Pemerintah Tutup Mata, Warga Semende Darat Ulu Gotong Royong Bangun Jembatan Sungai Endikat

Karena kesal tidak kunjung mendapat perhatian pemerintah, masyarakat Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU)

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: adi kurniawan
SRIPOKU.COM/ARDANI ZUHRI
Masyarakat Desa Segamit gotong royong membangun jembatan Sungai Endikat. 

SRIPOKU.COM, MUARA ENIM --- Karena kesal tidak kunjung mendapat perhatian pemerintah, masyarakat Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), Kabupaten Muara Enim, berinisiatif melakukan gotong royong membangun jembatan sungai Endikat yang telah dua kali hanyut terbawa arus.

Pasalnya jembatan tersebut merupakan akses urat nadi masyarakat terutama ke kebun dan ladang serta salah satu destinasi wisata Danau Deduhuk, Minggu (8/5/2022).

Menurut warga setempat, Romi (24) bahwa warga melakukan pengumpulan dana secara swadaya dan sudah diberlakukan sebelum Ramadhan lalu.

Gerakan ini bukan tanpa alasan dan ide ini lahir dalam sebuah forum musyawarah mufakat yang pada waktu itu dihadiri perangkat desa bahkan camat.

Dimana, kesepakatannya waktu itu, untuk kendaraan roda empat yang kerap melintas ditetapkan dana sumbangan sebesar Rp 500 ribu dan untuk warga lainnya pengendara roda dua yang ingin ke kebun sebesar Rp 50 ribu. Dan itu bukan paksaan, sebab jika tidak ada dana, masyarakat bisa menyumbang tenaga atau menyiapkan makan para tukang yang bekerja.

"Jalan dan jembatan tersebut merupakan urat nadi bagi masyarakat dalam kegiatannya sehari-hari, baik untuk berniaga, berkebun, bekerja, bersekolah dan banyak lagi hal lainnya," ujarnya.
Lebih jauh, Romi menerangkan, ini bukan kali pertama masyarakat melakukan swadaya, sebelumnya 2020 lalu juga sempat mengecor jalan menggunakan dana swadaya.

Untuk material sendiri, beserta alat berat masyarakat mendapatkan bantuan dari perusahaan. Sedangkan dana hasil swadaya mungkin lebih dimanfaatkan untuk persoalan teknis dan operasional seperti upah tukang dan yang lainnya.

“Hal ini belum diketahui secara pasti apa alasan pemerintah untuk bersikap acuh, apa karena kawasan tersebut mereka anggap sebagai kawasan hutan lindung atau apalah namanya. Namun masyarakat harus mendapatkan hak pelayanan yang baik, entah itu menyoal sarana transportasi, kesejahteraan dan pendidikan,” tegasnya.

Jalan ini, sambung Romi, sangat penting karena tanpa jembatan ini masyarakat tidak ada pilihan lain selain memutar lajur ke arah Rekimai dan Rawis yang memakan waktu sangat lama. Kalau lewat jembatan biasanya memerlukan waktu sekitar 20 menit, namun jika tidak lewat jembatan harus melalui Rekimai dan Rawis itu bisa memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan. Tentu sebagai masyarakat, kemana lagi pihaknya harus mengadu selain kepada para pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah melalui dinas terkait untuk segera turun tangan dan menghadirkan solusi kongkret atas permasalahan ini. Berbagai upaya sudah dilakukan, bahkan anggota dewan sudah berulang kali datang kesana, jangan menunggu masyarakat habis kesabaran dan geram.
Hal senada Eddy Cetret (47) warga Tunggul Bute, bahwa pembangunan jembatan ini dirasa sangat penting karena sebagai penghubung antar desa. Sebab jalan tersebut, merupakan jantung penghidupan masyarakat untuk menopang ekonomi keluarga, berbagai aktivitas melibatkan jalan itu, seperti pertanian, perkebunan dan perniagaan. Masyarakat sebelumnya telah mengusulkan pembangunan jembatan ini kepada pemerintah melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang). Selain itu, mayarakat juga telah menyampaikan aspirasi kepada anggota dewan saat melakukan kegiatan reses dewan. Namun sampai hari ini belum ada realisasi pembangunan, sehingga masyarakat berinisiatif membangun secara swadaya meski terbatas dana. 
Sementara itu terpisah, Anggota Komisi III DPRD Muara Enim Dapil IV Kasman mengatakan, bahwa pihaknya sudah melakukan reses dan meninjau langsung ke lokasi jembatan Sungai Edikat. 
Sebelumnya, memang sempat ada pertemuan antara pemerintah desa, kecamatan dengan perusahan yang ada di sekitar yaitu PT Supreme Energy bersama masyarakat. Dalam pertemuan itu, disepakati material dan alat berat itu dibantu perusahaan. Sementara pengerjaannya masyarakat akan bergotong-royong. Dan dirinya 
juga sudah mendapati kabar bahwa masyarakat mengumpulkan dana swadaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya untuk upah tukang ahli yang akan mengerjakan jembatan tersebut.
“Pemerintah harus bertindak, meskipun diterangkan jalan tersebut merupakan hutan kawasan, tidak lantas pemerintah bisa tutup telinga, tutup mata atas keadaan ini karena selama ini jembatan tersebut sudah ada dan dioperasikan untuk kepentingan masyarakat. Pemerintah harus hadir solusi jika memang ada niat baik, jangan sampai membebani masyarakat,” pungkasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved