Mimbar Jumat

Ikhtiar Terhadap Delmicron Agar Ekonomi Tidak Macet

Kita tidak boleh terlena dengan kondisi yang sudah kondusif, kita masih tetap harus berjuang melindungi/membentengi diri agar kita tetap dianugrahi...

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Amidi. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Palembang dan Penga-mat Ekonomi Sumatera Selatan. 

Pemerintah terus mengimbau masyarakat agar menjalankan protokol kesehatan yang ketat tersebut.

Dalam ajaran agama Islam, kita diwajibkan mengikuti anjuran dan atau himbauan pemimpin (ulil amri), apalagi himbauan itu untuk kesehatan kita sendiri.

Kewajiban mentaati pimpinan tersebut sejalan dengan friman Allah yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesu-atu, maka kembalilah ia kepada Allah dan RasulNya, jika kamu benar-benar beriman ke-pada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa : 59)

Jauh sebelumnya Rasulullah SAW telah memberikan contoh konkret sebagai upaya un-tuk menyelamatkan diri sebisa mungkin dari paparan virus.

Cara Rasulullah SAW ini, sekarang dikenal dengan istilah social fisical distancing, lockdown, self isolation, and stay at home (Abdul Munir Mulkhan, 2020).

Dalam menyikapi persoalan yang satu ini pemerintah pun telah mengambil kebijakan moderat dengan memberlakukan PPKM.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Kemudian pada bagian lain Rasulullah SAW mengingatkan; “tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia.

“Apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu keluar darinya “. (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid)

Jika masyarakat memahami himbauan pemerintah dan atau melaksanakan ikhtiar men-jalankan protokol kesehatan, pemerintah (pusat dan daerah) tidak harus gencar men-dorong masyarakat agar mentaati protokol kesehatan.

Mungkin pemerintah tidak perlu membuat sepanduk yang menakutkan, dengan tujuan agar masyarakat takut sehingga mereka mematuhi protokol kesehatan, dengan kata lain agar mereka melakukan ikhtiar menjalankan protokol kesehatan.

Padahal ikhtiar menjalankan protokol kesehatan tersebut selain untuk dirinya sendiri juga berguna untuk orang lain.

Perlu diingat karena tanpa sepengetahuan mereka bahwa mereka terpapar, karena tidak berikhtiar menjalkankan protokol kesehatan, sehingga bisa saja mereka yang terpapar menulari orang lain.

Dengan demikian, berarti kita telah menebar penyakit bahkan lebih jauh bisa berdampak pada kematian orang lain.

Hal ini sangat dilarang, sesuai dengan firman Allah yang artinya: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved