Puasa Syawal
Benarkah Puasa 6 Hari di Bulan Syawal Maka Seperti Puasa Sepanjang Tahun? Ini Kata Ustaz Abdul Somad
Saat memasukki bulan syawal, ada amalan yang kerap dilakukan oleh umat muslim yakni berpuasa selama 6 hari.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Ketika ia melaksanakan puasa pada hari pertama, sepertiga kulitnya memutih.
Ketika ia berpuasa pada hari kedua, sepertiga kedua kulitnya memutih.
Ketika ia berpuasa pada hari ketiga, seluruh kulit tubuhnya memutih. Pendapat ini tidak benar.
Disebutkan dalam hadits yang disebutkan al-Khathib al-Baghdadi dalam al-Amaly dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq dari hadits Ibnu Mas’ud, hadits Marfu’, hadits Mauquf dari jalur riwayat lain, disebutkan Ibnu al-Jauzi dalam al-Maudhu’at dari jalur riwayat Marfu’, ia berkata, “Hadits Maudhu’ (palsu), dalam sanadnya terdapat sekelompok orang yang tidak dikenal”.
Terlepas dari apakah nabi Adam as melaksanakannya atau pun tidak, sesungguhnya Islam mensyariatkan puasa ini dalam menjadikannya sebagai amalan anjuran.
Dalam az-Arqani ‘ala al- Mawahib dinyatakan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah Saw tidak pernah berbuka (tidak berpuasa) pada hari-hari Bidh (13, 14 dan 15), baik ketika tidak musafir maupun ketika musafir”.
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i. Dari Hafshah Ummul Mu’minin, “Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan
Rasulullah Saw; puasa ‘Asyura’, sembilan hari di bulan Dzulhijjah, al-Ayyam al-Bidh (13, 14 dan 15) dan dua rakaat Fajar”. (HR. Ahmad).
Diriwayatkan dari Mu’adzah al-‘Adawiyyah bahwa ia bertanya kepada Aisyah, “Apakah Rasulullah Saw melaksanakan puasa tiga hari setiap bulan?”. Aisyah menjawab, “Ya”.
Saya katakan kepadanya, “Pada hari apa saja?”. Aisyah menjawab, “Beliau tidak memperdulikan hari apa saja setiap bulan ia laksanakan puasa”. (HR. Muslim).
Baca juga: TIPS Mengatasi Bibir Kering dan Pecah-pecah saat Puasa, Jangan Diabaikan Lakukan 6 Langkah Mudah Ini
Kemudian az-Zarqani berkata, “Hikmah dalam puasa Bidh, bahwa ia pertengahan bulan, pertengahan sesuatu adalah yang paling seimbang.
Dan karena biasanya gerhana matahari dan gerhana bulan terjadi pada tanggal-tanggal tersebut.
Terdapat perintah agar meningkatkan ibadah jika itu terjadi.
Jika gerhana matahari terjadi bertepatan dengan hari-hari puasa Bidh, maka seseorang dalam keadaan siap untuk menggabungkan beberapa jenis ibadah seperti puasa, shalat dan sedekah.
Berbeda dengan orang yang tidak terbiasa melakukannya, ia tidak siap untuk melaksanakan puasa pada hari itu.
Ini berkaitan dengan puasa pada hari-hari Bidh setiap bulan.