Wong Kito
Kisah Erdawati 24 Tahun Jadi Kader Posyandu Tanpa Gaji & Sering Diusir Saat Datang ke rumah Warga
Suasana sedikit berubah hening saat Erdawati menceritakan perjuangannya menjadi kader posyandu di kawasan 7 Ulu, Kota Palembang.
Penulis: Jati Purwanti | Editor: Refly Permana
Laporan wartawan Sripoku.com, Jati Purwanti
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Erdawati tampak masih sangat energetik saat mengikuti kegiatan Apresiasi untuk Kader Posyandu yang digelar oleh Rotary Club Palembang di JR's Sport Bar and Grill Hotel Aryaduta, Minggu (14/2/2021).
Perempuan kelahiran 12 Agustus 1959 ini kerap memancing gelak tawa hadirin di acara tersebut.
Bagaimana tidak, Erdawati sering melontarkan celetukan yang dapat menyegarkan suasana.
Suasana sedikit berubah hening saat Erdawati menceritakan perjuangannya menjadi kader posyandu di kawasan 7 Ulu, Kota Palembang, sejak 24 tahun lalu.
• Kakek Poniran Asal Musi Rawas Tewas Usai Bertabrakan Dengan Truk Sampah di Lubuklinggau
"Saya jadi kader posyandu sejak tahun 1997. Dulu saya diajak petugas puskesmas untuk jadi kader.
Sekarang anak-anak yang saya kunjungi untuk nimbang badan sudah besar," ujar Erdawati.
Erdawati mengatakan, sering mengalami penolakan saat mengajak kaum ibu di sekitar rumahnya untuk rajin memeriksa kondisi sang bayi dan memastikan tumbuh kembangnya optimal.
Padahal, kedatangannya ke rumah warga bukan untuk mengganggu, hanya menjalankan tugasnya sebagai kader.
"Sudah sampai rumah warga sering disuruh pulang. Alasannya bayinya mau tidur.
Tapi saya tidak menyerah, besoknya datang lagi," kata dia.
• Kaget Keluarganya Positif Corona, Cinta Kuya pun Ngaku Zonk: Teriak Sekenceng Mungkin dari Lantai 30
Tak ada yang melarang Erdawati untuk aktif di kegiatannya menjadi kader posyandu.
Suami bahkan anaknya mendukung kiprahnya dalam membantu pertumbuhan bayi-bayi di sekitar tempat tinggalnya.
Saat ada kegiatan posyandu yang mengharuskannya mengunjungi satu per satu rumah warga yang baru melahirkan atau memiliki balita, Erdawati biasanya telah menyelesaikan semua pekerjaan domestik.
"Suami membolehkan karena kegiatan sebagai kader setelah pekerjaan rumah selesai," ujarnya.