Perjuangan Haru Seniman Tunu Rungu Mencari Nafkah saat Pandemi, Galeri dan Kelas Seni Terpaksa Tutup
Lim mengalami kesulitan dalam mencari uang lantaran galeri seni yang ia miliki dan program kelas seni yang biasa ia buat terpaksa harus tutup.
SRIPOKU.COM, MALAYSIA -- "Tutup". Kata ini seolah menjadi opsi terakhir yang terpaksa dipilih sebagian besar pemilik usaha yang sudah tak sanggup lagi bertahan di tengah Pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda.
Hampir semua sektor ikut merasakan dampaknya dan salah satunya adalah mereka yang berada di ranah industri seni.
Lim Anuar adalah salah satunya.
Seniman asal Negeri Jiran, Malaysia ini menjadi salah satu penggiat seni yang harus merasakan sulitnya mencari nafkah selama Malaysia menerapkan aturan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Kisah Lim yang harus berjibaku mencari nafkah di tengah pandemi ini diungkap oleh seorang anggota dewan asal Kampung Tunku, Malaysia yang bernama Lim Yi Wei.
Wei menuturkan jika Lim mengalami kesulitan dalam mencari uang lantaran galeri seni yang ia miliki dan program kelas seni yang biasa ia buat terpaksa harus tutup karena pandemi.
Kondisi ini terasa semakin sulit lantaran Lim juga merupakan seorang tuna rungu.
===
"Karena galeri dan kelas seninya terpaksa tutup, pendapatannya berkurang sangat drastis."
"Dia hidup sendirian. Keluarganya tak bisa pulang dari kampung halaman istrinya di Vietnam karena daerah perbatasan sedang ditutup," ujar Wei dalam postingan di akun Twitter pribadinya.
"Hasil karya seninya itu fokusnya di lukisan motif batik dengan suasana pemandangan dan pedesaan."
"Bahkan berapa karyanya sudah masuk ke pameran di Belgia, Australia, Amerika Serikat dan India."
"Saya tersentuh dengan kegigihanya untuk tetap semangat mencari nafkah walau kondisi sekarang serba sulit."
"Terima kasih kepada Ibu Loon yang juga sudah membantu saya berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat bersama Tuan Lim," tulisnya.
===