KISAH Brigjen TNI Tatang Subarna, Demi Pangkat Bintang Jenderalnya Turun, Rela Tinggal di Gunung

Bagaimana kisah Brigadir Jenderal TNI, Tatang Subarna yang bisa menjadi inspirasi kita semua? berikut ulasannya.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
capture/Youtube/TNI AD
Brigjen Tatang Subarna TNI AD 

SRIPOKU.COM - Membahagiakan kedua orangtua merupakan keinginan semua anak di dunia ini.

Ya, sukses berkarir merupakan suatu kebanggaan seorang anak untuk diberikan pada kedua orang tuanya.

Seperti yang dilakukan oleh Brigjen TNI Tatang Subarna.

Beliau sudah membahagiakan kedua orangtua dengan menjadi Brigadir Jenderal TNI.

Tentu hal yang dicapainya saat ini tak pernah lepas dari doa keluarga dan doa orangtua.

Bagaimana kisah Brigadir Jenderal TNI, Tatang Subarna yang bisa menjadi inspirasi kita semua? berikut ulasannya.

Awalnya Brigjen Tatang Subarna menceritakan asal usul keluarganya yang Notaben anggota TNI.

"Saya berasal dari keluarga Tentara, Bapak saya seorang babinsa (Bintara Pembina Desa) kemudian beliau punya anak 5, laki-laki semua, jadi pandawa 5," katanya.

Brigjen TNI Tatang Subarna merupakan anak kedua yang berambisi menjadi prajurit.

"Kemudian, saya merupakan anak nomor dua, beliau berkarir dari tamtama kemudian beliau pensiun sersan mayor, saya terobsesi dulu menjadi seorang prajurit, bagaimana caranya melebihi bapak," ujarnya.

Menurut Brigjen TNI Tatang Subarna, setelah tahu kelebihan dan kekurangan dari yang telah menjadi tugas ayahnya, beliau ingin menjadi tentara namun bisa langsung menjadi komandan.

"Saya melihat kelebihan dan kekurangan dari Bintara, kemudian saya berpikir bagaimana menjadi seorang tentara tapi langsung jadi komandan, nah allhamdulillah itu masuklah saya ke taruna," katanya.

"Saat saya dilantik, tahun 1993, berproses lah saat itu di akademi, mana tentara paling hebat itu kan, oh katanya Kopassus, baret berem (merah), nah jadilah saya prajurit baret merah pada tahun 95," ujarnya.

"Karir saya di Baret Merah, yang pertama di grup 1 kopassus, para komando sudah, terus kemudian saya mengikuti penugasan pada saat di Kopassus," katanya.

Brigjen Tatang Subarna Dan Jendral Andika Perkasa
Brigjen Tatang Subarna Dan Jendral Andika Perkasa (capture/Youtube/TNI AD)

"Yang pertama itu tugas saya di Timor Timur, kemudian berjalananya penugasan dan saya mengabdi di Kopassus, kemudian saya lulus sesko pertama," ujarnya.

"Saya tidak menyangka, saya mendapat jabatan di staf personalia di Kodam XVII Cenderawasih, Jayapura, setelah satu tahun dua tahun nih enak ini," katanya.

"Kalau orang dinas ke Papua tidak bawa keluarga, kalau saya tidak karena saya bisa begini karena keluarga, kita semangat karena ada keluarga di samping saya, sehingga kemanapun saya berdinas, istri dan anak saya pikul semua," ujarnya.

"Kami waktu itu pembekalan Danyon, saya tak menyangka penempatan saya di Danyon 751 karena kami masih prajurit junior," katanya.

Sedikit informasi, Sertu Abidin, Personil Batalyon 751 menjelaskan tragedi di Kodam Cenderawasih, Jayapura.

"Tahun 2009, ada keributan dari kekecewaan anggota dari sosok pimpinan, kejadian anarkis dari anggota, ada yang menembak dan melempar batu, sehingga markas di batalyon 751 itu hancur, bisa di bilang 80% hancur, bahkan di ruang komandan pun rusak," ujarnya.

"Wah dak main-main ini, ini yang saya hadapi ini Batlyon yang belum jelas, baru selesai demo, banyak kerusakan yang dilakukan oleh anak buah, itu fisik ya belum non fisik, itu adalah Batlyon terjelek bukan yang adem ayem," kata Tatang Subarna.

"Kalau di peringkatkan Batalyon itu terbawah dari seluruh batalyon di TNI AD," ujarnya.

Setela masuk Tatang Subarna, Batalyon itu menjadi Batalyon terbaik.

Ada latihan tembak, ada outbond untuk para prajuritnya.

"Saya tidak menyangka saat tahun 2011, Batalyon 751 itu menjadi.. aduh merinding sayang bilangnya mas, Ya menjadi Batalyon terbaik saat itu," katanya.

Tidak butuh waktu lama Brigjen Tatang Subarna bergeser menjadi Dandim di Nabire.

"Saya menjadi Komandan Kodim 1705 Nabire, itu dipedalaman, 7 wilayah kabupaten, namun saya menjadi Dandim tidak sama seperti orang lain, saya kira setelah saya sudah Danyon saya bisa santai, sambil ngasih perintah, ternyata tidak saya masih pakai jaket anti peluru, helm, masih bawa senjata, karena saya mesti waspada," katanya.

"Allhamdulillah berjalan satu tahun dari dinamika dinamika, kemudian barulah ke mabes besar," katanya.

"Selesai dari Papua, saya menjabat asisten personil, kemudian saya bersyukur, memberikan karya saya membentuk kodam baru, Kodam Kasuari di Papua," katanya sambil tersenyum.

"Kemudian singkat cerita saya kembali, mabes pusat, itu juga anugerah tuhan yang diberikan kepada saya, kemudian saya ikut lebanas, begitu saya selesai Lebanas, saya menyendiri ke gunung, saya izin terlebih dahulu ke keluarga saya, mulai saat ini ayah akan berdoa, berikhtiar di gunung, 'Sampai kapan ayah' sampai jabatan ayah keluar, wah ini kan tidak tahu saya," ujarnya.

"Bulan pertama, bulan kedua masih biasa, bulan ketiga bulan ke empat sudah mulai agak turun, tapi saya tidak pulang karena saya konsisten, saat hari jumat informasi yang berkembang sidang sudah selesai, kemudian adik saya yang di mabes TNI kasih kabar, Bang abang ada," katanya.

"Saya teriak disitu mas, karena saya dengan Ibu disana, "maa Jendralnya turun, bintang saya turun, kemudian saya telpon anak saya 'Jemput ayah sekarang, wah ayah pulang', sesuai janji ayah, dikala bintang turun, ayah pulang saat itu juga, mereka berteriak saat mendengar kabar itu dan tak lupa mengucapkan rasa terimakasih dan rasa syukur," katanya.

"Dari perjuangan itu semua, yang paling saya garis bawahi, saya bisa begini, kenapa? Keluarga," tegasnya.

Kemudian saat penyematan pangkat, Brigjen Tatang Subarna tak lupa mengajak orang tuanya.

Sambil meneteskan air mata, Brigjen Tatang Subarna menjelaskan arti penting seorang orang tua bagi dirinya.

"Orang tua saya bawa, istri anak saya saya bawa, biarlah orang lain tidak bawak, karena sejarah kita berbeda," ujar Brigjen Tatang Subarna sambil menangis.

Ibunda dan Brigjen Tatang Subarna TNI AD
Ibunda dan Brigjen Tatang Subarna TNI AD (capture/Youtube/TNI AD)

"Nilai Orang Tua Bagi saya itu Luar Biasa, saya paling saya sama ibu, saya itu sungkem dengan ibu tiap hari, saya bangga kepada orang tua saya," ujarnya dengan air mata yang tak tertahan.

"Makanya saya mohon maaf, kemarin saat saya berfoto bersama, saya izin dengan berat hati kepada bapak Kasad, "katanya.

Dengan kehangatan Bapak Kasad Jendral Andika Perkasa, ibu Brigjen Tatang Subarno berfoto bersama.

"Saya seorang anak yang bisa dikatan nakal, apasih yang bisa saya berikan kepada ibu saya, hanya kebanggaan, mendapatkan kesempatan foto bersama dengan beliau," katanya.

"Ibu saya cerita kemana-mana, beliau kirim foto itu kemana-mana, saking bangganya," ujarnya.

"Nah, saya katakan apa sebetulnya muatan disitu, bagaimana caranya kau sebagai seorang anak, bisa menjadi kebanggaan bagi ibumu," katanya.

Ibunda Brigjen Tatang Subarno, Hj, Ino Aryani mengatakan perasaannya melihat anak kebanggaannya mencapai titik saat ini.

"Perasaan ibu gemetar, dan baru sekarang, dari akmil sekarang udah di istana, mudah-mudahan itu jabatan titipan dari Allah, dan bisa menjalankan tugasnya untuk nusa bangsa dan negara," katanya.

"Suka ingat kakinya dipukul pakai sapu, Allhamdulillah sekarang, dari desa sayang kecamatan jatinangor baru yang mulai jadi Akp terus sekarang seumuran sama ibu jadi Jenderal," katanya sambil menetesan air mata.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved