Berita PALI
Jamur Tiram Bikin Pegawai di Pemkab PALI Ini Berhenti Kerja, Berawal Coba-coba Jadi Cuan
"Usaha kami ini baru Setahun. Awalnya melihat limbah kayu atau tatal kayu yang melimpah disekitar kediaman kami.
Penulis: Reigan Riangga | Editor: Yandi Triansyah
Laporan wartawan Sripoku.com, Reigan
SRIPOKU.COM, PALI - Warga Simpang Raja Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Mulyadi (40) mengolah limbah kayu sebagai media untuk budidaya jamur tiram.
Peluang usaha Budidaya Jamur Tiram digelutinya sejak masa Pandemi Covid-19 melanda.
Keuntungan didapat usai menjual Jamur Tiram dari limbah kayu. Sebab, pasar penjualan jamur tiram sendiri tidak terlalu sulit lantaran banyak konsumen dari dalam Talang Ubi serta pengiriman online ke luar daerah.
Mulyadi yang bekerja sebagai pengemudi kendaraan Patwal Wakil Bupati PALI itu mengaku awalnya coba-coba melakukan budidaya Jamur Tiram.
"Usaha kami ini baru Setahun. Awalnya melihat limbah kayu atau tatal kayu yang melimpah disekitar kediaman kami. Lalu cari referensi di sosial media dan mencoba 100 kantong penangkaran, rupanya perkembangan jamur tiram cukup bagus dan pemasarannya mudah," ujar Mul sapaannya, Jumat (1/4/2022).
Berawal 100 kantong itu, bapak dua anak ini kemudian mengembangkannya hingga saat ini tempat pembuatan jamur tiram miliknya mampu menampung 4.000 kantong penangkaran.
"Dalam 1.000 kantong penangkaran apabila normal bisa menghasilkan 5 kg jamur. Penjualannya mudah, ada pelanggan yang mengambil rutin setiap pagi ke tempat kami dan kadang ada pesanan dari pasar Pendopo atau pasar lain dalam Kabupaten PALI," tukasnya.
Harganya pun cukup tinggi tapi masih terjangkau oleh konsumen.
Jamur tiram dihargai Rp 20 ribu per kilogramnya. Setiap harinya, Mul dapat menghasilkan sedikitnya 5 kg jamur tiram dalam 1.000 kantong penangkaran jamur tiram.
Diakuinya, sejak dirinya menggeluti budidaya jamur tiram, sang istri yang biasa bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu OPD di PALI memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan fokus mengurus usaha itu.
"Kadang saya ikut Dinas Luar bersama pak Wabup, jadinya penangkaran jamur tiram tidak terurus. Agar jamur tiram kami tetap menghasilkan jamur yang baik, maka istri saya yang mengalah memutuskan berhenti bekerja untuk mengurus penangkaran jamur tiram saat saya tidak di rumah." Ujarnya.
Sebab, kata dia, perawatan budidaya jamur tiram cukup mudah, hanya mengatur kelembapan pada kantong-kantong penangkaran.
Tentu, dengan keberhasilan itu, perekonomian keluarga kecil yang saat ini menghuni perumahan al-musyarofah terbilang cukup.
"Alhamdulillah kalau untuk menutupi kebutuhan hidup. Kendala kami untuk mengembangkan usaha ini adalah keterbatasan lahan dan kami juga bercita-cita mengembangkan usaha ini dengan menciptakan makanan olahan dari jamur tiram," katanya.(cr2)