Hj Ailuny Husni Meninggal Dunia
Profil Singkat Hj Ailuny Husni, Mertua Gubernur Sumsel Herman Deru dan Istri Drs H Husni MH
Hj Ailuny Husni, istri mendiang Drs H Husni HM, mantan walikota Palembang dua periode, meninggal dunia pada Jumat (28/1/2022).
Penulis: Muhammad Naufal Falah | Editor: Refly Permana
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kabar duka dari keluarga besar Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel) Herman Deru.
Mertua Herman Deru, Hj Ailuny Husni meninggal dunia pada Jumat (28/1/2022) malam.
Almarhumah adalah istri Drs H Husni HM, mantan walikota Palembang dua periode, antara 1993-1998 dan 1998-2003.
Informasi yang dihimpun Sripoku.com, almarhumah menikah dengan Drs H Husni HM pada 7 September 1963 dan dikaruniai tujuh orang anak.
Mereka adalah Yuanita Lusvina, Febrita Lustia, Lucy Yoshinta, Firnaz Lustian, Fitri Luswindra, Sixta Lushanti dan Lusapta Yudha Kurnia.
Anak keduanya: Febrita Lusia menikah dengan Herman Deru yang saat ini menjabat Gubernur Sumsel.
Di samping mendiang mempuyai menantu seperti: Hefriansyah Jarab, Denni Gabril dan Yulian Prayudi.
Mengutip arsip Sripoku.com, pada 7 September 2013, Hj Ailuny Husni bersama sang suami merayakan ulang tahun pernikahan emas mereka di Jalan Srigunting 6 Kelurahan 9 Ilir, Palembang.
Acara yang bermula dengan memotong tumpeng dihadiri H Herman Deru yang saat itu menjabat Bupati OKU Timur beserta istri, anak, cucu, dan tamu undangan.
Juga terlihat sejumlah pejabat dari Pemprov Sumsel dan Pemkot Palembang turut hadir memeriahkan acara tersebut.
Seusai acara itu, Hj Ailuny Husni bernyanyi bersama dengan cucu sebagai hadiah untuk sang suami.
Kenang sosok Drs H Husni HM
Herman Deru mengaku bangga dengan sosok ayah mertuanya tersebut, yang selama ini hidupnya sederhana.
Selain itu, sosok agamis namun tidak fanatik.
"Kalau soal gaul juga gaul, dan ikhlas dalam menerima," katanya.
Ia pun sempat belajar dari almarhum baik dalam memimpin maupun saat dalam suatu kompetisi atau saat dirinya terpuruk untuk diajarkan bersabar.
Terlebih saat mencalonkan bupati pada 2020 lalu melalui pemilihan DPRD, Herman Deru harus memperoleh suata minimal 50+1 atau 23 suara dari total 45.
Namun dalam hitungan akhir, Herman Deru hanya berada di urutan kedua dengan perolehan 12 suara atau selisih 1 suara dengan peraih suara tertinggi.
"Saat suara terakhir, satu suara itu sebenarnya ke aku tapi tiba-tiba kartu itu rusak saat dihitung, dan aku menunggu putaran kedua namun dak mulai-mulai ternyata ketua DPRDnya kabur.
Jadi saat itu saya emosi betul dengan kunci pintu, dan pak Husni saat itu datang menemui saya dan sempat ngomong 'Ngapo kau cak sedih berlebihan itu, jangan emosi berlebihan kau masih muda masa kau masih panjang.'
Kalau saatnya, milik kau jadi bupati dan itu akhirnya terwujud pada tahun 2005 aku terpilih dengan kesabaran luar biasa.
Artinya, kalau aku emosi dan putus asa saat itu, pasti jadi preman, " kenangnya.
Hal kedua kenangan yang diingatnya, yaitu saat massa transisi reformasi tahun 1998, dimana jabatan periode pertama ayah mertuanya sebagai Walikota Palembang itu sering didemo terus.
Ia pun ingat saat sedang ngaji subuh di rumah, mertuanya menemuinya dan curhat akan kegelisahan untuk maju kembali pada pemilihan periode kedua.
"Aku tanya kenapa, kami sehat-sehat galo, dan papa bilang tidak mau nyalon lagi untuk periode kedua, dan aku tanya kenapa? Alasannya karena finansial dan saya itu juga ada adik gubernur yang ikut maju, jadi beliau takut konflik dan papa lupa kalau ini era reformasi, bukan tekanan Gubernur lagi memilih Walikota," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Herman Deru mengaku memberikan semangat dan siap berjuang nantinya, untuk membantu sang mertua.
"Jadi aku jawab bismillah papa maju bae, dan waktu itu sombong aku masih muda, papa tidak usah pikir keuangan dan jalan bae, " tuturnya.
Ditengah jalan setelah meraih kemenangan, namun nyatanya Gubernur Sumsel saat itu tidak mau melantiknya, sehingga ada perpanjangan 1 bulan untuk periode pertama setelah ada kejadian politik luar biasa saat itu.
"Jadi kami bangganya punya papa Husni kenapa kami mencintainya, dan kalau bisa diperpanjang tapi itu sudah ajal dan kami ikhlas, dan kami memohon mendoakan untuk masuk ke surga, " tandanya.
Sementara penceramah dalam kesempatan tersebut Ust Drs Solihin Hasibuan menyatakan, setelah mendengar sosok almarhum dari keluarga, jika almarhum merupakan sosok sederhana dan patut dicontoh kedepannya.
"saya melihat begitu sederhana hidup almarhum meski sudah 2 periode wako. Jadi kita belajar dari beliau, tentang arti dunia, " pungkasnya.
Sekedar informasi, mertua dari Gubernur Sumsel Drs H Husni, MM meninggal dunia, Selasa (11/1/2021) pagi sekitar pukul 05.47 WIB di Palembang dan dikebumikan di pemakaman umum TPU Gandus.
Almarhum H Husni Ayah dari Hj Febrita Lustia Herman Deru ini merupakan tokoh masyarakat Palembang dan Sumsel.
Semasa hidup dirinya dua periode menjabat Walikota Palembang. Periode pertama tahun 1993-1998 dan periode kedua tahun 1998-2003.
H Husni adalah Walikota Palembang ke-9 sejak Indonesia merdeka di tahun 1945. Pejabat pendahulunya adalah H Cholil Aziz SH. Sedangkan pejabat setelahnya adalah Ir H Eddy Santana Putra, MT.