Breaking News

Kemelut Partai Demokrat

Moeldoko Tak Pernah Mimpi, Ketua Umum Partai Demokrat Menjadi Nyata

Moeldoko awalnya dituding ingin kudeta, sempat membantah, kemudian menjadi kenyataan ia ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Editor: Sutrisman Dinah
instagram
Ketua Umum Partai Demokrat Moeldoko 

SRIPOKU.COM --- Moeldoko (63) adalah perwira tinggi militer cemerlang. Awalnya dituding ingin kudeta, dan ia sempat membantah. Kemudian tudingan itu, menjadi kenyataan ia dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Perjalanan politik Moeldoko berlangsung berlangsung cepat. Dalam hitungan hari, sejak rumor digulirkan sendiri oleh Agus Harimurti Yudhoyono tentan isu kudeta, ia benar-benar merebut kursi pemimpin partai.

Ibarat “mimpi” menjadi kenyataan. “Halusinasi politik” Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono tentang adanya rencana kudeta terhadapnya, benar-benar menjadi kenyataan.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Jenderal (Purn) Moeldoko, Jumat (05/03/2021) sore, terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Baca juga: Jabatan Ketua Umum Demokrat Direbut KLB, SBY Ungkit Masa Lalu Menyesal dan Malu Pada Moeldoko

Baca juga: Demokrat Sumsel Sanksi 3 Ketua DPC yang Hilang saat Apel Siaga, Ridho: KLB Medan itu Gangguan Kecil

Moeldoko dipilih dalam proses voting terbuka Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat yang digelar di Dataran Tinggi Bukit Barisan, Sibolangit Kabupaten Deliserdang. Lokasi berhawa sejuk di Barat Daya Medan, Sumatra Utara.

Dalam KLB yang berlangsung sempat diwarnai kericuhan antar kelompok pro-kontra KLB, tentu saja memperoleh perlawanan dari kubu Partai Demokrat dan menuding KLB digelar inkonstitusional dan illegal.

Perwira Terbaik

Namun demikian, menarik menelisik profil Moeldoko, yang mencapai puncak karir kemiliteran baik di Angkatan Darat maupun di TNI pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ketika itu, Moeldoko dipercaya Presiden SBY untuk menjadi Kepala Staf TNI-Angkatan Darat menggantikan Pramono Sarwo Edhie; Kemudian diangkat sebagai Panglima TNI menjelang akhir masa jabatan periode kedua SBY.

Moeldoko menjabat sebagaisebagai Panglima TNI pada 2013-2015, dan kemudian pensiun di masa Presiden Joko Widodo.

Dikutip Tribunnews.com dari dari situs moeldoko.com, Moeldoko menjadi Panglima TNI tahun 2013-2015. Dua tahun menjabat Panglima TNI, 14 Juli 2015, Moeldoko digantikan Jenderal Gatot Nurmantyo.

Moeldoko lahir di Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957.

Moeldoko merupakan perwira Bintang Adimakayasa, penghargaan  sebagai lulusan terbaik Akabri (Akdemi Militer) tahun 1981.

Baca juga: KLB Partai Demokrat  Pilih Ketua Umum Moeldoko, Andi Mallarangeng Bilang “Abal-abal”

Sebagai perwira muda, Moeldoko mengawali karier sebagai komandan peleton, nama karirnya melesat sejak menjabat Kepala Staf Kodam tahun 2008. Dalam rentang pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menjelang Pemil Presiden secara langsung.

Sebelum mencapai puncak karir sebagai Kasad, ia sempat menduduki jabatan sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhannas dan kemudian ditunjuk sebagai Wakil Kasad.

Kemudian menjadi Panglima TNI sampai memasuki masa pension dan digantikan gatot Nurmantyo.

Setelah pensiun dari militer, Moeldoko menjajaki ranah politik praktis. Moeldoko tercatat masuk ke jajaran pengurus Partai Hanura pimpinan Oesman Sapta Odang pada 2016.

Moeldoko tercatat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura. Dia mendampingi Jenderal (Purn) Wiranto yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina.

Pada 17 Januari 2018, Moeldoko ditunjuk sebagai Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Teten Masduki.

Ketua Umum Demokrat

Meski tak hadir di Arena Kongres Luar Biasa Partai Demokrat, Moeldoko dipilih dan ditetapkan untuk menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Keputusan ini diketuk dalam sidang KLB, tapi masih menunggu persetujuan Moeldoko, yang langsung dihubungi melalui panggilan suara panitia kongres.

Mendengar hal tersebut, Moeldoko pun bertanya sebelum menyatakan menerima amanah itu, dan meminta kader untuk serius mendukungnya.

"Walaupun secara aklamasi memberikan kepercayaan kepada saya. Tapi saya ingin memastikan keseriusan teman-teman semua," kata Moeldoko seperti dikutip dari Kompas TV.

Peserta KLB menyatakan serius mendukung Moledoko.

"Baik, saya terima menjadi Ketua Umum Demokrat," katanya.

Awalnya, Moeldoko sempat membantah tudingan terlibat dalam isu mendongkel kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Saat itu, dalam konferensi persi, ia mengaku tak punya hak lantaran bukan bagian dari internal partai.

"Saya ini orang luar, enggak punya hak apa-apa gitu lho, yang punya hak kan mereka (kader partai) di dalam," kata Moeldoko saat itu.

"Apa urusannya? Nggak ada urusannya," kata Moeldoko, 3 Februari di kediamannya kepada wartawan.

Moeldoko menegaskan, ia tak punya kuasa untuk mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat, dan menyebut tudingan itu sebagai fitnah.

"Jadi saya ingatkan, hati-hati, jangan memfitnah orang. Hati-hati saya ingatkan itu," kata Moeldoko.

"Di Demokrat ada Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), ada putranya, Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut dia?" kata Moeldoko.****

Sumber: Tribunnews.com, judul "profil-moeldoko-kepala-staf-kepresidenan-yang-kini-jadi-ketum-demokrat-kubu-kontra-ahy"

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved