Kisah Sukses
5 TAHUN Keliling Jual Cilok, Harsono Kini Miliki 3 Apartemen dan 13 Kontrakan: Sempat Kayuh Becak
Sebelum pandemi Covid-19, dia mampu meraup omset hingga Rp 8.000.000 per hari.
Selama lima tahun berkeliling, permintaan Cilok Edy semakin banyak. Dulu, daging sapi yang digiling untuk bahan cilok hanya sekitar 1,5 kilogram. Namun sekarang sudah sampai 25 kilogram daging setiap harinya. “Tapi sekarang dicampur dengan daging ayam, karena daging sapi cukup mahal,” papar dia.
Sekitar tahun 2000, Harsono memasang telepon rumah. Ketika cilok yang dijual sudah habis, Harsono tinggal menelpon istrinya untuk membuat lagi. “Tahun 2000-an itu mulai dikenal, hingga ambil tenaga orang lain karena sudah tidak nutut,” terang dia.
Nama Cilok Edy mulai naik daun di kalangan warga perkotaan. Nama itu dipilih karena mudah diingat, meskipun tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Saat itu, Harsono hanya memiliki satu rombong keliling untuk menjual cilok. Dirinya ingin menambah armada, namun tidak memiliki modal. Akhirnya dia memberanikan diri mengajukan kredit uang ke perbankan senilai Rp 15 juta. Uang itu digunakan untuk membeli rombong Cilok Edy hingga memiliki lima rombong. Uang itu terus diputar untuk nenambah rombong samapi memiliki sepuluh rombong.
Dan jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:
Tak hanya itu, permintaan untuk membuka cabang Cilok Edy terus berdatangan dari Probolinggo, Bondowoso dan Lumajang. Hanya saja, cabang yang ada di luar kota tidak bertahan lama karena ada kecurangan dari pegawainya. “Buka di luar kota, cuma penjaganya curang,” ujar dia.
Akhirnya ditarik dan tidak ada cabang di luar kota lagi. Harsono mengatakan tantangan yang dihadapi yakni semakin banyak penjual cilok. Untuk itu, dia semakin meningkatkan cita rasa cilok. Siti Fatimah selalu mengawasi proses pembuatan cilok agar mutunya tidak berubah.
Mulai dari rasa, besar kecilnya cilok dan lainnya. Selain itu, juga mengatur keuangan yang diperoleh dari dari penjualan cilok. “Pandemi Covid-19 juga pengaruh, pembeli yang mayoritas mahasiswa jadi berkurang,” jelas dia.
Putar uang untuk investasi Uang dari hasil penjualan cilok tak ditabung oleh Harsono dan istrinya. Namun, ia menggunakan uang itu untuk investasi. Seperti membeli rumah untuk dijadikan rumah kontrakan dan rumah kos. Selain itu, juga digunakan untuk membeli sawah hingga apartemen.
“Sekarang apartemen punya tiga untuk disewakan, rumah ada 13 untuk dikontrakkan dan dikoskan,” jelas Harsono.
Caranya, Harsono meminjam uang ke bank, lalu membayar dari hasil penjualan cilok. Uang yang dipinjam dari bank itu digunakan untuk membeli aset. Mulai dari rumah, sawah hingga apartemen. Sekarang, Harsono terus menggeluti usaha tersebut. Dia mengelola perputaran uangnya agar bisnisnya terus berlangsung.
Dan jangan lupa subscribe, like dan share channel Tiktok Sriwijayapost di bawah ini:
“Intinya dalam memulai usaha, harus telaten dan sabar,” ucap dia. Dia menilai memulai bisnis tidak bisa langsung sukses. Namun butuh proses agar sesuai dengan harapan. “Harus bisa mengalami suka duka menekuni bisnis itu,” ucap dia.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar terhadap pelaku usaha di Jember. Salah satunya, akses permodalan dari perbankan yang semakin selektif. Namun, PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) Jember memberikan kemudahan penjaminan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Jamkrindo bekerjasama dengan perbankan untuk mendorong agar program PEN bisa berjalan dengan sukses. “Kami menjembatani UMKM untuk mengakses permodalan dari sisi perbankan yang belum visibel namum sudah kapabel,” kata Kepala Kantor Unit Pelayanan PT Jamkrindo Jember Ilham Ardi Sugito.
Menurut dia, pelaku usaha di Jember yang mengajukan kredit pada perbankan untuk modal usaha fluktuatif. Pada Januari hingga Maret 2021 cukup tinggi. Namun sejak April hingga Mei 2021 menurun.
“Sampai saat ini kami di Jember ditarget kurang lebih Rp 3,2 Triliun untuk menjamin pembiyaan program PEN sampai Desember 2021,” jelas dia. Untuk itu, dia berharap agar para pelaku UMKM yang ingin mengembangkan usahanya agar naik kelas, bisa memanfaatkan program PEN tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Harsono, Sukses Jual Cilok hingga Punya 3 Apartemen dan 13 Rumah Kontrakan"
Penulis : Kontributor Jember, Bagus Supriadi
Editor : Khairina
