Sosok Pierre Tendean, Jadi Korban G30S PKI yang Dikira AH Nasution, Kisah Cintanya Berakhir Pilu

Kala itu, Pierre Tendean yang masih berusia 26 tahun menjadi pengawal pribadi Jenderal AH Nasution.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
Wikipedia
Pierre Tendean, Jadi Korban G30S PKI yang Dikira AH Nasution 

Ia mulai berkarier di bidang militer dengan menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.

Satu tahun kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Intelijen Negara di Bogor.

Setelah tamat sekolah intelijen, ia ditugaskan untuk menjadi mata-mata di Malaysia, sehubungan dengan konfrontasi Indonesia-Malaysia atau Dwikora.

Tugasnya adalah memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia.

Semenjak itu, ada tiga jenderal yang menginginkan Pierre Tendean untuk menjadi ajudannya.

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.

Ia akhirnya menjadi ajudan Jenderal AH Nasution.

Namun, 30 September 1965 itu ia tetap berada di Jakarta karena menjalankan tugas sebagai ajudan Jenderal AH Nasution.

Malam itu pun terjadi peristiwa penyerangan pasukan Tjakrabirawa yang menyerang kediaman Sang Jenderal.

Mendengar suara gaduh, Pierre Tendean yang tengah beristirahat di ruang tamu pun bangun dan mendatangi sumber suara.

Begitu sampai, ia langsung disambut senapan.

Pasukan Tjakrabirawa yang mengira Pierre Tendean sebagai Jenderal AH Nasution pun langsung menculik dan membawanya ke Lubang Buaya.

Dikisahkan, Pierre Tendean memang mengaku sebagai Jenderal AH Nasution.

Di Lubang Buaya, ia lalu dibunuh bersama enam perwira tinggi TNI lainnya dan dimasukkan ke dalam lubang berdiameter 75 sentimeter (cm).

Pierre Tendean pun gugur pada usianya yang ke-26 tahun.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved