Mengenal Cik Ujang Calon Tunggal Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel, Bupati yang Dulu Kerja di Bengkel
Cik Ujang Bupati Lahat yang merupoakan kader Partai Demokrat, akhirnya dipercayai sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel menggantikan Ishak Mekki.
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Cik Ujang Bupati Lahat yang merupoakan kader Partai Demokrat, akhirnya dipercayai sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel menggantikan Ishak Mekki.
Sebelumnya ada sejumlah nama yang digadang-gadangkan untuk memimpin Partai Demokrat di Sumsel. Diantaranya Wahyu Sanjaya yang tak lain adalah adik kandung dari Ketua BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan) RI DR Agung Firman, yang juga putra dari tokoh Golkar Drs H Kahar Muzakir. Lalu ada nama Walikota Palembang H Harnojoyo, dan kemudian Wakil DPRD Sumsel H Muchendi Mahzareki SE.
Namun nama Cik Ujang yang akhirnya didukung 17 votter dari Kabupaten dan kota se-Sumsel atau bisa dipastikan menang aklamasi.

Siapa sosok Cik Ujang, berikut ini ulasan kisah perjalanan karirnya
Diberitakan sebelumnya, Cik Ujang pernah diwawancarai khusus bersama Pemred Sriwijaya Post, L Weny Ramdiastuti di Pendopoan Bupati Lahat, Kamis (18/11/2021).
Belajar dari kedua orangtuanya, Cik Ujang, SH yang kini dipercaya rakyat Lahat, sebagai Bupati Lahat, tak pernah menyangka kini menjabat orang nomor satu di Bumi seganti setungguan.
Namun, kesuksesan yang didapat suami dari Lidyawati ini tidak didapat dengan mudah.
Cik Ujang, pernah merasakan getirnya hidup. Terlahir dari pasangan H Menawi dan Hj Ciknap, Cik Ujang anak ke delapan dari delapan bersaudara lahir dan besar di Desa Lebak Budi, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Meski terlahir sebagai bungsu, Cik Ujang kecil jauh dari kata manja terlebih ayah dan ibunya mengajarkan agar anaknya tidak manja.
Saat libur sekolah, ia pergi ke kebun kopi untuk membantu ayah dan ibunya memetik biji kopi.
"Waktu kecil saya pernah nangis karena tak diajak ke kebun kopi oleh ibu. Ya waktu itu saya ingin seperti kakak bisa bantu ibu dikebun," katanya saat wawancara khusus bersama Pemred Sriwijaya Post, L Weny Ramdiastuti di Pendopoan Bupati Lahat, Kamis (18/11/2021).

Tak hanya membantu di kebun kopi, delapan saudara semuanya laki laki, membuat ia dan kakak kakaknya menggantikan peran ibu untuk membersihkan rumah mulai dari menyapu, masak dan membersihkan rumah.
"Ibu dan bapak bermalam di kebun. Baru pulang ke desa setiap hari selasa karena hari Rabu ada pasar kalangan.
Nah, sebelum ibu pulang kami gotong royong bersihkan rumah termasuk memasak untuk menyambut ibu pulang dari kebun.
Kami sangat bahagia menanti ibu pulang dari kebun, "ujarnya seraya tersenyum mengingat masa kecilnya.
Dikatakanya, kala itu ia begitu merasakan perjuangan seorang ayah dan ibu dalam membesarkan dan menyekolahkan ia dan kakaknya. Tinggal dikampung, hanya kopi dan karet kala itu menjadi andalan warga untuk hidup.
Namun, sampainya besarnya tekad kedua orang tua ia dan kakaknya bisa menempuh pendidikan bahkan hingga ke perguruan tinggai yang kalah itu masih sulit dijalani warga desa.
"Pendidikan di mulai dari SD Negeri 12 Ulak Pandan. Nah, ada cerita yang sangat berkesan kala duduk dibangku SD.
Sebelum akrab disapa Cik Ujang, masih kecil saya dipanggil Marlansyah.
Saat guru absen, dia bingung hingga menanyakan nama saya yang sebenarnya karena kakak saya memanggil Marlansyah.
Namun, saya jawab kala itu Cik Ujang, hingga kini terus 'membumi'," jelasnya.
Dilanjutkan ayah dari Khanza Uly Anggraini, M Ghathan Raka Al Tsaqif dan Aurel Bhara Ghania ini nama Cik Ujang sendiri diambil dari nama ibu yakni Ciknap.
Selesai SD, pendidikan dilanjutkan ke SMP Negeri 5 dan SMA Negeri 2 Lahat.
"Tamat SMA saya mulai berpikir bagaimana bisa mandiri dan mengurangi beban orang tua. Dibenak saya kala itu ingin bangun usaha, "tuturnya.
Cik Ujang pun akhirnya memutuskan merantau ke Ibu Kota Jakarta.
Di Jakarta ia mengawali kerja di gudang salah satu Mall.
Hidup di ibu kota dengan penghasilan kecil, Cik Ujang, harus hidup hemat dan tetap bertahan meski kala itu susah begitu terasa baginya.
Satu tahun bekerja di Gudang Mall, Ia kemudian mengundurkan diri dan memilih bekerja di bengkel di Jakarta.
Demi bertahan hidup seraya menabung untuk bekal usaha, tak ada kebal lelah kala itu.
"Tiga tahun merantau. Tepat di tahun 1993 bersamaan dengan Hari Raya Idul Fitri, saya pulang kampung.
Ya bisa dikatakan belum ada kemajuan sama sekali,"kata Cik Ujang.
Saat pulang kampung, Ayah kemudian mengajaknya berbicara dan menanyakan siol pekerjaannya selama merantau.
Kala itu, raut haru tapi bangga terlihat dari wajah Ayah.
Ada semacam keprihatinan hingga ayahnya menawarkan kepada Cik Ujang agar tidak usah lagi merantau dan lebih baik menggantikanya untuk mengolah kebun kopi dan kebun karet.
Bahkan, saudaranya sempat patungan uang hingga terkumpul Rp1.500.000 untuk membantu modal jika saya ingin membangun usaha.
"Tapi tanpa menyinggung hati ayah, saya minta maaf karena tidak menagmbil tawaran tersebut.
Saya bilang, akan berusaha dulu secara mandiri namun jika sudah mentok baru saya ambil. Ayahpun tampak merestui tekad saya, "ujarnya.
Kemudian saya merenung apa yang akan dilakukan di desa hingga akhirnya ia melihat pohon sungkai yang kala itu masih banyak.
Ia pun ikut salah satu bos kayu dan mengolah kayu sungkai.
Mendapat kepercayaan dari bosnya, Cik Ujang pun tekun hingga pada akhirnya bosnya tersebut meminta agar Cik Ujang, melanjutjan usaha kayu dan mandiri.
"Sekitar tahun 1997 pertama kali saya bawa kayu satu fuso ke Jakarta.
Nah modal kayu ini saya dapat dari menjual motor dan emas hasil tabungan selama bekerja,"kenangnya kembali.
Penjualan satu fuso kayu sungkai kala itu senilai Rp 9.000.000. Berjalan mulus, kemudian ia terus mengembangkan dan mengirim kayu ke Jakarta.
"Tapi kalau dikenang ada yang lucu kala itu. Usai menjual kayu di Jakarta, saya belum kenal Bank.
Jadi uang Rp9 juta dibawa cash. Sebagian saya simpan dkantong celana depan dan sebagian di celana depan, "katanya.
Pulang dari menjual kayu naik kapal, Cik Ujang menceritakan ketakutan dan kecemasanya selama berada dikapal lantaran takut uang yang ada dikantong celana dirampok.
"Jadi pas duduk dikapal saat ada orang mendekati saya menjauh.
Karena yang ada dibenak saya orang tersebut ingin merampok padahal gak. Itu karena perasaan cemas saya saja, "sampainya.
Berhasil berbisnis kayu, diumur 27 tahun ia kemudian sudah memiliki mobil, motor dan beberapa karyawan.
Namun, seiring berjalanya waktu tepat di zaman Pemerintahan Presiden SBY, bisnis kayu agak sulit lantaran untuk menekan ilegal logging.
Melihat kondisi itu kemudian berpikir banting setir dan melihat potensi batu di desa hingga akhirnya memutuskan untuk membuka usaha galian C dengan modal hanya Rp40 juta.
"Sempat khawatir takut galian C gagal. Apalagi perizinanya sulit. Tapi bismillah saja.
Dan saat sedang di lokasi galian C saya menemukan madu dipohon kecil. Malamnya mimpi dapat ikan banyak.
Saya ceritakan kepada orang tua, dan kata mereka itu pertanda baik dan usaha akan maju, "ucapnya.
Ditahun 2009, seraya mengembangkan usaha ia kemudian mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Lahat.
Rakyat pun kemudian mempercainya hingga ia berhasil dua periode duduk sebagai anggota DPRD Lahat.
Tahun 2018, berkat dukungan dan dorongan masyarakat ia kemudian maju sebagai salah satu kandidita Calon Bupati Lahat.
Cik Ujang yang berpasangan dengan Haryanto, kemudian berupaya meyakinkan masyarakat dengan program program yang ditawarkan jika terpilih.
Bak pantun bersahut, warga pun antusias dengan sosok Cik Ujang, hingga akhirnya ia terpilih.
"Niat dan tekad saya ingin mengabdi, berbuat dan memajukan Kabupaten Lahat hingga bercahaya.
Jadi walaupun tantangan kedepan banyak saya sudah tekadkan diri ini untuk sebuah pengabdian, " ungkapnya.