Bom Makassar
Gereja Tertua di Sulsel yang Terkena Bom 2 Kali: Yang Pertama Lebih Parah
Gereja Katedral pernah terkena ledakan bom pada 9 Oktober 1943 pada saat Kota Ujung Pandang dibom oleh tentara sekutu.
Namun, gejolak politik antara VOC dan orang-orang Portugis menyebabkan para rohaniwan Portugis tersingkir dari Makassar.
Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia 19 Agustus 1660 pun menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar.
Sultan mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis.
Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668.
Sejak itu, tidak ada pastor yang menetap di Makassar selama 225 tahun.
Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka.
Pada 1892, Pastor Aselbergs, SJ, dipindahkan dari Larantuka menjadi Pastor Stasi Makassar (7 September 1892) dan tinggal di suatu rumah mewah di Heerenweg (kini Jalan Hasanuddin).
Pada 1895, dibelilah sebidang tanah dan rumah di Komedistraat (kini Jl. Kajaolalido).
Tempat itu kini menjadi lokasi gedung gereja sekarang.
Adapun pembangunan gereja dimulai pada 1898 dan selesai pada 1900.
Pada 1939, dilakukan pemugaran pada bangunan gereja.
Pemugaran itu selesai 1941 dengan bentuk bangunan seperti saat ini.
Pembangunan Gereja Katedral
Dikutip dari laman resmi Gereja Katdral Makassar, arsitek gereja ialah seorang Perwira Zeni bernama Swartbol.
Setelah pondasi tembok diselesaikan, perwira itu berangkat ke Eropa.