ASAL Usul Sejarah Pasar 16 Ilir Palembang, Pasar Kebanggaan Hingga Datangkan Surplus & Pajak Besar

Sejarah panjang peran Pasar 16 Ilir sangat penting bagi penataan dan pemenuhan infrastruktur yang ada di Kota Palembang.

Penulis: maya citra rosa | Editor: adi kurniawan
SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT
Aktivitas pedagang dan pembeli di kawasan pasar 16 Ilir Palembang 

Uniknya, awalnya para pedagang China menyewa tanah di pasar, tapi kemudian tahun 1913, ternyata tanah yang mereka sewakan dari bangsawan Palembang itu dibeli.

Hal tersebut karena bangsawan banyak yang mengutang dan akhirnya dijual kepada orang China.

"Mereka membuat pemukimannya menjadi toko, masih banyak kalau kita lihat jejak-jejaknya," ujarnya.

Pada tahun 1920 P. E. E. J. le Cocq d'Armandville dilantik menjadi walikota Palembang pertama.

Pasar 16 Ilir terus direnovasi dan sebagian besar pertokoan di Pasar 16 Ilir dibangun dan dimiliki oleh saudagar keturunan Arab dan Syeikh Syehab

Syeikh Syehab ini juga yang menjadi pemborong perumahan Eropa di Talang Semut. 

Pertokoannya di Pasar 16 disewakan kepada pedagang kecil Palembang. 

Kini banyak peninggalan bangunan yang masih terlihat di Pasar 16, masih banyak di temui bangunan berasi tektur Eropa, Timur Tengah dan Cina di lokasi Pasar 16 Ilir

Contoh tekstur bangunan China tersebut yaitu terdapat pada bentuk ventilasi yang lebar karena Palembang memiliki cuaca yang cukup panas, dan jendela yang besar adalah ciri jendela di bangunan tropis tinggalan kebudayaan Indies jaman Belanda.

Pola perdagangan di lokasi itu, setidaknya hingga awal 1900-an, dimulai dari berkumpulnya pedagang cungkukan atau hamparan, yang kemudian berkembang dengan pembangunan petak permanen. 

Los-los mulai dibangun sekitar tahun 1918 dan dipermanenkan sekitar tahun 1939.

"Pemerintah membangun kembali pasar 16 ilir selama 2 tahun dari tahun 1924-1926. Pembangunan itu dipisah pasar lama 16 ilir dan pasar baru," ujarnya.

Jika dulu pasae dibangun juga untuk menjaga kesehatan kota, karena banyaknya orang Eropa yang berkunjung dan berbelanja.

Sehingga dikenal sebagai pasar modern pada masanya karena mirip dengan bangunan yang ada di Hindia Belanda.

"Pada tahun 1931 sejarah memperlihatkan pasar 16 ilir mendatangkan keuntungan sebesar 11 ribu gulden dari pajak dan biaya pasar, itu besar sekali," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved