Sebelum Culik Jenderal, Abdul Latief & Untung Pamit ke Soeharto, Kesaksiaan Eks Prajurit Cakrabirawa
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) untuk menemui Soeharto yang sedang menjaga anaknya, Hutomo Mandala Putra (Tomy) yang lagi sakit
SRIPOKU.COM - Nama Soeharto kembali disebut oleh mantan Prajurit Cakrabirawa saat pecahnya peristiwa berdarah G30S/PKI.
Hari ini tepat 56 tahun lalu, sejarah kelam bangsa Indonesia terjadi.
Ishak Bahar, seorang eks prajurit Cakrabirawa masih mengingat momen detik-detik pembantaian Jenderal terjadi.
Ishak Bahar pernah menyandang pangkat terakhir Sersan Mayor (Serma) saat peristiwa G30S berpugas sebagai Komandan Regu Pengawal Istana Batalion Cakrabirawa.
Sore itu sekira pukul 18.00 WIB, Ishak tugas mengawal Presiden Soekarno ke Senayan.
Namun pimpinannya di Batalion Cakrabirawa yakni Letkol Untung memberi perintah untuk ikut bersamanya.
“Sore itu sekitar jam 18.00 WIB, saya ada tugas untuk mengawal Soekarno ke Mabes Teknisi di Senayan, tahu-tahu Pak Untung datang minta saya ikut dia,” katanya.
Ishak sempat menanyakan ke atasannya itu karena ajakan Letkol Untung itu bertepatan dirinya mengawal presiden.
Namun sebagai seorang prajurit, Ishak sudah terikat oleh sumpah militer untuk patuh kepada pimpinan, tidak membantah perintah dan putusan.
“Sudah jangan mengawal (presiden), ikut saya!” kata Ishak menirukan perintah Untung.
Mendengar jawaban atasannya itu, Ishak mengikuti Letkol Untung.
Dengan dilengkapi persenjataan lengkap Ishak kemudian mengawal dalam satu kendaraan bersama Letkol Untung dan Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), sopir dan ajudan.
Ishak mengaku saat itu ia tidak mengetahui ke mana tujuan mereka pergi.
“Saya tidak dikasih tahu tujuannya ke mana, tahu-tahu mampir ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) untuk menemui Soeharto yang sedang menjaga anaknya, Hutomo Mandala Putra (Tomy) yang lagi sakit,” beber Ishak
Ishak sebenarnya tidak masuk ke dalam kara tempat Tomy dirawat.