Tak Hanya Menjadi Penjahit Bendera, Fatmawati Punya Peran Penting Dalam Kemerdekaan, Simak Kisahnya
Namun para generasi penerus bangsa tak banyak yang tahu bagaimana perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Peran perwira Jepang di balik Merah Putih
Keberadaan Bendera Pusaka itu berawal dari rencana seorang perwira Jepang bernama Shimizu untuk memenuhi "janji kemerdekaan" dari Jepang bagi Indonesia.
Ia merupakan Kepala Bagian Propaganda Gunseikanbu atau pemerintah militer Jepang di Jawa dan Sumatera. Shimizu memosisikan diri sebagai orang yang pro-Indonesia.
Sikap pro-Indonesia Shimizu merupakan skenario yang ia mainkan sebagai kepala barisan propaganda.
Saat Bung Karno berkunjung ke kantor Shimizu di Gunseikanbu (sekarang kantor pusat Pertamina di Jakarta Pusat), Shimizu menginstruksikan anak buahnya bernama Chaerul Basri agar mencari rumah untuk Bung Karno.
Chaerul pun melakukan pencarian dan menemukan rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini.
Bahan katun untuk Bendera Pusaka
Rumah itu yang menjadi tempat bagi Fatmawati menjahit bendera Merah Putih sesuai permintaan Shimizu.
Waktu itu, sulit mendapatkan bahan kain untuk membuat bendera dengan ukuran yang besar.
Rakyat saja menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan karung atau goni.
Situasi itu disebabkan oleh kelangkaan tekstil.
Pada akhirnya Shimizu menginstruksikan seorang perwira Jepang mencari kain merah dan putih untuk diberikan ke Fatmawati.
Sang perwira yang ditugaskan berhasil membawa dua kain merah dan putih dari bahan katun yang halus.
Dua kain itu diperoleh dari sebuah gedung di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat, dan diantarkan oleh Chaerul ke Pegangsaan.
Tetesan air mata Fatmawati dan simbol nasionalisme