Pengembangan Vaksin Merah Putih Mulai Menunjukkan Hasil, Lolos Uji Praklinik, Tangkal Varian Delta
Peneliti Indonesia mulai menujukkan hasil dari pengembangan vaksin merah. putih. Diharapkan mendapat izin penggunaan darurat tahun 2022
SRIPOKU.COM - Pengembangan Vaksin Merah Putih oleh para peneliti Indonesia mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menangkal Covid-19.
Besar harapan, jika proses uji klinis selesai diharapkan dapat diproduksi pada tahun 2022.
Dalam pengembangan Vaksin Merah Putih ini, pemerintah bekerja sama dengan dengan empat universitas dan dua lembaga.
Masing-masing, Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara itu dua lembaga yakni Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dari sejumlah institusi tersebut, terdapat dua pengembang yang telah masuk skala industri, yaitu Lembaga Eijkman bersama PT Bio Farma dan Unair bersama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Saat ini, vaksin Merah Putih masih dalam proses uji praklinik.
Gunakan 3 Metode Platform Berbeda
Sebagai salah satu anggota konsorsium pengembangan vaksin Merah Putih, Unair telah melaksanakan riset vaksin dengan 3 metode platform berbeda.
Yakni inactivated virus, viral vector dengan adenovirus, dan platform peptide.
Dari ketiga platform itu, vaksin dengan platform inactivated virus alias virus yang dilemahkan telah selesai lebih awal.
Dan selanjutnya, vaksin masuk ke tahap uji praklinis dan uji klinik.
Tangkal varian Delta
Vaksin Merah Putih buatan Unair ini mulai diujicobakan terhadap varian Delta (B.1617.2).
Ketua peneliti vaksin Merah Putih dari Universitas Airlangga (Unair) Fedik Abdul Rantam mengatakan, ada tujuh isolat virus yang disiapkan dalam pengujian.
"Kemarin kami lakukan uji tantang dengan varian Delta dan buktinya melalui WGS (whole genome sequencing) menunjukkan bahwa isolat yang kami gunakan di uji tantang itu adalah varian Delta," kata Fedik dalam konferensi pers melalui kanal YouTube BPOM, Rabu (18/8/2021).
Dari hasil monitoring, calon vaksin Merah Putih mampu menetralisasi varian Corona dengan baik.
"Tidak hanya varian Delta, tapi Epsilon, Beta. Di Indonesia yang banyak Delta, kita memonitor calon vaksin kita itu apakah mengenali antibodi terhadap varian ini, dan sampai saat ini kemampuan netralisasi masih baik," ucap Fedik.
Lolos uji praklinik 1 dan 2
Fedik Abdul Rantam juga mengungkapkan hasil uji praklinik Vaksin Merah Putih dengan basis platform inactivated virus.
Dia katakan, hasil uji praklinik fase satu berjalan baik dengan respons imun dari vaksin sangat menjanjikan.
"Memang kami telah sampai pada uji preklinik fase 1 dan 2. Fase satu hasilnya baik dari sisi imunogenisitas, toxicity di dalamnya dan pendekatan respons imunnya juga, dan hasilnya menjanjikan," kata Fedik.
Menurut Fedik, hasil uji praklinik fase 1 menjadi dasar penelitian vaksin tersebut dilanjutkan ke uji praklinik fase 2. Namun, ia belum bisa menyampaikan hasil uji praklinik fase 2 karena masih dalam proses pengujian.
"Kami belum bisa berikan hasil keseluruhan karena belum selesai, on going, sementara respons imun yang kita dapatkan kemudian antibodi ini menunjukkan tren yang lebih baik," ujarnya.
Selanjutnya Fedik mengatakan, pengembangan Vaksin Merah Putih yang dilakukan Unair bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia ini tidak berjalan sendiri.
Dia tambahkan, kerja sama terjalin setelah peneliti dan PT Biotis bertemu dalam satu logika yang sama untuk mengembangkan vaksin berbasis inactivated virus tersebut.
"Saya juga melihat komitmen PT Biotis sangat tinggi karena biaya dari produk vaksin inactivated virus itu jauh lebih besar karena memerlukan sarana dan prasarana yang terstandar internasional," pungkasnya.
Pengawalan BPOM
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan siap membantu pengembangan vaksin Merah Putih dan melakukan pengawalan terhadap regulasi agar sesuai standar internasional dikaitkan dengan aspek keamanan, mutu, dan khasiat.
"Sehingga, tentunya persyaratan dan persiapan dapat dipenuhi baik pada saat praklinik maupun uji klinik," kata Penny dalam konferensi pers secara virtual.
Penyerahan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT Biotis merupakan salah satu bentuk dukungan BPOM agar proses pengembangan vaksin tipe inactivated virus tersebut dapat segera diselesaikan.
Penggunaan Darurat 2022
Apabila uji klinik vaksin Merah Putih berjalan dengan baik sesuai standar internasional, izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dapat diberikan pada 2022.
"Harapannya, Emergency use authorization untuk vaksin Merah Putih produksi Unair dan PT Biotis ini adalah sekitar semester I tahun 2022. Ini kalau sesuai dengan rencana," kata Penny.
Untuk Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Lembaga Eijkman ditargetkan memperoleh EUA pada September 2022. Sementara itu seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ismunandar menyatakan kemungkinan vaksin Merah Putih digunakan sebagai booster atau suntikan tambahan vaksin Covid-19.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi mutasi virus corona yang menyebar belakangan di Indonesia. Ditambah lagi, belum ada kepastikan berapa lama imunitas bertahan dalam tubuh manusia yang sudah divaksinasi.
"Apabila vaksin Merah Putih belum siap dalam waktu dekat, maka vaksin Merah Putih akan menjadi alternatif untuk ketersediaan vaksin di masa depan. Baik sebagai booster. Kita belum tahu, apakah memang vaksin atau vaksinasi yang telah kita peroleh akan bisa mempertahankan imunitas kita," kata Ismunandar dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Rabu (16/6/2021).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Vaksin Merah Putih, Booster Vaksin Covid-19 untuk Tahun 2022", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/20/063000165/mengenal-vaksin-merah-putih-booster-vaksin-covid-19-untuk-tahun-2022?page=all#page2.