Sejak Mahasiswa Sudah Senang Pergi ke Hutan atau Desa dan Naik Gunung
Saya, setiap ada kesempatan, di luar waktu mengajar di sebuah perguruan tinggi, menyempatkan diri ke luar kota bersama suami, mahasiswa atau anak saya
Selama lima tahun terakhir, saya sudah mengunjungi banyak tempat di Sumatera dan Bangka-Belitung [Kecuali ke Sumatera Utara dan Aceh].
Mulai dari wilayah pesisir hingga gunung. Bertemu dengan beragam suku.
Melihat banyak sungai, danau, rawa, hutan, laut.
Baik yang masih bagus maupun sudah rusak oleh berbagai aktivitas ekonomi ekstraktif, seperti perkebunan monokultur, penambangan [emas dan batubara] dan lainnya.

T : Bagaimana dengan keluarga, misalnya anak?
J : Kebetulan anak saya kuliah di Yogyakarta [ISI Yogyakarta].
Sementara suami saya, Taufik Wijaya, seorang jurnalis yang fokus pada persoalan lingkungan dan budaya.
Jadi pas ke lapangan [hutan dan desa] sering bersama.
Minat kami beda.
Dia lebih fokus hubungan lingkungan [hutan. sungai, gunung, mangrove, laut] dengan budaya, sementara saya lebih fokus pada persoalan perempuan dan kekayaan flora dan fauna.
T : Apa yang melatarbelakangi ibu sehingga tertarik dgn kegiatan sekarang?
Suka dengan alam.
Tapi kemudian saya juga melihat banyak persoalan masyarakat yang hidup di desa, sekitar hutan, gunung, laut, sungai atau danau.
Saya mencoba belajar dan kemudian apa yang saya dapatkan saya bagikan ke tempat lain.
Saya berposisi sebagai media. Media yang menyerap pengetahuan juga membaginya.