Mimbar Jumat
Memiliki Cinta Yang Sempurna
Begitu besar dan utama kedudukan Rasulullah saw di sisi Allah sehingga kehadiran Nabi disebut sebagai karunia terbesar bagi orang-orang yang beriman.
Oleh: Uswatun Hasanah
RABIUL Awal atau yang masyhur disebut sebagai bulan Maulid adalah bulan cinta. Bulan kelahiran seorang mulia yang dicintai Allah, para malaikat dan seluruh umat Islam sepanjang zaman.
Kehadiran bulan Maulid di setiap tahun seharusnya dapat mengingatkan kepada semua manusia bahwa masih ada kesempatan untuk lebih meneladani akhlak dan syariat yang diajarkan oleh Rasulullah. Begitu besar dan utama kedudukan Rasulullah saw di sisi Allah sehingga kehadiran Nabi disebut sebagai karunia terbesar bagi orang-orang yang beriman (Q.S. 3, 164).
Dalam sebuah hadis Qudsi dikatakan bahwa Allah swt menjelaskan jika bukan karena Rasul, tidak akan Allah ciptakan alam semesta ini. Tidak hanya itu Rasulullah juga disebut sebagai rahmat bagi semesta alam (Q.S. 21, 107). Selama ada Rasul dan ajarannya maka tidak akan terjadi bencana di muka bumi.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa tidak sempurna keimanan seseorang di antara manusia hingga ia lebih mencintai Rasulullah daripada kedua orangtua dan, anaknya (HR. al-Bukhariy, 15). Kesempuraan iman menuntut lahirnya cinta yang sempurna. Berpangkal dari pemahaman yang tumbuh dari kesadaran dan mujahadah.
Manusia mencintai orang tuanya karena keduanya telah melahirkan, mendidik, membesarkan dan merawat. Demikian pula rasa cinta terhadap anak yang merupakan buah hati, penyejuk mata dan harapan bagi orang tua. Ada juga orang yang mencintai orang lain melebihi orang tua dan anak-anaknya. Bisa jadi mereka adalah pemimpin, guru, orang yang berjasa dalam hidupnya, atau orang-orang yang dikaguminya. Secara fitrah semua manusia memiliki perasaan cinta. Bahkan masing-masing manusia memiliki rasa cinta yang berlebih terhadap dirinya sendiri. Karena cintanya itu, selalu dia jaga dan dibela, dimaafkan kesalahannya, dipuji kebaikannya dikagumi dan dihormati. Namun dalam kesempurnaan iman, kecintaan kepada Rasulullah harus dapat melebihi kecintaan kepada siapapun termasuk dirinya sendiri. Hadis telah menjelaskan standarisasi cinta yang sesungguhnya. Menjalani cinta menjadi iman yang sempurna dengan mencintai Rasulullah.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

CINTA adalah kecendrungan terhadap sesuatu yang diinginkan. Cinta diarahkan kepada sesuatu yang memiliki bentuk atau bisa juga pada pebuatan karena kesempurnaan, keutamaan, mengambil manfaat dan menolak bahaya. Cinta memiliki sifat ikhtiyari (kebebasan) tidak terjadi dengan sendirinya apalagi karena paksaan (al-Nawawi, bab Iman). Cinta lahir karena ada alasan, Karenanya manusia harus tahu alasan mengapa ia wajib mencintai Rasulullah sehingga ia bisa memiliki rasa cinta yang sempurna. Pertama alasan mencintai Rasul adalah karena perintah Allah. Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu), Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian. (QS.3, 31).
Ayat ini berkenaan tentang cinta kepada Allah, yang harusnya menjadi derajat cinta tertinggi di hati kaum mukminin. (Q.S.2,165). Pada ayat dijelaskan bahwa cinta pada Allah sebanding dengan cinta manusia kepada Rasulullah. dalam mengekspresikan cinta manusia kepada Allah wajib mengikuti cara dan tuntunan Rasul. Allah akan mencintai manusia jika ia mengikuti Rasulullah. Sebaliknya Allah akan menjadi murka, bila mengikuti tuntunan dari selain yang diajarkan Rasul.
Alasan kedua, Rasulullah memberi syafaat. Setiap nabi Allah diberikan hadiah keistimewaan dan permohonan yang dikabulkan. Semua nabi telah menggunakan karunia khusus mereka, kecuali Rasulullah. Rasul masih menyimpannya hingga sampai waktunya dia bisa memohon kepada Allah atas ummatnya di hari Perhitungan Amal. Pada hari itu, setiap orang, termasuk para nabi dan rasul, akan memikirkan dirinya sendiri dan amal perbuatan yang telah dilakukan. Tetapi Rasul tetap memikiran umatnya, keselamatannya sehingga ia akan memohon pada Allah untuk dapat memberi syafaat kepada kaum muslimin. Jika manusia beriman tanpa menyekutukan Allah maka syafaat akan ia dapatkan berupa keringanan hukuman atau bila Allah berkenan bisa berupa pembebasan (H.R Muslim, 199, H.R al-Bukhari 4476)
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Alasan Ketiga, Rasul mengganggap kaum muslimin adalah saudaranya. Tidak hanya sekedar ucapan yang manis di mulut. Tetapi dalam perilaku dan pembelaan betul-betul Rasulullah mengingatkan hatinya sebagai saudara dengan semua orang beriman hingga akhir zaman. Diriwayatkan ketika suatu hari saat sedang berdiri di kuburan bersama para sahabatnya, Rasul menyampaikan keinginannya untuk melihat saudara-saudaranya. Saudara? Para sahabat terkejut. Salah satu dari mereka bertanya “Bukankah kami saudaramu?” Rasul menjawab “Kamu adalah sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum datang. Itu adalah kaum muslimin setelah generasi sahabat. Di hari pembalasan Rasul akan menunggu kaum beriman di Telaga al-Kautsar, Betapa senangnya dia melihat kedatangan saudaranya, Rasul akan menawarkan minuman yang akan memuaskan dahaga selamanya. Rasul akan dapat mengenali kaum muslimin dari anggota wudhu yang mengeluarkan cahaya. (H.R. Ibnu Majah 150)
Alasan keempat Rasulullah saw memiliki kesempurnaan karakter. Segala kesempurnaan kebaikan dalam karakter manusia ada dalam diri Rasulullah. Allah berfirman bahwa Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Q.S. 33, 21). Manusia dapat membuat daftar karakterisik keperibadian yang dikaguminya seperti kejujuran, kemurahan hati, keberanian, kesetiaan, kebijaksanaan, empati, kerendahan hati, kebaikan budi, kesabaran, ketegasan dan integritas. Maka semuanya ada dalam satu orang yaitu Rasulullah saw. Keseimbangan sempurna, dan tidak tercampur oleh sifat buruk apa pun merupakan karakter Rasulullah. Personifikasi dan aplikasi dari seluruh kebaikan al-Qur’an dan hadis. Karena setiap kebajikan yang diajarkan oleh al-Qur’an dan hadis kesemuanya dapat ditemukan dalam diri Rasulullah.
Rasulullah merupakan seorang hamba yang paling banyak bersyukur, bertaubat dan beristighfar memohon ampunan. Padahal ia telah mendapat jaminan surga, diampuni segala dosa. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasul, "Wahai Raslullh! Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?" Rasul menjawab, "Apakah aku tidak mau menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Demi Allah! sesungguhnya aku beristigfar, memohon ampunan kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.
Alasan berikutnya, yang paling dicari dan menjadi sebab mencinta di kalangan anak muda adalah ketampanan. Bahwa Rasulullah saw adalah seorang yang sangat tampan. Dikutip dari buku berjudul “Agar Mimpi Indah Berjumpa Nabi” yang disusun Abu Anas Abdul Aziz, Nabi Muhammad Saw telah dianugerahi Allah Swt dengan wajah yang sangat tampan, melebihi ketampanan seluruh makhluk di alam semesta ini, termasuk melebihi ketampanan Nabi Yusuf As.