Kemelut Masih Terjadi, Apa yang Sebenarnya Menjadi Awal Terjadinya Konflik Dalam Partai Demokrat ?
Konflik atau kemelut id dala tubuh Partai Demokrat yang awalnya dipicu dari isu kudeta hingga berujung pemecatan sejumlah kader hingga kini masih teru
SRIPOKU.COM -- Konflik atau kemelut di dalam tubuh Partai Demokrat yang awalnya dipicu dari isu kudeta hingga berujung pemecatan sejumlah kader hingga kini masih terus memanas.
Dikutip dari Kompas.com, buntut dari pemecatan tersebut membuat Jhoni Allen Marbun, salah satu mantan kader dari Partai Demokrat bahkan menggugat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Teuku Rifky serta Hinca Pandjaitan.
Ketiganya digugat oleh Jhoni Allen ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Tidak hanya masalah gugatan, isu Kongres Luar Biasa (KLB) juga semakin mengemuka pasca terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB yang digelar pada Jumat (5/3/2021).
Apa yang sebenarnya menjadi pemicu konflik ini ?
Baca juga: Saling Ungkit dan Bongkar Rahasia Partai Demokrat, Darmizal Demisionerkan Ketua Umum AHY

===
Pengamat Politik asal Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, ada sejumlah faktor yang memicu konflik di tubuh Partai Demokrat.
Pertama, kekuasaan yang akhirnya berujung pada perebutan kendaraan berupa partai politik.
"Kekuasaan ini kan harus punya kendaraan dan kendaraan paling nyaman adalah partai politik, itu yang pertama," kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/3/2021).
Kedua, Hendri menilai, ada salah satu kubu yang melihat potensi dan kesempatan itu dengan memanfaatkan kepemimpinan AHY.
Ketiga, kemungkinan ada kubu lain yang melihat kesempatan untuk mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah.
Baca juga: Kader Demokrat Dituding Intimidasi untuk Dukung Moeldoko, Mabes Polri Akan Cek

===
Meski demikian, kata Hendri, tiga hal tersebut bisa dipatahkan dengan soliditas Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY.
"Perihal kemudian kenapa harus AHY yang jadi ketua partai, waktu itu kan kader Demokrat yang pilih," jelas dia.
Ia menyayangkan konflik Demokrat yang kian membesar, dengan posisinya sebagai oposisi.