Omzet Toko Emas di Kayuagung Merosot, Warga Ramai Menjual Emas Penuhi Kebutuhan Mendesak

Di pasar Kayuagung kabupaten Ogan Komering Ilir dan mendapati bahwa setelah lebaran, masyarakat lebih banyak menjual emas dari pada membeli.

Editor: Azwir Ahmad
ho/sripoku.com
Toko Emas Purnama di Kota Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, diserbu warga yang hendak menjual emasnya, Jum'at (28/5/2021) siang. 

SRIPOKU, KAYUAGUNG - Pasca lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah, masyarakat kembali memutar otak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Terlebih kebutuhan mendesak berupa masa pendaftaran sekolah atau  tahun ajaran baru  maka menjual harta benda seperti emas perhiasan, adalah salah satu cara untuk memenuhi modal usaha atau kebutuhan yang tidak bisa ditunda lainnya.

Penelusuran Sripoku.com di pasar Kayuagung kabupaten Ogan Komering Ilir dan mendapati bahwa setelah Lebaran, masyarakat berbondong-bondong menjual emas yang mereka punya.

"Sebelum lebaran ada juga yang jual emas, tapi setelah lebaran ini justru nambah banyak. Musim paceklik sekarang, mas," ungkap H. Adan pemilik toko Emas Purnama di Kota Kayuagung, Jum'at (28/5/2021).

Dikatakannya, hingga hari ini pelanggan yang mendatangi tokonya dengan tujuan untuk membeli emas hanya bertahan selama dua hari, selebihnya pelanggan datang untuk menjual emas.

"Lebaran hari ke lima yang banyak orang beli emas, itu cuma dua hari. Sampai sekarang orang datang hanya untuk jual emas," pungkasnya.

Disebutkan Adan, harga beli emas 24 karat berkisar Rp 5.200.000 per suku atau setara 6,7 gram, untuk jual ada penurunan harga sebesar seratus ribu. Sedangkan emas dengan kadar 70% satu gramnya seharga Rp 700 ribu.

"Dalam sehari pasca lebaran, bisa belasan orang yang jual emas di toko ini," bebernya.

Adan mengaku selain masyarakat biasa, usaha jual beli emasnya juga ikut mengalami penurunan omzet penjualan. Hal tersebut menurutnya lantaran pandemi Covid-19 yang belum selesai-selesai.

"Dak tanggung-tanggung, omzet penjualan turun hingga lebih dari 50%, kondisi seperti ini telah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Oleh dampak pandemi ini," terangnya.

Menurutnya penyebab lain yakni karena tidak adanya orang yang mudik atau pulang kampung ke Kayuagung, sehingga yang datang membeli emasnya hanya orang-orang itu saja, selebihnya jual.

"Pemudik itu memang mempengaruhi, biasanya kan kalau ada orang perantau dari kota-kota besar pulang ke Kayuagung mereka langsung beli emas. Tapi sekarang sepi karena sudah dua kali lebaran ada larangan mudik," tutupnya.

Sunarti salah satu warga yang menjual emas, dirinya mengatakan pasca lebaran gaji suaminya sudah ludes karena memenuhi kebutuhan keluarga.

"Terpaksa menjual kalung emas ini, selain karena kebetulan harga jual meningkat juga untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membelikan anak handphone untuk belajar daring," katanya.

"Nanti kalau ada uang lagi, akan kembali beli emas karena bisa untuk tabungan," tambahnya.(nando)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved