Mimbar Jumat

Takut Allah Vs Takut Corona

Sedih selalu berhubungan dengan masa lalu, sedangkan takut berkaitan dengan masa depan. Keduanya merupakan respons psikologis yang sangat manusiawi...

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
John Supriyanto Penulis adalah dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an Al-Lathifiyyah Palembang 

Bila perasaan sedih bertitik pangkal dari sesuatu yang telah terjadi, maka rasa takut biasanya mucul berkenaan dengan sesuatu yang belum terjadi.

Sedih selalu berhubungan dengan masa lalu, sedangkan takut berkaitan dengan masa depan.

Keduanya merupakan respons psikologis yang sangat manusiawi saat menerima dan menghadapi suatu peristiwa.

Sama halnya dengan perasaan-perasaan yang lain, seperti rasa senang, cinta, cemburu, rindu, marah, dendam dan lain sebagainya.

Karenanya, tidak ada yang salah dari perasaan-perasaan itu.

Hanya saja agama mengajarkan agar manusia mampu mengatur dan mengendalikannya.

Dalam Al Qur’an, paling tidak ditemukan dua term yang digunakan untuk menyebut makna “takut”, yakni “al-khasyyah” dan “al-khauf”. Kata “al-khasyyah” biasanya di-gunakan Al Qur’an untuk menyebut makna takut kepada Tuhan.

Sedangkan kata “al-khauf” lebih dnominan untuk mengungkap makna takut kepada makhluk.

Dalam sebuah ungkapan ayat misalnya disebutkan “innama yaskhya Allah min ‘ibadih al-‘ulama’” (bahwasanya yang takut kepada Allah hanyalah hamba-hambaNya yang berilmu”.

Atau dalam ungkapan lain “min khasyyat Allah” (gunung berguncang karena takut kepada Allah) dan lain-lain.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Adapun kata “al-kauf” misalnya disebutkan “wa amanuhum min khauf” (Allah memberikan rasa aman dari segala yang menakutkan).

Juga “wa lanabluwannakum bi syai’in min al-khauf wa al-ju’” (dan sungguh Kami menguji kamu dengan rasa takut dan rasa lapar” dan lain sebagainya.

Intinya, menurut Al Qur’an, rasa takut manusia terbagi dua, yakni takut pada Tuhan dan takut pada makhluk dengan segala jenisnya.

Agama juga mengajarkan cara-cara yang berbeda dalam menghadapi rasa takut kepa-da Tuhan dan rasa takut kepada makhluk.

Akumulasi rasa takut kepada Tuhan terangkum dalam satu istilah “taqwa”.

Wujud ketaqwaan adalah “imtitsal al-awamir wa ijtinab an-nawahi” (melaksanakan perintah dan menjauhi larangan).

Artinya, untuk mengatasai rasa takut pada Tuhan adalah dengan meningkatkan kadar ketaatan pada Tuhan.

Implementasi ketataan adalah mengerjakan semua apa yang diperintahkan dan pada saat yang sama juga menjauhi segala yang dilarangNya.

Jika seseorang takut pada Tuhan, maka ia akan semakin taat kepadaNya.

Semakin tinggi nilai ketaatan, maka semakin tinggi kualitas ketaqwaannya di ‘mata’ Tuhan.

Berbeda dengan takut pada Tuhan, mengatasi rasa takut pada makhluk justru diperin-tahkan untuk menghindarinya.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Takut sakit, hindari hal-hal yang dapat menyebabkan sakit; takut makhluk halus, hindari tempat-tempat yang seram;

takut kegelapan, hindari kegelapan dan nyalakan lampu;

takut binatang buas atau hewan berbisa, hindari sejauh mungkin;

takut diremehkan orang, kualitaskan diri;

takut miskin, hindari kemiskinan dengan usaha dan lain sebagainya.

Menghindar dan menjauh adalah satu-satunya cara melindungi diri dari hal-hal yang menakutkan.

Takut pada sesuatu, hindari. Begitulah sederhananya.

Meski demikian, tidak semua hal yang ditakuti manusia bisa dihindari.

Setiap orang tidak bisa menghindar dari kematian bila sudah tiba saatnya, walaupun kematian itu menakutkan.

Begitu pula tidak ada yang mempu mengelak dari musibah, balak, bencana jika sudah demikian takdirnya.

Karenanya, yang diminta Tuhan dari manusia adalah usaha sesuai kadar kesanggupan yang sejalan dengan sunnatullah.

Membiarkan diri menjadi korban dari sesuatu yang menakutkan justru dipandang tercela oleh agama.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

“Wa la tulqu bi aydikum ila at-tahlukah” (dan jangan kamu membiarkan dirimu jatuh dalam kehancuran), begitu pesan Al Qur’an.

Corona virus dianggap menakutkan karena efeknya yang sangat berbahaya dan me-matikan.

Virus ini hanya berukuran nano, tidak kasat mata dan dapat menular ekstra cepat.

Hampir 5 juta jiwa penduduk dunia mati karenanya hanya dalam kurun waktu + 2 tahun.

Bahkan, saat ini Indonesia telah mencapai angka tingkat kematian harian karena covid-19 tertinggi di dunia.

Maka wajar bila seluruh dunia menjadi ‘kalangkabut’ dibuatnya, termasuk negara-negara terkuat dan berteknologi tinggi sekalipun.

Oleh karena itu, jika takut pada corona, maka hindarilah.

Caranya, ikuti petunjuk “ahl az-zikr”, para ahli kesehatan dan pemerintah yang telah menetapkan standar protokol kesehatan di masa pandemi covid-19.

Keliru dan sangat tidak arif ketika ada orang yang mempertentangkan antara takut kepada Tuhan dan takut pada corona.

Lebih keliru lagi jika ketakutan itu dihubung-hubungkan dengan keimanan.

Akibatnya orang menjadi abai dan acuh terhadap standar prokes.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

“Jangan takut pada corona, takutlah pada Tuhan saja”. Kalimat seperti ini seringkali terdengar di masyakarat.

Mirisnya ucapan serupa itu justru terlontar dari dalam masjid, majelis ta’lim, pengajian dan lain sebagainya.

Tidak ada yang salah dengan rasa takut manusia kepada makhluk-makhluk Tuhan, termasuk ketakutan pada bahaya virus corona.

Para nabi dan rasul sebagai manusia terdekat dengan Tuhan sekalipun pernah mengalami masa-masa ketakutan itu.

Sebut saja misalnya Nabi Musa as. yang begitu takut pada ular-ular buatan tukang sihir Fir’aun.

Saking takutnya, tubuhnya gemetar dan hendak lari menyelamatkan diri, sampai kemudian Tuhan menyelamatkannya melalui tongkat mukjizat yang berubah menjadi ular besar.

Ketakutan yang sama juga terjadi pada Nabi Ibrahim as.

Ketika beliau kedatangan tamu yang dianggapnya ‘aneh’.

Sebab, tamu-tamu itu tidak menyentuh sedikitpun makanan dan minuman yang disuguhkan.

Belakangan baru diketahui bahwa ternyata mereka adalah para malaikat yang diutus Tuhan kepada Ibrahim as. untuk menyampaikan berita gembira tentang kehamilan istrinya.

“Fa aujasa minhum khifah” (maka tampak rasa takut Ibrahim pada mereka), demikian diungkapkan dalam Al Qur’an.

ilustrasi
Update 2 September 2021. (https://covid19.go.id/)

Pada penetapan hukum syari’at, faktor ketakutan juga diakomodir dalam sistem ibadah umat Islam.

Dalam literatur ibadah dikenal adanya sistem shalat yang dilakukan dalam suasana mencekam dan menakutkan, kondisi perang misalnya.

Sistem shalat seperti ini kemudian dikenal dengan sebutan “shalat khauf” atau shalat dalam liputan rasa takut.

Kala itu, Nabi SAW dan para shahabat khawatir kalau-kalau diserang musuh secara tiba-tiba saat mereka sedang melaksanakan shalat berjama’ah.

Oleh karena itu, Qs. an-Nisa’ : 102 diturunkan untuk memberikan solusi dengan mengajarkan mekanisme pelaksanaan shalat dalam kondisi ketakutan tersebut.

Fakta ini semakin menguatkan bahwa munculnya rasa takut adalah sesuatu yang sangat manusiawi dan wajar sehingga agama-pun memakluminya.

Tak perlu dibenturkan antara rasa takut pada Tuhan dengan rasa takut pada corona.

Takut pada Tuhan dan takut pada corona adalah dua substansi yang berbeda.

Takut pada corona tidak berarti mengabaikan rasa takut pada Tuhan.

Sebab, masing-masing memiliki pendekatan dan cara yang berbeda.

Mendekatlah pada Tuhan sedekat mungkin (taqarrub) sebagai implementasi dari rasa takut kepadaNya.

Tapi, hindari semaksimal mungkin segala sesuatu yang menakutkan itu bila dirasa akan mengancam dan membahayakan jiwa. Wallahu a’alm. (John Supriyanto / Penulis adalah dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an Al-Lathifiyyah Palembang)

John Supriyanto

Penulis adalah dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an Al-Lathifiyyah Palembang
John Supriyanto / Penulis adalah dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an Al-Lathifiyyah Palembang (SRIPOKU.COM/Istimewa)
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved