Puncak Hujan Meteor Terbungsu di Awal Oktober, Tidak Berpotongan dengan Orbit Bumi
Hujan meteor umumnya memang terjadi setiap tahun ketika debu komet maupun asteroid berpotongan dengan orbit Bumi mengelilingi Matahari
Radar meteor SAAMERS-OS ( Southern Argetina Agile Meteor Radar Orbital System) di Pulau Tanah Api (Tierra del Fuego), Argentina Selatan mendeteksi hujan meteor ini setidaknya selama tiga jam pada tanggal 29 September.
Jauh sebelumnya, di tahun 1995, debu komet 15P/Finlay pertama kali menyembur selama perihelion 1995.
Semburan kedua terjadi pada tahun 2008 dan menyusul enam tahun setelahnya di tahun 2014 menyembur untuk ketiga kalinya.
Puncak hujan meteor Arid diprediksi pada tanggal 7 Oktober 2021 pukul 10.55 WIB / 11.55 WITA / 12.55 WIT berdasarkan tiga pengamatan semburan debu komet sebelumnya.
Andi menambahkan bahwa meskipun ukuran inti komet 15P/Finlay sebesar 1,8 kilometer; debu komet ini hanya berukuran seperti butiran pasir, sehingga hujan meteor ini bergerak cukup lambat di kelajuan 38.880 km/jam (dibandingkan dengan hujan meteor Draconid yang kelajuannya 72.000 km/jam) sehingga cukup sulit diamati.
Meskipun lambat, tidak tertutup kemungkinan data pengamatan hujan meteor ini dapat terkumpul dengan cukup dari berbagai belahan Bumi.
“Anda dapat menyaksikan hujan meteor Arid sejak senja bahari (20 menit setelah terbenam Matahari) dari arah Selatan-Barat Daya hingga Barat Daya selama 3,5 jam hingga pukul 21.30 waktu setempat.
Sedangkan yang berada di belahan utara tetap berkesempatan menyaksikan hujan meteor ini, meskipun lokasi pengamatan terbaik hujan meteor ini berada di belahan selatan Bumi,” tutup Andi. (Rilis)
