Lahat Memilih

Dilaporkan Terima Pungli Penerimaan PPK Rp10 Juta per Orang, Ketua KPU Lahat Bilang Akan Lapor Balik

"Kita sudah laporkan ke DKPP. Kemudian sudah juga kita informasikan ke Gakkumdu," katanya.

Penulis: Ehdi Amin | Editor: Ahmad Farozi
SRIPOKU.COM/EHDI AMIN
Ketua KPU Lahat, Nana Priatna 

SRIPOKU.COM, LAHAT - Redhi Setiadi, Kuasa hukum lima peserta tes Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang tidak lolos seleksi melaporkan dugaan pungutan liar yang dilakukan oknum Komisioner KPU Lahat.

"Ya kelima orang ini meminta saya menjadi kuasa hukumnya dan melaporkan dugaan pungli yang melibatkan komisioner KPU Lahat," terang Redhi, Senin (2/1/2023).

Menurutnya, kelima klienya tersebut merupakan peserta seleksi anggota PPK.

Sebelum tes, kelimanya sempat bertemu dengan salah satu komisoner dan mantan komisoner KPU Lahat.

Kelimanya kemudian diminta uang Rp10 juta agar bisa lolos dalam seleksi tersebut.

Namun setelah mengikuti tes, lima orang kliennya tidak lolos seleksi

Dikatakan, apa yang terjadi menyalahi dan melanggar serta merusak tatanan seleksi yang seharusnya bebas dari KKN.

"Kita sudah laporkan ke DKPP. Kemudian sudah juga kita informasikan ke Gakkumdu," katanya.

"Kami berharap ini ditindaklanjut, agar bisa terungkap kebenaranya dan agar marwah seleksi benar benar berjalan sesuai aturan," tegasnya.

Ketua KPU Lahat, Nana Priyatna, saat dikonfirmasi membantah hal tersebut.

Menurutnya, sepeser pun ia tak menerima uang dari peserta seleksi PPK.

Terkait, adanya informasi jika uang diserahkan ke Jalalludin, yang saat ini sudah meninggal dunia ia tidak tahu menahu.

Tapi Nana sendiri tidak menapik jika ia pernah bertemu, dengan Andiko, Bogi, Pingki, Lia, Herlambang almarhum Jalalulludin di salah satu rumah makan di Kota Pagar Alam.

"Jadi waktu itu alamarhum Jalal yang juga komisioner KPU Lahat mengajak saya ke rumahnya," katanya.

"Sampai di rumah, almarhum tiba tiba ia mengajak saya bersama Dian (Staf KPU) makan di salah satu rumah makan Tanjung Tebat, Lahat," ujar Nana.

Namun menurutnya, sampai di Tanjung Tebat, almarhum Jala berubah pikiran dan mengajak makan di Rumah Makan Kota Pagar Alam.

Saat tiba di rumah makan di Pagar Alam, menurut Nana, di dalam rumah makan sudah ada lima orang tersebut.

Saat ditanya mengapa tidak pindah ke rumah makan lainnya, Nana berujar lantaran sudah terlanjur.

"Karena sudah lapar dan serasa tidak enak akhirnya kami makan disana," ujarnya.

Diakui Nana, kelimanya sempat berucap minta tolong di loliskan dalam seleksi.

Namun dijawab Nana, kalau mau lolos silakan belajar lantaran seleksi menggunakan sistem CAT yang tak bisa dimanipulasi.

"Kalau mau lolos saya jawab belajar. Saya gak bisa bantu. Kalau soal uang saya gak tahu dan saya tidak menerima sepeser pun," tegasnya.

"Saya nggak tahu apakah mereka sebelumnya komunikasi dengan almarhum Jalal," ujarnya.

Lagi pula, tegas Nana jika ia mengambil uang, kenapa mereka tak lolos.

Bahkan, tiga dari mereka itu ada yang lolos CAT tapi tidak lolos pada tes wawancara.

"Kalau saya bermain dan mengambil uang mereka pastinya lolos. Ini kan tidak. Saya akan lapor balik terhadap tuduhan tersebut," tegasnya.

Anggota Gakkumdu Lahat, M Abby Habibullah mengaku, sudah menerima informasi tersebut.

Bahkan, dalam laporan yang diterimnya, peserta diminta uang bervariasi dari Rp5 hingga 15 juta.

Anggota Intel Kejaksaan Negeri Lahat ini menegaskan, akan segera menindaklanjuti informasi tersebut.

"Sudah terima laporan informasi itu. Akan segera kita tindak lanjuti," M Abby Habibullah.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved