TERHIRUP Gas Beracun Semeru, Perintis Mapala UI Mati Muda, Berniat Rayakan Ultah 52 Tahun Lalu
Pemuda yang akrab disapa Gie ini mengembuskan napas terakhirnya di Puncak Mahameru, Gunung Semeru, pada 16 Desember 1969.
Mereka meninggalkan tas dan tenda untuk bisa mencapai Puncak Mahameru. Mereka membagi dua kelompok.
Kelompok pertama ada Aristides, Gie, Rudy Badil, Anton Wijaya, Abdurrachman, dan Freddy.
Kedua, Herman bersama Idhan. Mereka sampai di Puncak Mahameru jelang sore dan mulai kehabisan tenaga. Gie menunggu rombongan Herman yang tertinggal di belakang.
Tiba-tiba rekan, satu kelompoknya mulai meracau. Akhirnya Aristides dan Freddy pun membawa Maman kembali ke shelter. Herman dan Idhan akhirnya tiba di Puncak Mahameru.
Sesampainya di sana, Hok Gie sedang duduk. Idham ikut duduk bersamanya. Namun, Herman tetap berdiri.
Menurut kesaksian Herman, Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat dari oksigen.
Hal ini menyebabkan kondisi keduanya sudah sangat lemas. Dia menduga, gas itu muncul ketika mereka berdua duduk.
Dari kesaksian Herman, Gie hanya terdiam, kemudian menggelapar.
Gie dinyatakan meninggal di Puncak Mahameru karena menghirup gas beracun, beberapa jam sebelum genap berusia 27 tahun. Tak lama berselang, Idhan meninggal menyusul Gie.
Akibat jalur yang ekstrem, evakuasi jenazah kedua pemuda ini cukup panjang. Jenazahnya baru dimakamkan pada 24 Desember 1969.
Dikenal sebagai mahasiswa idealis
Soe Hok Gie lahir di Jakarta, 17 Desember 1942.
Dia adalah aktivis Indonesia keturunan Tiong Hoa.
Ia menempuh pendidikan di SMA Kolese Kanisius.
Kemudian, melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI) pada 1962 di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra hingga tahun 1969.
