Mimbar Jumat

Konsep Berkah dan Indikasinya Dalam Eknomi

Kita tahu bahwa dalam pandangan ekonomi pada umumnya ekonomi haruslah sangat materialis, tetapi dalam ekonomi islam materialisme saja tidak cukup.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Dr. M. Rusydi, M.Ag Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang. 

Berkah dalam ekonomi
Di sisi lain, kalkulasi materialis-ekonomis-logis yang sering digunakan sebagai ukuran dalam membaca realitas kehidupan sering kali bertolak belakang dengan keberadaan berkah.

Hal ini karena pandangan hidup ekonomi (world view of economic) melakukan pemisahan yang tegas antara aspek positif dan normative dalam ekonomi.

Implikasi dari pemisahan semacam itu, menyebabkan seolah-olah fakta ekonomi merupakan sesuatu yang independen terhadap norma, sehingga memunculkan pandangan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara norma dan fakta.

Dengan kata lain, realitas ekonomi merupakan sesuatu yang independent dan karenanya bersifat obyektif dan universal.

Dalam hukum permintaan misalnya, jika harga barang meningkat maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat (cateris paribus).

Maka keuntungan produsen dengan sendirinya akan ikut naik, tanpa dikaitkan dengan aspek normative dengan mempertanyakan faktor apakah yang mengharuskan produsen untuk mendapatkan keuntungan maksimum (Munrokhim Misanan, dkk: 2009).

Namun, betapa sering dalam kehidupan kita jumpai ukuran materalisme-logis ternyata tidak dapat dengat tepat menggambarkan kenyataan-kenyataan ekonomi yang dihadapi seseorang dalam menjalani dan menegakkan kehidupannya.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Banyak bukti yang dapat dikemukakan untuk mendukung premis ini, misalnya diberitakan seorang ibu paruh baya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga mampu mengantarkan enam orang anaknya menjadi sarjana.

Ada juga seorang bapak yang bekerja sebagai tukang becak mampu mengantarkan putri tercintanya sebagai sarjana terbaik di salah satu Universitas di Semarang.

Kasus-kasus ini jika dikalkulasi secara materialis-logis tidak akan mungkin dapat dilakukan malah terasa aneh.

Bagaimana mungkin seorang ibu yang bekerja sebagai pembantu ibu rumah tangga dengan gaji yang sangat terbatas mampu membiayai enam orang anaknya hingga semuanya bergelar sarjana.

Dalam beberapa kasus di atas, adaptabilitas berkah pada hakekatnya terjadi pada ekonomi riil yaitu dalam kasus produksi, konsumsi dan distribusi.

Dalam kasus produksi misalanya, ibu yang bekerja menjadi pembantu rumah tangga secara produksi sedang menjajakan keahliannya kepada sektor rumah tangga lain yang membutuhkan, atas supply tenaga kerja ini dia mendapatkan gaji.

Masalahnya kemudian cukupkah gaji ibu tersebut mengcover seluruh kebutuhan enam orang a-naknya hingga akhirnya mereka menjadi sarjana.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved