomor tiga ada yang cowok. Sedikit banyaknya pasti adalah ingin meneruskan bakat sepakbola ke anak. 


"Karena kita juga apalagi orang Batak kalau gak ada anak cowok itu, gimana lah. Gak bisa nerusin marga. Apalagi ini ada anak cowok, kita basicnya pemain bola. Alhamdulillah dia juga sudah tergabung juga di SSB Farmel Hatta. Tapi masih awal-awal, masih pemula," katanya. 


 

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved