Berita Religi
Benarkah Mengelap Air Setelah Berwudhu akan Menghapuskan Cahaya di Akhirat Kelak? Beginilah Hukumnya
Wudhu merupakan bagian terpenting untuk menyucikan diri sebelum menunaikan sholat. Lantas, bagaimana hukumnya mengelap air wudhu menurut UAH?
Penulis: Tria Agustina | Editor: Yandi Triansyah
Ada juga dalam kondisi tertentu, setelah Rasulullah SAW setelah mandi besar, diberikan mindil (semacam alat untuk mengelap), tapi Nabi SAW pada saat itu menolak dan memilih menggunakan tangannya.
Para ulama menyimpulkannya sangat tajam, ketika Nabi SAW diberi mindil, bukan berarti beliau tidak mau mengelap.
Jadi pemberian (mindil) itu menunjukkan bahwa terbiasa diberi handuk/lap setelah mandi atau wudhu.
Hanya saja, waktu itu Nabi SAW menginginkan menggunakan tangan, mungkin ada persoalan dengan handuknya atau tidak mau bercampur, atau Nabi ingin menunjukkan suatu hukum tertentu.
Seperti, jika tidak ada handuk maka ratakan air setelah mandi supaya tidak terus menempel di badan. Jadi banyak hal yang bisa disimpulkan dari riwayat tersebut.
Lantas, benarkah mengelap air setelah berwudhu akan menghapuskan cahaya di akhirat kelak?.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, mungkin pendapat tersebut muncul karena hadits terkait yang sering dibahas.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa umat Nabi Muhammad SAW ketika dipanggil di hari kiamat, mereka datang dengan cahaya sebagai tandanya.
Seperti kuda yang paling bagus, datang (cahaya) dari keningnya. Itulah tanda-tanda khusus dari bekas wudhunya.
"Jadi Masyaallah umat Nabi SAW ada cahaya atau tanda khusus nanti saat dipanggil di hari kiamat. Cahaya itu dari bekas wudhunya," terang pria yang akrab disapa UAH ini.
Lebih lanjut UAH menjelaskan pengertian dan pernafsiran hadits dari para ulama yang beragam.
Diantara penafsiran yang pertama, cahaya itu datang dari orang yang menjaga wudhu. Artinya orang yang terus menjaga wudhunya, begitu batal, wudhu lagi. Walaupun sulit menemukan air, ia bertayamum.
Tafsir yang kedua, cahaya itu datang dari orang yang berperilaku mulia mulai dari wajah, tangan, hingga kaki.
Karena ketika berwudhu dengan baik, itu berarti seperti mengevaluasi diri, menjaga, bertaubat kepada Allah, serta membersihkan dari luar dan dalam.
Sehingga lisan orang yang berkumur-kumur dijaga, bukan hanya membersihkan kotoran dimulut, tapi juga membersihkan dari perbuatan mencela, ghibah, dan sebagainya.
