Apa Itu Kleptomania? Penyakit Suka Mencuri karena Ada Kepuasan Pribadi Terkait Pencurian di Alfamart
Mengenal Penyakit Kleptomania yang suka mencuri dengan alasan kepuasan pribadi bukan karena tidak mampu membeli
Penulis: Yuni Rahmawati | Editor: pairat
SRIPOKU.COM – Berikut penjelasan penyakit Kleptomania dikaitkan dengan kejadian tengah viral seorang wanita mengendarai Mercy mencuri cokelat di sebuah gerai Alfamart.
Berita itu kemudian viral ketika pegawai gerai Alfamart tersebut disuruh melakukan permohonan maaf di media atas tindakan tidak menyenangkan tersebut.
Bahkan, seorang wanita ini memesan pengacara untuk melaporkan pegawai tersebut dengan jeratan kasus UU ITE.
Baca juga: Wanita Bermercy Ketahuan Curi Cokelat, Pegawai Disuruh Minta Maaf, Pihak Alfamart: Menyayangkan!

Banyak warganet yang turut menghujat sang wanita yang menggunakan mobil Mercy tersebut, karena bisa memesan pengacara, namun tidak bisa membeli cokelat.
Tampaknya kasus tersebut menarik dibahas, sebab ternyata memang ada penyakit sengaja mencuri demi kepuasan pribadi meski si pencuri mampu untuk membelinya.
Penyakit tersebut bernama Kleptomania yang merupakan penyakit kebiasaan dan sulit untuk ditahan bagi pengidapnya.
Dikutip dari halodoc.com, Kleptomania adalah gangguan kebiasaan dan impuls (impulse control disorder) yang ditandai dengan sulitnya menahan dorongan untuk mencuri.
Dorongan untuk mencuri itu bukan muncul karena mereka membutuhkan atau menginginkan barang tersebut. Bukan pula karena mereka tidak mampu membelinya. Mereka mencuri karena alasan yang tidak bisa dijelaskan.
Bahkan, mereka sebenarnya sadar bahwa apa yang dilakukannya salah, bisa menyakiti dirinya ataupun orang lain. Namun, mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak mencuri barang tersebut.
Parahnya, penyebab penyakit kleptomania ini tidak sepenuhnya dapat diketahui hingga kini.
Salah satu penyebab potensialnya adalah ketidakseimbangan bahan kimia otak atau neurotransmitter.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
Neurotransmitter terlibat dalam pengiriman pesan di otak, dan ketika bahan kimia ini tidak seimbang, mungkin ada masalah dengan cara otak merespons dorongan.
Stres adalah penyebab potensial lain dari penyakit ini. Ketidakmampuan untuk mempertahankan kontrol dorongan dapat dipicu oleh peristiwa stres yang besar, atau oleh kombinasi dari stresor yang lebih kecil.
Kleptomania adalah jenis gangguan kontrol impuls. Stres berdampak negatif pada pengendalian impuls, jadi meskipun bukan penyebabnya, stres dapat memperburuk masalah.
Kondisi ini sering dimulai pada masa remaja atau dewasa muda, tetapi juga dapat dimulai pada masa dewasa atau lebih lambat.
Faktor risiko dari kondisi tersebut mungkin termasuk:
1. Riwayat keluarga.
Memiliki keluarga dengan kleptomania, gangguan obsesif-kompulsif, atau alkohol atau gangguan penggunaan zat lainnya dapat meningkatkan risiko kleptomania.
2. Memiliki penyakit mental lainnya.
Orang dengan kondisi ini sering memiliki penyakit mental lain, seperti gangguan bipolar, gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan penggunaan zat atau gangguan kepribadian.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Gejala yang dialami pengidap mungkin termasuk:
1. Ketidakmampuan untuk menahan dorongan kuat untuk mencuri barang yang tidak dibutuhkan.
2. Merasakan peningkatan ketegangan, kecemasan, atau gairah yang mengarah pada pencurian.
3. Merasakan kesenangan, kelegaan atau kepuasan saat mencuri.
4. Merasa sangat bersalah, menyesal, membenci diri sendiri, malu atau takut ditangkap setelah pencurian.
5. Kembalinya dorongan dan pengulangan siklus kleptomania.
6. Tidak seperti pengutil pada umumnya, pengidap kleptomania tidak mencuri secara kompulsif untuk keuntungan pribadi, karena berani, untuk balas dendam, atau karena pemberontakan.
Mereka mencuri hanya karena dorongannya begitu kuat sehingga mereka tidak bisa menahannya.
Kebanyakan pengidap mencuri dari tempat umum, seperti toko dan supermarket. Beberapa mungkin mencuri dari teman atau kenalan, seperti di pesta.
Sering kali, barang curian tidak memiliki nilai bagi pengidap kleptomania, dan orang tersebut mampu membelinya. Barang-barang yang dicuri biasanya disimpan, tidak pernah digunakan.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Barang-barang juga dapat disumbangkan, diberikan kepada keluarga atau teman, atau bahkan secara diam-diam dikembalikan ke tempat di mana barang-barang itu dicuri.
Dorongan untuk mencuri mungkin datang dan pergi atau mungkin terjadi dengan intensitas yang lebih besar atau lebih kecil dari waktu ke waktu.
Kondisi ini dapat didiagnosis oleh psikolog, psikiater, atau profesional kesehatan mental lainnya.
Meskipun kadang-kadang hadir bersama dengan gangguan kesehatan mental lainnya seperti kecemasan dan depresi, itu adalah diagnosis yang terpisah.
Karena mencuri adalah akibat dari ketidakmampuan untuk tetap memegang kendali dalam menanggapi perasaan dan dorongan, dokter akan mengajukan pertanyaan untuk menentukan apa yang terjadi sebelum, selama, dan setelah pencurian.
Mereka juga akan memastikan bahwa perilaku mencuri tidak disebabkan oleh kemarahan, delusi, halusinasi, atau gangguan kesehatan mental lainnya.
Dari diagnosa yang telah dijelaskan di atas, ternyata penyakit ini masih bisa diobati dengan penanganan khusus.
Kleptomania sulit diatasi sendiri. Tanpa pengobatan, kondisi ini kemungkinan akan menjadi kondisi jangka panjang yang berkelanjutan.
Pengobatan kleptomania biasanya melibatkan obat-obatan dan psikoterapi, atau keduanya, terkadang bersama dengan kelompok swadaya.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Namun, tidak ada pengobatan kleptomania standar, dan para peneliti masih berusaha memahami apa yang paling berhasil.
Pengidap mungkin harus mencoba beberapa jenis perawatan untuk menemukan apa yang cocok.
Obat-obatan yang biasa diresepkan dokter untuk membantu mengendalikan gejala kleptomania adalah:
1. Obat kecanduan seperti naltrexone, antagonis opioid, yang dapat mengurangi dorongan dan kesenangan yang terkait dengan mencuri
2. Antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
3. Obat lain atau kombinasi obat-obatan.
Sementara itu, bentuk psikoterapi yang bisa dilakukan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini dapat membantu mengidentifikasi keyakinan dan perilaku yang tidak sehat dan negatif dan menggantinya dengan yang sehat dan positif.
Jika tidak diobati, kleptomania bisa menyebabkan masalah emosional, keluarga, pekerjaan, hukum, dan keuangan yang parah.
Pengidap juga akan merasakan rasa bersalah, malu, dan benci pada diri sendiri, karena tahu bahwa mencuri itu salah tapi tidak berdaya untuk menahan dorongan hati.

Sumbere: https://covid19.go.id/
Komplikasi lainnya yang berhubungan dengan kleptomania, antara lain:
1. Gangguan kontrol impuls lainnya, seperti perjudian kompulsif atau berbelanja.
2. Gangguan kepribadian.
3. Gangguan makan.
4. Depresi.
5. Gangguan bipolar.
6. Kegelisahan.
7. Konsumsi alkohol dan penyalahgunaan zat.
Pencegahan Kleptomania
Tidak ada cara khusus yang diketahui dapat mencegah kleptomania. Namun, mendapatkan perawatan segera setelah gejala muncul dapat membantu mengurangi kemungkinan gangguan pada kehidupan, keluarga, dan persahabatan orang tersebut.
Selanjutnya, mungkin akan membantu bagi orang tersebut untuk menghindari situasi yang dapat memicu keinginan untuk mencuri. Misalnya, menjauhi toko atau tempat umum selama masa stres.
Hal tersebut dialami oleh wanita bermercy ini, pasalnya ia bisa memesan pengacara namun tidak dapat membayar coklat yang dia ambil di gerai Alfamart.