Berita Palembang

Kini Ada Kafe di Kawasan Bukit Siguntang Palembang, Outbond, Lomba Burung Berkicau & Tempat Rekreasi

Selama ini Bukit Siguntang mengalami berkali-kali perusakan atas nama pembangunan dan terakhir tahun 2018 lalu, dengan pembangunan kolam air mancur

Penulis: maya citra rosa | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/MAYA CITRA ROSA
Suasana kafe Bukit Siguntang yang berada di kawasan Bukit Siguntang Palembang, Senin (8/3/2021). 

Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Saat ini, ruang terbuka hijau di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, banyak dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, hiburan bahkan tempat ngopi untuk bersantai.

Salah satunya ruang terbuka hijau di kawasan Bukit Siguntang Palembang saat ini tengah ramai dikunjungi kaum milenial di Kota Palembang.

Seperti diketahui, kawasan Bukit Siguntang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Sriwijaya dan memori kebudayaan Melayu di nusantara.

Dalam sejarahnya, Bukit Siguntang adalah sebuah bukit seluas 16 hektare di ketinggian 29-30 meter dari permukaan laut, terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara Sungai Musi, Kota Palembang, Sumsel.

Menurut Arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Sumsel, Retno Purwati, di area situs Siguntang Palembang ditemukan beberapa benda purbakala bersifat Buddhis masa Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 6-13 Masehi dan makam leluhur orang Palembang

Dari benda-benda purbakala yang ditemukan, menunjukkan bahwa Bukit Siguntang adalah salah satu kawasan pemujaan dan keagamaan kerajaan.

Hal ini terlihat dari arca Buddha bergaya Amarawati atau pada abad ke-2-5 Masehi yang ditemukan pada 1920-an.  

Arca berbahan granit setinggi 277 senti meter tersebut disimpan di Museum Nasional, Jakarta. 

Selain itu, juga ditemukan fragmen arca Bodhisatwa, stupa, fragmen prasasti beraksara Pallawa, arca Kuweda, arca Buddha Wairocana. 

Lalu, bagaimana tanggapan arkeolog mengenai kawasan Bukit Siguntang yang mulai ditata dan dijadikan objek wisata.

Menurut Retno, para arkeolog tidak mempermasalahkan kafe yang berada di tengah kawasan Bukit Siguntang, selama tidak ada bangunan kafe yang terbuat dari bahan permanen.

"Buat meja, kursi, pantry hingga kasirnya semuanya mudah dibongkar, jadi tidak ada masalah," ujarnya.

Sehingga apabila adanya kegiatan penggalian arkeologis di kawasan tersebut, maka masih bisa dilakukan di lokasi kafe.

Namun karena selama ini Bukit Siguntang mengalami berkali-kali perusakan atas nama pembangunan dan terakhir tahun 2018 lalu, dengan pembangunan kolam air mancur dan makam-makam di sekitarnya, maka kemungkinan ditemukan struktur bangunan di Bukit Siguntang sangat kecil.

Dia memastikan kemungkinan masih ditemukan struktur bangunan di Bukit Siguntang yang utuh peluangnya kecil, karena menurutnya pembangunan yang dilakukan di Bukit Siguntang sebelumnya diawali pengerusakan dengan eskavator dan penanaman pohon, termasuk pembangunan infastruktur di Bukit Siguntang seperti pipa-pipa.

“Kalau kita gali, bata lama pasti ketemu di sini tapi pecahan semua di kedalaman 50 Cm, karena sudah terkelupas semua tanahnya,” katanya, Selasa (9/3/2021).

Selain itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel, Aufa Syahrizal Sarkomi mengatakan kawasan Bukit Siguntang sebagai kawasan situs memiliki 3 zona yaitu zona inti, zona penyangga dan zona pengembangan.

Dalam zona inti tidak boleh dilakukan pembangunan atau penggalian karena pada zona ini disinyalir masih banyak menyimpan benda-benda atau artefak yang memiliki nilai sejarah.

Selama itu, kawasan Bbukit Siguntang Palembang sering dianggap sebagian masyarakat sebagai kawasan yang seram dan mengerikan karena ada bebedapa makam di zona inti.

"Sehingga yang datang ke sana hanya orang-orang tertentu saja dengan tujuan untuk berziarah," ujarnya.

Oleh karena itu, agar kawasan Bukit Siguntang tidak terkesan angker dan menyeramkan, maka sebagai objek wisata kami mencoba memanfaatkan sebagian kawasan yang bukan masuk kawasan zona inti untuk tempat wisata alam.  

"Maka dari itu sebagian kawasan kami jadikan tempat outbond dan tempat rekreasi, seperti tempat lomba burung berkicau dan sebagainya, termasuk tempat kafe minum kopi di kawasan tersebut," ujarnya.

Bahkan, secara periodik, akan ada event menarik yang digelar di kawasan tersebut agar banyak orang datang untuk lebih mengenal kawasan bersejarah itu.

"Intinya adalah sepanjang tidak merusak kawasan situs Bukit Siguntang, silakan masyarakat memanfaatkan kawasan tersebut untuk berbagai kegiatan yang positif," ujarnya.

Setiap aktivitas di Bukit Siguntang harus berkoordinasi lebih dulu dengan Disbudpar Sumsel melalui pengelola Bukit Siguntang Palembang.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved