CERITA Kedekatan Anak Mayjend DI Panjaitan dengan Anak Petinggi PKI, 'Kasihan Harus Ngumpet-ngumpet'

Catherine Panjaitan pernah menceritakan bahwa dirinya sudah bedamai kepada siapapun yang telah membunuh sang ayah.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Welly Hadinata
Youtube Spasi
Persahabatan Svetlana Njoto (Anak Njoto, Petinggi PKI) & Catherine Pandjaitan (Anak D.I.Pandjaitan) 

SRIPOKU.COM -- Sosok Catherine Panjaitan menjadi saksi hidup atas peristiwa mengerikan di 30 September 1965 silam.

Gerakan 30 September (G30S) PKI telah merenggut seorang ayah yang begitu dicintai oleh Catherine Panjaitan.

Catherine sapaan akrabnya, adalah putri dari Pahlawan Revolusi, Mayjend DI Panjaitan yang dibunuh oleh pemberontak G30S/PKI.

Catherine Panjaitan pernah menceritakan yang dikutip dari kanal Youtube Spasi saat kegiatan Simposium Nasional membedah peristiwa 1965, (22/9/2020) bahwa dirinya sudah bedamai kepada siapapun yang telah membunuh sang ayah.

Bagi seorang anak yang saat itu berusia 17 tahun, masih jelas diingatannya bagaimana kronologi orang yang ia banggakan menjadi korban G30S/PKI.

Ayahnya sangat sedih sebelum kejadian peristiwa 1 Oktober 1965, lantaran dirinya tak dinaikkan pangkat saat itu.

Baca juga: Kamu Pro Soeharto, Soekarno Lempar Asbak saat Dibujuk 2 Pengusaha Ini untuk Serahkan Kekuasaan

Baca juga: LETKOL Untung Yakin Soeharto Selamatkan Nyawanya: Dikenali 2 Tentara Saat Kabur ke Semarang

DI Panjaitan menceritakan kesedihannya kepada sang istri dengan bahasa Batak.

Meski begitu, Catherine Panjaitan sedikit mengerti bahasa Batak.

Catherine Panjaitan menyebut saat itu para petani harus dipersenjatai dan itu tak disetujui oleh ayahnya.

"Bagaimana petani mau dipersenjatai mereka ga tahu apa-apa, of Course ayah saya tak setuju. saat 1 Oktober itu saja saya pegang senjata seram sekali," ungkapnya.

Saat kejadian subuh dini hari, dirinya mendengar derap sepatu boots yang kemudian ia ngintip dari atas kamarnya terlihat orang-orang berseragam hijau dan ternyata sekeliling rumah sudah dikepung oleh tentara dilengkapi senjata.

"Di bawah mereka ketemu pembantu kami yang sudah lama ikut di Jerman, nanya dimana kamar doromu (tuanmu). Dibawah ada dua sepupu saya dan om ipar bilang ada apa ini. Lalu, saya dengar suara tembakan," ujarnya

"Saya masih bertahan diatas, ayah saya ngokang senjata dan langsung telepon tapi karena paralel dan nyambung ke telpon ke bawah ternyata kabelnya digunting oleh mereka sudah ga bisa bicara," tambahnya.

Tapi nyatanya mereka tak berani naik ke atas, dimana DI Panjaitan berada diada dikamarnya karena dibawah area tangga DI Panjaitan memiliki hewan peliharaan Beruang Hitam dan Harimau.

"Mereka terus bilang bapak Jendral turun ribut banget sampai mengancam , saya tanya balik siapa yang diminta turun, mereka hanya bilang Pak Jendral turun," katanya.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved